Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

  • Maskobus
  • Aug 19, 2025

Para ilmuwan tengah mengembangkan hipotesis revolusioner mengenai Earendel, bintang terjauh yang pernah terdeteksi dari Bumi pada tahun 2022. Alih-alih menjadi bintang tunggal raksasa, Earendel diduga kuat merupakan gugus bintang padat, sebuah ansambel kosmik yang terikat oleh gravitasi dan lahir dari awan gas dan debu purba. Studi mendalam yang diterbitkan pada 31 Juli 2025 di Astrophysical Journal menjadi landasan bagi interpretasi baru ini, menantang pemahaman kita tentang pembentukan bintang di alam semesta awal.

Pengamatan lanjutan yang dilakukan oleh para astronom dengan menggunakan kekuatan tak tertandingi Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menjadi katalisator bagi perubahan paradigma ini. JWST, dengan kemampuan spektral dan resolusi spasialnya yang superior, memungkinkan para ilmuwan untuk menyelidiki Earendel dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengungkap petunjuk yang mengarah pada identifikasi gugus bintang.

Menurut analisis rinci, fitur spektral Earendel menunjukkan kesamaan yang mencolok dengan gugus bola, kumpulan padat ratusan ribu hingga jutaan bintang yang terikat erat oleh gravitasi. Massimo Pascale, mahasiswa doktoral astronomi di University of California, Berkeley, dan penulis utama studi tersebut, mengungkapkan kegembiraannya atas potensi penemuan ini. "Penelitian ini menemukan bahwa Earendel tampaknya cukup konsisten dengan bagaimana kita memperkirakan gugus bola yang kita lihat di alam semesta lokal akan terlihat pada miliaran tahun pertama alam semesta," ujarnya.

Earendel terletak di galaksi Sunrise Arc, sebuah formasi kosmik yang terletak sekitar 12,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Jarak yang sangat jauh ini menjadikan Earendel sebagai objek yang menantang untuk dipelajari, namun keberadaannya terungkap melalui fenomena luar biasa yang dikenal sebagai pelensaan gravitasi. Pelensaan gravitasi terjadi ketika gravitasi dari objek masif di garis depan, seperti galaksi atau gugus galaksi, membengkokkan dan memperkuat cahaya dari objek yang lebih jauh di belakangnya. Dalam kasus Earendel, galaksi Sunrise Arc bertindak sebagai lensa gravitasi, memperbesar cahaya bintang dan memungkinkan para astronom untuk mengamatinya meskipun jaraknya sangat jauh.

Setelah penemuan Earendel pada tahun 2022, para peneliti menggunakan data dari Near Infrared Imager (NIRCam) JWST untuk menganalisis objek tersebut. Dengan memeriksa kecerahan dan ukurannya, mereka awalnya menyimpulkan bahwa Earendel mungkin merupakan bintang masif, dengan suhu dua kali lebih panas dari matahari dan satu juta kali lebih terang daripada bintang di sekitar Bumi. Namun, data baru yang diperoleh dengan JWST telah mendorong para ilmuwan untuk mempertimbangkan kembali interpretasi awal ini.

Ada Bintang yang Lebih Panas dari Matahari, Diduga Sekumpulan

"Setelah beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa Earendel memang bisa (tetapi belum tentu) jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya, saya yakin ada baiknya untuk mengeksplorasi skenario gugus bintang," kata Pascale.

Untuk menyelidiki lebih lanjut sifat Earendel, Pascale dan timnya menggunakan data spektroskopi dari instrumen NIRSpec JWST. Spektroskopi adalah teknik yang memecah cahaya menjadi komponen-komponen warnanya, memungkinkan para astronom untuk menentukan komposisi kimia, suhu, dan kecepatan suatu objek. Dengan menganalisis spektrum cahaya dari Earendel, tim dapat mempelajari usia dan kandungan logam bintang tersebut.

Tim menemukan bahwa kecerahan Earendel berubah secara halus pada berbagai panjang gelombang cahaya. Pola ini sesuai dengan apa yang diharapkan dari sebuah gugus bintang dan, setidaknya, sesuai dengan gabungan cahaya dari beberapa bintang. Variasi halus dalam kecerahan ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa Earendel mungkin bukan bintang tunggal, tetapi gugus bintang yang mengandung banyak bintang dengan karakteristik yang sedikit berbeda.

Brian Welch, peneliti pascadoktoral di Universitas Maryland dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, percaya bahwa data baru tersebut cukup untuk mengonfirmasi bahwa Earendel adalah gugus bintang. "Data spektroskopi dari NIRSpec sangat meyakinkan," katanya. "Pola perubahan kecerahan pada berbagai panjang gelombang sangat konsisten dengan gugus bintang."

Meskipun bukti yang ada menunjukkan bahwa Earendel adalah gugus bintang, Pascale dan Welch menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi kesimpulan ini secara definitif. Kunci untuk memecahkan misteri Earendel adalah memantau efek pelensaan mikro. Pelensaan mikro terjadi ketika objek kecil di garis depan, seperti bintang atau planet, melewati garis pandang ke objek yang lebih jauh. Gravitasi objek kecil tersebut membengkokkan dan memperkuat cahaya dari objek yang lebih jauh, menyebabkan perubahan kecerahan sementara.

Perubahan kecerahan akibat pelensaan mikro lebih terlihat ketika objek yang jauh berukuran kecil, daripada gugus bintang yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, jika Earendel adalah gugus bintang, efek pelensaan mikro akan lebih sulit dideteksi. Namun, jika Earendel adalah bintang tunggal, efek pelensaan mikro akan lebih jelas.

"Akan menarik untuk melihat apa yang dapat dilakukan program JWST di masa mendatang untuk lebih mengungkap misteri Earendel," kata Pascale.

Jika Earendel memang merupakan gugus bintang, penemuan ini akan memiliki implikasi yang signifikan untuk pemahaman kita tentang pembentukan bintang di alam semesta awal. Gugus bintang dianggap sebagai lingkungan yang ideal untuk pembentukan bintang masif, dan penemuan gugus bintang di jarak yang begitu jauh akan memberikan wawasan baru tentang proses yang membentuk galaksi pertama.

Selain itu, penemuan gugus bintang di Earendel akan mendukung teori bahwa alam semesta awal lebih kaya akan logam daripada yang diperkirakan sebelumnya. Logam adalah unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium, dan mereka terbentuk di dalam inti bintang. Ketika bintang-bintang ini mati, mereka memuntahkan logam kembali ke alam semesta, memperkaya awan gas dan debu dari mana bintang-bintang baru terbentuk.

Kehadiran logam di bintang-bintang di gugus Earendel akan menunjukkan bahwa generasi bintang sebelumnya telah ada di alam semesta awal, dan bahwa proses pengayaan logam telah terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Misteri Earendel masih jauh dari selesai, tetapi data baru dari JWST telah membuka babak baru dalam eksplorasi bintang terjauh ini. Apakah Earendel adalah bintang tunggal raksasa atau gugus bintang padat, penemuan ini memberikan jendela yang tak ternilai ke alam semesta awal dan proses yang membentuk galaksi pertama. Penelitian lebih lanjut dengan JWST dan teleskop lainnya akan mengungkap lebih banyak rahasia Earendel dan membantu kita memahami lebih baik asal usul kosmik kita.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :