Gerhana matahari, sebuah fenomena alam yang memukau, telah menjadi bagian dari sejarah manusia selama berabad-abad. Bahkan sebelum catatan tertulis ada, manusia telah menyaksikan peristiwa kosmik ini. Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman ilmiah kita tentang alam semesta, termasuk gerhana, juga berkembang pesat. Akibatnya, banyak gagasan kuno tentang penyebab dan efek gerhana telah digantikan oleh penjelasan ilmiah yang lebih akurat dan mendalam. Namun, beberapa mitos tampaknya masih bertahan dan sulit dihilangkan, meskipun telah dibantah oleh sains.
Berikut adalah sembilan mitos gerhana matahari yang populer dan telah dibuktikan salah oleh ilmu pengetahuan, berdasarkan informasi dari NASA, yang diperkaya dengan data dan penjelasan tambahan:
1. Mitos: Gerhana Matahari Menyebabkan Kebutaan
Fakta Ilmiah: Mitos ini adalah salah satu yang paling umum dan menakutkan. Klaim bahwa melihat gerhana matahari, terutama selama fase totalitas, dapat menyebabkan kebutaan sama sekali tidak benar. Selama gerhana matahari total, ketika Bulan sepenuhnya menutupi Matahari, korona Matahari (lapisan luar atmosfer Matahari) memancarkan radiasi elektromagnetik. Radiasi ini telah dipelajari oleh para ilmuwan selama berabad-abad dan terbukti aman. Kecerahan korona sekitar satu juta kali lebih redup daripada cahaya Matahari langsung. Tingkat radiasi ini terlalu lemah untuk menembus atmosfer Bumi dan menyebabkan kerusakan pada retina mata.
Penjelasan Lebih Lanjut: Bahaya sebenarnya terletak pada melihat Matahari secara langsung sebelum atau sesudah fase totalitas. Pada saat-saat ini, sebagian dari permukaan Matahari yang sangat terang masih terlihat, dan radiasinya dapat menyebabkan kerusakan retina, yang dikenal sebagai retinopati matahari. Kerusakan ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, distorsi, atau bahkan titik buta permanen. Penting untuk menggunakan pelindung mata yang sesuai, seperti kacamata gerhana yang memenuhi standar ISO 12312-2, saat melihat fase parsial gerhana. Bahkan refleks alami manusia untuk memalingkan muka atau memejamkan mata tidak cukup untuk melindungi mata dari kerusakan serius.
2. Mitos: Gerhana Matahari Membahayakan Janin
Fakta Ilmiah: Mitos ini menyatakan bahwa radiasi berbahaya yang dipancarkan selama gerhana matahari total dapat membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Radiasi elektromagnetik dari korona, yang terlihat sebagai cahaya, sangat aman. Selain itu, partikel yang disebut neutrino, yang dihasilkan jauh di dalam inti Matahari melalui fusi nuklir, terus-menerus melewati tubuh kita, terlepas dari apakah ada gerhana atau tidak.
Penjelasan Lebih Lanjut: Neutrino adalah partikel subatomik yang sangat kecil dan hampir tidak berinteraksi dengan materi. Triliunan neutrino melewati tubuh kita setiap detik tanpa menimbulkan efek berbahaya. Bahkan selama gerhana, ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, neutrino tetap menembus Bulan dan mencapai Bumi. Dampak neutrino pada tubuh manusia sangat minim, hanya menyebabkan beberapa atom berubah menjadi isotop yang berbeda. Proses ini sama sekali tidak berbahaya dan tidak menimbulkan risiko bagi ibu hamil atau janin. Ketakutan akan radiasi berbahaya selama gerhana hanyalah mitos tanpa dasar ilmiah.
3. Mitos: Makanan Menjadi Beracun Selama Gerhana Matahari
Fakta Ilmiah: Mitos ini terkait dengan anggapan keliru tentang radiasi berbahaya yang dipancarkan selama gerhana matahari. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa makanan menjadi beracun atau terkontaminasi selama gerhana. Jika memang ada radiasi berbahaya yang dapat merusak makanan selama gerhana, maka radiasi yang sama juga akan merusak makanan di dapur atau tanaman di ladang setiap hari.
Penjelasan Lebih Lanjut: Keracunan makanan selama gerhana kemungkinan besar merupakan hasil dari kebetulan atau kurangnya kebersihan. Jika seseorang mengalami keracunan makanan selama gerhana, mereka mungkin secara keliru mengaitkannya dengan fenomena tersebut. Namun, banyak orang lain di lokasi yang sama yang tidak mengalami keracunan makanan, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara gerhana dan keracunan makanan. Mitos ini mungkin berasal dari zaman dahulu ketika orang tidak memahami penyebab keracunan makanan dan mencoba menghubungkannya dengan peristiwa alam yang tidak biasa seperti gerhana.
4. Mitos: Gerhana Matahari Adalah Pertanda Buruk
Fakta Ilmiah: Mitos klasik ini mengaitkan gerhana matahari dengan malapetaka, bencana, atau peristiwa negatif lainnya. Psikolog menjelaskan fenomena ini sebagai bias konfirmasi, yaitu kecenderungan untuk mengingat peristiwa ketika dua hal terjadi bersamaan, tetapi melupakan semua waktu lain ketika hal itu tidak terjadi.
