Ahli Parasitologi Sebut Kematian Akibat Cacingan Jarang Terjadi, Ini yang Bikin Fatal

  • Maskobus
  • Aug 23, 2025

Kisah tragis yang menimpa Raya, seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia setelah ditemukan lebih dari satu kilogram cacing di dalam tubuhnya, telah memicu kekhawatiran publik mengenai risiko fatal yang mungkin timbul akibat infeksi cacing. Menanggapi hal ini, Prof. Dr. Saleha Sungkar, seorang ahli parasitologi terkemuka dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai cacingan dan dampaknya terhadap kesehatan.

Prof. Saleha menegaskan bahwa cacingan sebenarnya jarang menjadi penyebab langsung kematian. Namun, ia menekankan bahwa infeksi cacing dapat memicu serangkaian masalah kesehatan yang serius, terutama pada anak-anak. Salah satu dampak utama dari cacingan adalah malnutrisi, yang terjadi ketika cacing menyerap nutrisi penting dari makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. Akibatnya, anak-anak yang terinfeksi cacing seringkali mengalami kekurangan gizi, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Selain malnutrisi, infeksi cacing juga dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, anak-anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi lainnya. Dalam kondisi ini, infeksi cacing yang tidak diobati dapat terus berkembang biak dan memperburuk kondisi kesehatan anak.

Penularan cacing biasanya terjadi melalui kontak dengan tanah atau lingkungan yang terkontaminasi oleh telur cacing, terutama saat buang air besar sembarangan. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) adalah salah satu jenis cacing yang umum menginfeksi manusia. Cacing ini hidup di rongga usus dan dapat menular ketika telur cacing masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Prof. Saleha menjelaskan secara rinci siklus hidup cacing gelang di dalam tubuh manusia. "Jika anak-anak bermain di tanah dan telur cacing gelang menempel di tangan, maka jika anak memegang makanan, telur menempel di makanan dan ikut tertelan bersama makanan dan masuk ke usus lalu menetas menjadi larva di usus halus," terangnya.

Ahli Parasitologi Sebut Kematian Akibat Cacingan Jarang Terjadi, Ini yang Bikin Fatal

Setelah menetas di usus halus, larva cacing gelang mulai bergerak menuju pembuluh darah atau saluran limfe. Dari sana, larva akan mengarah ke jantung dan paru-paru sebelum akhirnya menetap di usus. Proses migrasi larva ini dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti batuk, sesak napas, dan demam.

"Rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih dua hingga tiga bulan," sambung Prof. Saleha.

Semua kelompok usia dapat terinfeksi cacing, tetapi anak-anak usia balita, taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD) merupakan kelompok yang paling rentan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan anak-anak yang sering bermain di tanah dan kurang memperhatikan kebersihan diri. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko cacingan meliputi buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan setelah kontak dengan tanah, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar.

Prof. Saleha mengingatkan bahwa gejala cacingan pada fase awal seringkali tidak disadari. Oleh karena itu, ia mengimbau para orang tua untuk lebih waspada terhadap keluhan anak-anak mereka dan segera mencari pertolongan medis jika menemukan gejala yang mencurigakan. Beberapa gejala awal cacingan yang perlu diwaspadai meliputi gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare, atau justru sulit buang air besar.

Selain itu, Prof. Saleha juga menekankan pentingnya pencegahan cacingan melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah buang air besar, sebelum makan, dan setelah kontak dengan tanah atau hewan.
  2. Memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi bersih dan aman, dengan mencuci buah dan sayuran sebelum dimakan dan memasak daging hingga matang sempurna.
  3. Menjaga kebersihan lingkungan, dengan membuang sampah pada tempatnya dan menghindari buang air besar sembarangan.
  4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika memiliki risiko tinggi terinfeksi cacing.
  5. Memberikan obat cacing secara teratur, sesuai dengan anjuran dokter.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko infeksi cacing dapat diminimalkan dan kesehatan anak-anak dapat terlindungi.

Lebih lanjut, Prof. Saleha menjelaskan bahwa diagnosis cacingan biasanya dilakukan melalui pemeriksaan tinja. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi telur cacing atau larva cacing di dalam tinja. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi cacing, dokter akan meresepkan obat cacing yang sesuai dengan jenis cacing yang menginfeksi.

Pengobatan cacingan biasanya efektif dalam membunuh cacing dan menghilangkan gejala yang ditimbulkan. Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan cacingan tidak akan mencegah infeksi kembali jika perilaku hidup bersih dan sehat tidak diterapkan. Oleh karena itu, pencegahan merupakan kunci utama dalam mengatasi masalah cacingan.

Selain itu, Prof. Saleha juga menyoroti pentingnya edukasi mengenai cacingan kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang memiliki tingkat infeksi cacing yang tinggi. Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko cacingan, cara penularan, gejala, dan cara pencegahannya. Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari infeksi cacing.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam upaya pengendalian cacingan. Pemerintah dapat melakukan berbagai program, seperti pemberian obat cacing massal secara berkala, penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai, dan peningkatan akses terhadap air bersih. Program-program ini diharapkan dapat menurunkan tingkat infeksi cacing di masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dalam kasus Raya, balita yang meninggal dunia akibat infeksi cacing, Prof. Saleha menekankan bahwa kasus ini merupakan kasus yang jarang terjadi. Namun, ia mengingatkan bahwa infeksi cacing tetap merupakan masalah kesehatan yang serius dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Dengan upaya pencegahan dan pengobatan yang tepat, dampak negatif dari infeksi cacing dapat diminimalkan dan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Sebagai penutup, Prof. Saleha mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif dalam upaya pengendalian cacingan. Dengan meningkatkan kesadaran, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mendukung program-program pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari cacing.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :