Dunia akademis seringkali dipandang sebagai ranah idealisme dan dedikasi pada ilmu pengetahuan. Namun, di balik citra tersebut, terdapat sejumlah tokoh yang berhasil menggabungkan keahlian akademik dengan jiwa wirausaha yang tajam, menghasilkan kekayaan yang luar biasa. Mereka adalah para dosen terkaya di dunia, individu-individu yang tidak hanya unggul dalam bidangnya, tetapi juga mampu memanfaatkan pengetahuan dan inovasi untuk menciptakan bisnis bernilai triliunan rupiah. Artikel ini akan mengupas profil tiga dosen terkaya di dunia, menyoroti perjalanan karier mereka, sumber kekayaan, dan kontribusi mereka bagi masyarakat.
Fan Daidi: Sang Ratu Kolagen dari Tiongkok (USD 4,2 Miliar atau Rp 69 Triliun)
Fan Daidi, seorang profesor dan wakil presiden di Universitas Northwest, Shaanxi, Tiongkok, adalah contoh nyata bagaimana keahlian di bidang sains dapat menghasilkan kekayaan yang signifikan. Wanita berusia 59 tahun ini diyakini sebagai salah satu eksekutif universitas terkaya di Tiongkok. Sumber kekayaannya berasal dari Giant Biogene Holding, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produk perawatan kulit berbasis kolagen.
Bersama suaminya, Yan Jianya, Fan Daidi mendirikan Giant Biogene Holding, yang kemudian melantai di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 2022. Perusahaan ini fokus pada pengembangan dan produksi produk perawatan kulit yang mengandung kolagen, sebuah protein penting yang berperan dalam menjaga elastisitas dan kekencangan kulit. Keberhasilan Giant Biogene Holding mencerminkan meningkatnya permintaan akan produk perawatan kulit berkualitas tinggi di Tiongkok dan Asia, serta kemampuan Fan Daidi dalam memanfaatkan keahliannya di bidang biologi dan kimia untuk menciptakan produk yang inovatif dan efektif.
Selain perannya di Giant Biogene Holding, Fan Daidi juga menjabat sebagai dekan Institut Penelitian Biomedis di Universitas Northwest. Ia juga pernah menjadi peneliti tamu senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dari tahun 1999 hingga 2000, yang menunjukkan reputasinya sebagai ilmuwan yang diakui secara internasional. Fan Daidi juga memiliki saham di Beauty Farm Medical and Health Industry, sebuah penyedia layanan kecantikan yang juga terdaftar di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 2023. Saat ini, Fan Daidi menduduki peringkat ke-923 dalam daftar miliarder Forbes, membuktikan kesuksesannya sebagai seorang ilmuwan, akademisi, dan pengusaha.
David Cheriton: Profesor Stanford dan Investor Cerdas (USD 15,4 Miliar atau Rp 253 Triliun)
David Cheriton, seorang profesor emeritus ilmu komputer di Universitas Stanford, adalah bukti bahwa investasi yang cerdas dapat menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Kekayaannya yang mencapai puluhan triliun rupiah berasal dari investasi awalnya di Google. Bersama Andreas von Bechtolsheim, yang juga seorang miliarder, Cheriton menginvestasikan USD 100.000 di Google pada masa-masa awal perusahaan tersebut. Investasi ini terbukti sangat menguntungkan, mengingat valuasi Google saat ini yang mencapai triliunan dolar.
Namun, kesuksesan Cheriton tidak hanya terbatas pada investasi di Google. Bersama von Bechtolsheim, ia juga mendirikan tiga perusahaan teknologi lainnya: Arista Networks, Granite Systems, dan Kealia. Arista Networks, yang bergerak di bidang jaringan komputer, melantai di bursa saham pada tahun 2014 dan terus berkembang menjadi perusahaan yang sukses. Granite Systems diakuisisi oleh Cisco pada tahun 1996, sementara Kealia dijual ke Sun Microsystems pada tahun 2004.