Penjelasan Lebih Lanjut: Dalam sejarah, gerhana matahari total relatif jarang terjadi dan seringkali dicatat ketika bertepatan dengan peristiwa sejarah penting, baik positif maupun negatif. Namun, orang cenderung lebih fokus pada peristiwa negatif dan mengaitkannya dengan gerhana sebagai pertanda buruk. Misalnya, catatan kuno Asyur mengaitkan gerhana dengan pemberontakan di kota Ashur. Atau, kematian Raja Henry I dari Inggris bertepatan dengan gerhana matahari total. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa orang-orang di masa lalu cenderung menghubungkan gerhana dengan peristiwa negatif dalam pikiran mereka, menciptakan persepsi bahwa gerhana adalah pertanda buruk.
5. Mitos: Tidak Ada Gerhana Matahari di Kutub Utara atau Selatan Bumi
Fakta Ilmiah: Mitos ini tidak benar. Dari sudut pandang astronomi, tidak ada yang unik mengenai Kutub Utara dan Kutub Selatan yang membuat gerhana tidak mungkin terjadi di sana. Gerhana matahari total terakhir yang terlihat dari daerah Kutub Utara terjadi pada 20 Maret 2015. Gerhana tersebut melewati Kutub Utara dan berakhir tepat pada Ekuinoks Musim Semi. Sementara itu, gerhana matahari total tampak di Kutub Selatan pada 23 November 2003.
Penjelasan Lebih Lanjut: Gerhana matahari terjadi ketika Bulan melewati antara Matahari dan Bumi, menghalangi cahaya Matahari dan menciptakan bayangan di Bumi. Bayangan ini dapat jatuh di mana saja di Bumi, termasuk di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Frekuensi gerhana di kutub mungkin lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain, tetapi bukan berarti gerhana tidak pernah terjadi di sana.
6. Mitos: Bulan Menjadi Hitam Pekat Saat Gerhana Matahari Total
Fakta Ilmiah: Mitos ini mengklaim bahwa Bulan menjadi benar-benar gelap selama gerhana matahari total. Faktanya, Bulan tidak menjadi hitam pekat, tetapi tampak samar karena cahaya Bumi (Earthshine).
Penjelasan Lebih Lanjut: Earthshine adalah fenomena di mana cahaya Matahari yang dipantulkan oleh Bumi menerangi sisi gelap Bulan. Kondisi ini paling terlihat selama fase Bulan sabit, ketika sebagian besar permukaan Bulan tampak gelap, tetapi diterangi oleh cahaya redup dari Bumi. Selama gerhana matahari total, permukaan Bulan akan tampak samar karena Earthshine, dikelilingi oleh korona Matahari yang jauh lebih terang.
7. Mitos: Korona Matahari Selalu Terlihat Selama Gerhana Matahari Total
Fakta Ilmiah: Mitos ini mengasumsikan bahwa korona Matahari selalu terlihat jelas selama gerhana matahari total. Namun, ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa korona mungkin tidak selalu terlihat selama gerhana.
Penjelasan Lebih Lanjut: Selama periode yang dikenal sebagai Maunder Minimum (sekitar tahun 1645 hingga 1715), siklus bintik Matahari 11 tahun tampaknya menghilang. Ada catatan gerhana matahari total dari zaman Yunani Kuno, tetapi deskripsi korona kontemporer, yang merupakan fitur paling dramatis, tidak ada atau hanya sedikit disebutkan. Pada tahun 1715, astronom Edmund Halley menggambarkan korona sebagai "cincin bercahaya berwarna putih pucat." Apakah Matahari melewati periode seribu tahun tanpa memiliki korona yang signifikan sama sekali masih menjadi misteri.
8. Mitos: Gerhana Matahari Adalah Tanda Peristiwa Besar Akan Terjadi
Fakta Ilmiah: Ini adalah interpretasi umum yang ditemukan dalam ramalan astrologi, yang didasarkan pada kebetulan dan kepercayaan non-ilmiah tentang bagaimana peristiwa langit mengendalikan perilaku manusia.
Penjelasan Lebih Lanjut: Mitos ini adalah contoh penggunaan bias konfirmasi yang cacat logika, di mana orang memaksakan hubungan sebab-akibat dengan mengabaikan kegagalan dan hanya mempertimbangkan prakiraan yang berhasil. Mitos ini hanyalah kondisi psikologi manusia yang berusaha menghubungkan gerhana dengan peristiwa masa depan dalam hidupnya. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa gerhana dapat memprediksi atau menyebabkan peristiwa besar.
9. Mitos: Gerhana Matahari Adalah Tanda Dianugerahi Kesehatan
Fakta Ilmiah: Sama seperti bias konfirmasi lainnya, mitos bahwa terjadinya gerhana enam bulan sebelum atau sesudah tanggal ulang tahun kita sebagai pertanda dianugerahi kesehatan hanyalah kepercayaan umum di kalangan astrolog.
Penjelasan Lebih Lanjut: Tidak ada hubungan fisik antara gerhana dan kesehatan kita. Di antara sampel acak orang, kita mungkin menemukan korelasi seperti itu dari waktu ke waktu, tetapi jumlahnya kalah dengan semua kemungkinan lain di mana kesehatan kita dalam kondisi sangat baik. Kesehatan kita dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetika, gaya hidup, dan lingkungan, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gerhana memiliki efek langsung pada kesehatan kita.
Kesimpulannya, banyak mitos tentang gerhana matahari yang telah dibantah oleh sains. Penting untuk memahami penjelasan ilmiah tentang fenomena ini dan menghindari penyebaran informasi yang salah. Dengan demikian, kita dapat menikmati keindahan dan keajaiban gerhana matahari tanpa rasa takut atau kepercayaan yang tidak berdasar.