Kontroversi adalah bumbu yang tak terpisahkan dari sepak bola, baik di kancah internasional maupun di liga domestik Indonesia. Di balik gemerlapnya pertandingan dan euforia kemenangan, seringkali muncul sosok-sosok pelatih yang menjadi pusat perhatian, tak hanya karena strategi dan taktik yang mereka terapkan, tetapi juga karena tingkah laku dan pernyataan kontroversial yang mereka lontarkan. Sebagai pemimpin tim, para pelatih ini seringkali sangat ekspresif, baik di dalam maupun di luar lapangan, dan tak jarang memicu kehebohan di kalangan suporter, media, dan bahkan sesama pelaku sepak bola.
Kehebohan yang diciptakan oleh para pelatih ini pun beragam bentuknya, mulai dari tindakan spontan di pinggir lapangan, komentar pedas dalam konferensi pers, hingga kebijakan kontroversial yang mereka ambil. Tak jarang, hal-hal sepele pun bisa menjadi sasaran kritik dan cemooh dari para pelatih ini, yang kemudian memicu perdebatan panjang dan polemik di media sosial.
Bola.com mencoba mengulas empat nama pelatih yang pernah membuat heboh di sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Mereka adalah sosok-sosok yang tak hanya dikenal karena kemampuan melatih, tetapi juga karena kontroversi yang melekat pada diri mereka. Siapa sajakah mereka? Berikut ulasan selengkapnya:
Iwan Setiawan: Sang Profesor Kontroversi
Nama Iwan Setiawan sudah sangat familiar di telinga para pecinta sepak bola Indonesia. Pelatih asal Medan ini dikenal sebagai sosok yang blak-blakan dan tak segan melontarkan komentar pedas yang seringkali menyulut kontroversi. Gaya kepelatihannya yang keras dan disiplin, serta pernyataannya yang jujur namun seringkali "pedas", membuatnya menjadi sosok yang disegani sekaligus dibenci oleh banyak orang.
Salah satu kontroversi terbesar yang pernah dibuat oleh Iwan Setiawan adalah saat ia menantang suporter Persebaya Surabaya. Kejadian ini terjadi di awal Liga 2 2017, saat Persebaya, yang saat itu baru promosi ke Liga 2, hanya mampu bermain imbang dalam dua pertandingan perdana mereka. Merasa gusar dengan cemoohan dan kritikan dari para suporter yang merasa kecewa dengan hasil tersebut, Iwan Setiawan secara spontan mengacungkan jari tengah ke arah tribun penonton.
Tindakan Iwan Setiawan ini tentu saja memicu kemarahan dari para suporter Persebaya, yang merasa dilecehkan dan dihina oleh sang pelatih. Manajemen Persebaya pun tak tinggal diam dan langsung mengambil tindakan tegas dengan mencopot Iwan Setiawan dari jabatannya sebagai pelatih kepala. Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi Iwan Setiawan, yang kemudian lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara di depan publik.
Namun, insiden mengacungkan jari tengah bukanlah satu-satunya kontroversi yang pernah dibuat oleh Iwan Setiawan. Sebelumnya, ia juga dikenal sering melontarkan psywar (perang urat syaraf) kepada tim lawan, terutama saat menjelang pertandingan-pertandingan penting. Ia tak segan meremehkan kekuatan tim lawan dan meramalkan kemenangan bagi timnya, yang tentu saja membuat panas suasana dan meningkatkan tensi pertandingan.
Meski seringkali terlibat kontroversi, Iwan Setiawan tetaplah seorang pelatih yang memiliki kualitas dan pengalaman yang mumpuni. Ia pernah melatih beberapa klub besar di Indonesia, seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Borneo FC. Ia juga dikenal sebagai pelatih yang mampu mengembangkan pemain-pemain muda dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bersinar di level profesional.
Fakhri Husaini: Kritikus yang Konsisten
Fakhri Husaini adalah sosok pelatih yang dikenal karena dedikasinya terhadap pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia. Ia telah malang melintang melatih berbagai tim nasional usia muda, mulai dari U-16, U-19, hingga U-23. Ia juga dikenal sebagai pelatih yang memiliki filosofi sepak bola yang jelas dan konsisten, serta selalu berusaha menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja keras, dan sportivitas kepada para pemainnya.
Namun, di balik dedikasinya terhadap sepak bola usia muda, Fakhri Husaini juga dikenal sebagai sosok yang kritis dan tak segan menyampaikan pendapatnya secara terbuka, terutama terkait dengan perkembangan sepak bola Indonesia. Ia seringkali memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggapnya kurang tepat, serta mengkritisi kinerja para pelatih dan pemain yang dianggapnya belum memenuhi standar yang diharapkan.
Salah satu momen yang membuat Fakhri Husaini menjadi sorotan publik adalah saat ia kerap memberikan komentar skeptis terhadap pencapaian Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia senior. Fakhri Husaini menilai bahwa prestasi yang diraih oleh Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia masih biasa-biasa saja dan belum memenuhi ekspektasi yang diharapkan.
Pernyataan Fakhri Husaini ini tentu saja memicu pro dan kontra di kalangan suporter dan pengamat sepak bola. Ada yang setuju dengan pendapatnya dan menganggap bahwa kritiknya konstruktif untuk perbaikan sepak bola Indonesia, namun ada juga yang tidak setuju dan menganggap bahwa kritiknya terlalu pedas dan tidak menghargai kerja keras Shin Tae-yong.
Fakhri Husaini sendiri pernah menolak tawaran untuk menjadi asisten Shin Tae-yong di Timnas Indonesia U-20. Ia beralasan bahwa ia memiliki visi dan filosofi yang berbeda dengan Shin Tae-yong, sehingga ia merasa tidak akan bisa bekerja sama secara efektif jika menjadi asistennya.
Meski seringkali dikritik karena komentarnya yang pedas, Fakhri Husaini tetaplah seorang pelatih yang dihormati dan disegani di kalangan sepak bola Indonesia. Ia memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang sepak bola, serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembinaan sepak bola usia muda.
Thomas Doll: "Badut" dan Kontroversi Liga 1
Thomas Doll adalah pelatih asal Jerman yang pernah menukangi Persija Jakarta pada periode 2022 hingga 2024. Kedatangannya ke Indonesia sempat disambut dengan antusias oleh para suporter Persija, yang berharap ia bisa membawa perubahan positif bagi tim Macan Kemayoran.
Namun, selama masa kepelatihannya di Persija, Thomas Doll seringkali terlibat dalam kontroversi, terutama terkait dengan pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia. Ia merasa tidak puas dengan pemanggilan beberapa pemain Persija ke Timnas Indonesia di luar jendela FIFA Matchday, karena hal itu mengganggu persiapan timnya untuk menghadapi pertandingan-pertandingan di Liga 1.
Puncaknya, Thomas Doll bahkan menyebut penampilan Shin Tae-yong dalam sebuah iklan seperti "badut". Pernyataan ini tentu saja memicu kemarahan dari para suporter Timnas Indonesia, yang merasa bahwa Thomas Doll telah menghina pelatih kebanggaan mereka.
Meski kemudian memberikan klarifikasi dan meminta maaf atas pernyataannya, Thomas Doll tetap saja menjadi sasaran hujatan dari para netizen. Banyak yang menganggap bahwa ia tidak menghormati sepak bola Indonesia dan hanya fokus pada kepentingan klubnya sendiri.
Selain masalah pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia, Thomas Doll juga seringkali mengkritik kualitas kompetisi Liga 1. Ia menganggap bahwa Liga 1 masih jauh dari standar yang diharapkan dan perlu banyak perbaikan di berbagai aspek, mulai dari infrastruktur, kualitas wasit, hingga profesionalisme klub.
Kontroversi-kontroversi yang melibatkan Thomas Doll ini tentu saja membuat citranya di mata publik Indonesia menjadi kurang baik. Meski demikian, ia tetaplah seorang pelatih yang memiliki pengalaman dan kualitas yang terbukti di level internasional.
Bernardo Tavares: Pembela Kebenaran atau Provokator Ulung?
Bernardo Tavares adalah pelatih asal Portugal yang saat ini menukangi PSM Makassar. Ia dikenal sebagai sosok yang vokal dan tak segan menyampaikan pendapatnya secara terbuka, terutama terkait dengan masalah-masalah yang dianggapnya tidak adil.
Tavares menjadi buah bibir ketika membawa PSM Makassar meraih gelar juara Liga 1 musim 2022/2023. Namun, di balik kesuksesan itu, ia juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial.
Salah satu tindakan kontroversial yang pernah dilakukan oleh Bernardo Tavares adalah saat ia mengancam akan menggadaikan medali juaranya demi membela hak para pemain dan staf PSM Makassar yang gajinya tertunggak. Ia merasa prihatin dengan kondisi finansial timnya dan ingin memberikan dukungan kepada para pemain dan staf yang telah berjuang keras untuk meraih gelar juara.
Selain itu, Bernardo Tavares juga seringkali mengkritik kinerja wasit yang memimpin pertandingan PSM Makassar. Ia tak segan membawa laptop ke sesi konferensi pers untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh wasit dan menuntut agar kualitas wasit di Indonesia ditingkatkan.
Tindakan-tindakan Bernardo Tavares ini tentu saja menuai beragam reaksi dari berbagai pihak. Ada yang mendukungnya dan menganggap bahwa ia adalah sosok yang berani dan jujur, namun ada juga yang mengkritiknya dan menganggap bahwa ia terlalu provokatif dan tidak menghormati otoritas wasit.
Meski seringkali terlibat kontroversi, Bernardo Tavares tetaplah seorang pelatih yang dihormati oleh para pemain dan suporter PSM Makassar. Ia dianggap sebagai sosok yang memiliki semangat juang yang tinggi dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk timnya.
Kesimpulan
Keempat pelatih yang telah diulas di atas adalah contoh dari sosok-sosok yang tak hanya dikenal karena kemampuan melatih, tetapi juga karena kontroversi yang melekat pada diri mereka. Kontroversi-kontroversi yang mereka ciptakan tentu saja memberikan warna tersendiri bagi sepak bola Indonesia, namun juga perlu diingat bahwa sepak bola adalah olahraga yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, fair play, dan saling menghormati.
Oleh karena itu, diharapkan para pelatih, pemain, dan seluruh pelaku sepak bola Indonesia dapat lebih bijak dalam bertindak dan berbicara, serta selalu mengedepankan kepentingan sepak bola Indonesia di atas kepentingan pribadi atau kelompok.