Cheriton dikenal sebagai sosok yang sederhana dan rendah hati, meskipun memiliki kekayaan yang melimpah. Ia terus aktif di dunia akademis dan teknologi, serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi. Setelah perusahaannya, Apstra, diakuisisi oleh Juniper Networks pada tahun 2021, Cheriton mengambil peran sebagai kepala ilmuwan pusat data di Juniper Networks. Saat ini, David Cheriton menduduki peringkat ke-162 dalam daftar orang terkaya di dunia, mencerminkan keberhasilannya sebagai seorang akademisi, investor, dan pengusaha.
Henry Samueli: Pendiri Broadcom dan Inspirasi bagi Mahasiswa (USD 26,8 Miliar atau Rp 440 Triliun)
Henry Samueli, seorang profesor di University of California, Los Angeles (UCLA), adalah salah satu pendiri dan chairman perusahaan semikonduktor Broadcom. Pria berusia 70 tahun ini adalah contoh bagaimana keahlian di bidang teknik elektro dan semangat kewirausahaan dapat menghasilkan perusahaan bernilai miliaran dolar.
Samueli meluncurkan Broadcom bersama Henry Nicholas pada tahun 1991 dari sebuah kondominium di Redondo Beach, California. Broadcom kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan semikonduktor terkemuka di dunia, dengan produk-produknya digunakan dalam berbagai perangkat elektronik, mulai dari komputer dan ponsel hingga peralatan telekomunikasi dan jaringan. Pada tahun 2016, perusahaan chip yang berbasis di Singapura, Avago, mengakuisisi Broadcom senilai USD 37 miliar dalam bentuk tunai dan saham.
Selain kesuksesannya di dunia bisnis, Samueli juga dikenal sebagai seorang akademisi yang inspiratif. Sebagai profesor di UCLA, ia mendorong mahasiswanya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi dan berkontribusi bagi kemajuan teknologi. Ia menekankan pentingnya peran insinyur dalam meningkatkan kualitas hidup manusia melalui penerapan matematika dan sains.
Pada tahun 2017, keluarga Samueli memberikan donasi sebesar USD 200 juta kepada University of California, Irvine, yang merupakan donasi terbesar dalam sejarah institusi tersebut. Donasi ini digunakan untuk mendukung berbagai program pendidikan dan penelitian di universitas tersebut. Henry Samueli saat ini menduduki peringkat ke-74 dalam daftar orang terkaya di dunia, menunjukkan keberhasilannya sebagai seorang akademisi, pengusaha, dan filantropis.
Kesimpulan: Inspirasi dari Dunia Akademis
Kisah sukses Fan Daidi, David Cheriton, dan Henry Samueli memberikan inspirasi bagi kita semua. Mereka adalah bukti bahwa dunia akademis tidak hanya terbatas pada penelitian dan pengajaran, tetapi juga dapat menjadi lahan subur bagi inovasi dan kewirausahaan. Dengan menggabungkan keahlian akademik dengan visi bisnis yang tajam, mereka berhasil menciptakan perusahaan bernilai triliunan rupiah dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat.
Kisah mereka juga menunjukkan bahwa kekayaan tidak selalu menjadi tujuan utama, tetapi lebih merupakan hasil dari kerja keras, dedikasi, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang. Mereka adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dan ilmu pengetahuan dapat menjadi landasan bagi kesuksesan di berbagai bidang kehidupan. Selain itu, mereka juga menunjukkan pentingnya berbagi dan memberikan kembali kepada masyarakat, melalui donasi dan kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan penelitian.
Para dosen terkaya di dunia ini adalah bukti bahwa kesuksesan dapat diraih melalui berbagai jalan, dan bahwa dunia akademis dapat menjadi tempat yang menginspirasi dan memotivasi untuk mencapai impian dan memberikan dampak positif bagi dunia. Mereka adalah panutan bagi para akademisi, pengusaha, dan siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.