Amerika Larang Total Warga China Dekati NASA, Ada Apa Nih!

  • Maskobus
  • Sep 12, 2025

Washington – Ketegangan di Bumi merambah ke luar angkasa. NASA, badan antariksa Amerika Serikat, secara resmi melarang seluruh warga negara Republik Rakyat China (RRC) untuk berpartisipasi dalam program antariksa mereka. Kebijakan drastis ini menandai eskalasi signifikan dalam persaingan antariksa yang semakin memanas antara Amerika Serikat dan China. Langkah ini menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang mendorong Amerika Serikat mengambil tindakan sekeras ini?

Larangan komprehensif ini, yang diberlakukan mulai 5 September 2025, mencakup spektrum partisipasi yang luas. Warga negara China tidak lagi diizinkan memiliki akses fisik ke fasilitas NASA, berpartisipasi dalam konferensi video dengan personel NASA, atau memanfaatkan sumber daya superkomputer milik badan tersebut. Pembatasan ini juga meluas ke kehadiran dalam pertemuan yang didanai oleh NASA, baik secara langsung maupun melalui platform daring.

Kebijakan ini berdampak langsung pada ratusan ilmuwan dan peneliti, yang sebagian besar didanai oleh NASA untuk melakukan penelitian penting di berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu iklim, eksplorasi antariksa, dan disiplin ilmu terkait lainnya. Juru bicara NASA memperkirakan bahwa jumlah individu yang terdampak langsung oleh larangan ini kurang dari seratus orang. Namun, implikasi jangka panjang dari kebijakan ini berpotensi jauh lebih luas, mengingat potensi dampak pada kolaborasi ilmiah dan pertukaran pengetahuan antara kedua negara.

Alasan pasti di balik tindakan keras ini masih belum jelas. NASA belum memberikan penjelasan rinci mengenai insiden khusus yang mendorong penerapan kebijakan ini. Namun, konteks yang lebih luas dari persaingan antariksa yang semakin meningkat antara Amerika Serikat dan China memberikan petunjuk penting.

China secara aktif berupaya mengirim misi berawak ke Bulan dan berpotensi membangun habitat permanen di sana. Ambisi ini telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di pemerintahan Amerika Serikat, terutama di bawah kepemimpinan Donald Trump. Pemerintah AS memandang ambisi antariksa China sebagai tantangan langsung terhadap supremasi Amerika di luar angkasa.

Amerika Larang Total Warga China Dekati NASA, Ada Apa Nih!

Pelaksana Administrator NASA, Sean Duffy, yang juga menjabat sebagai Menteri Perhubungan dan merupakan sekutu dekat Trump, memberikan pernyataan yang mencerminkan kekhawatiran ini. "China tidak akan pergi ke bulan dengan niat baik. Amerika akan sampai di sana terlebih dahulu, menjaga perdamaian bagi AS dan mitra internasional kami," tegas Duffy.

Pernyataan Duffy menggarisbawahi persepsi bahwa persaingan antariksa antara Amerika Serikat dan China bukan hanya tentang eksplorasi ilmiah, tetapi juga tentang proyeksi kekuatan dan pengaruh global. Pemerintah AS khawatir bahwa jika China berhasil mendirikan pangkalan permanen di Bulan sebelum Amerika Serikat, China dapat mendeklarasikan zona terlarang yang akan menggagalkan rencana NASA untuk membangun pangkalan bulan sendiri.

Ketegangan ini semakin diperparah oleh pernyataan Duffy sebelumnya pada awal Agustus, di mana ia mengarahkan NASA untuk mempercepat rencana penempatan reaktor nuklir di Bulan. Reaktor nuklir ini akan digunakan untuk menghasilkan listrik untuk permukiman permanen di masa depan. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk mengamankan keunggulan teknologi dan operasional Amerika Serikat dalam perlombaan menuju Bulan.

"Kita sedang berlomba menuju Bulan, berlomba dengan China menuju Bulan," kata Duffy beberapa waktu lalu. Dia memperingatkan bahwa jika negara lain mengalahkan AS, negara tersebut dapat mendeklarasikan zona terlarang yang dapat menggagalkan rencana pangkalan bulan NASA. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam bahwa China dapat menggunakan kehadirannya di Bulan untuk membatasi akses Amerika Serikat ke sumber daya dan wilayah strategis di sana.

Politisi AS dari kedua partai telah menyatakan dukungan kuat untuk mengamankan supremasi Amerika di luar angkasa. Senator Texas dari Partai Republik, Ted Cruz, menyatakan, "Jangan salah, kita berada dalam perlombaan luar angkasa baru dengan China." Cruz menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam program antariksa Amerika Serikat untuk memastikan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin global dalam eksplorasi dan pengembangan luar angkasa.

Senator Partai Demokrat, Maria Cantwell, juga menekankan pentingnya investasi teknologi luar angkasa bagi ekonomi dan keamanan nasional di masa depan. "Kita tahu kita perlu kembali ke Bulan dan kita tahu kita perlu pergi ke sana sebelum China membangun kehadiran permanen," kata Cantwell. Pernyataan ini mencerminkan konsensus bipartisan bahwa Amerika Serikat harus memprioritaskan eksplorasi antariksa dan berupaya untuk mengungguli China dalam perlombaan menuju Bulan.

Sekretaris pers NASA, Bethany Stevens, mengkonfirmasi bahwa NASA telah mengambil tindakan internal terkait warga negara China. "NASA telah mengambil tindakan internal terkait warga negara China, termasuk membatasi akses fisik dan keamanan siber ke fasilitas, materi, dan jaringan kami untuk memastikan keamanan pekerjaan kami," sebut Stevens.

Tindakan ini mencerminkan kekhawatiran tentang potensi spionase dan pencurian teknologi oleh warga negara China yang bekerja di NASA. Pemerintah AS telah lama menuduh China melakukan spionase ekonomi dan militer, dan kekhawatiran ini tampaknya telah meluas ke sektor antariksa.

China telah mengumumkan rencana untuk mendaratkan Taikonaut (astronot China) di permukaan Bulan untuk pertama kalinya pada tahun 2030. Rencana ini secara langsung bersaing dengan rencana NASA untuk kembali ke Bulan paling cepat pertengahan 2027 melalui program Artemis.

Persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam eksplorasi Bulan bukan hanya tentang mencapai permukaan Bulan terlebih dahulu. Kedua negara juga bersaing untuk mengembangkan teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk membangun kehadiran permanen di Bulan. Ini termasuk pengembangan sistem pendaratan, habitat, sumber daya energi, dan sistem komunikasi.

Implikasi dari perlombaan antariksa ini jauh melampaui eksplorasi ilmiah dan teknologi. Persaingan ini juga memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Negara yang berhasil membangun kehadiran permanen di Bulan akan memiliki keuntungan strategis yang besar dalam hal akses ke sumber daya, kendali atas wilayah strategis, dan proyeksi kekuatan global.

Larangan NASA terhadap warga negara China untuk berpartisipasi dalam program antariksa mereka adalah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencerminkan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan ini kemungkinan akan memiliki implikasi jangka panjang bagi kolaborasi ilmiah, pertukaran teknologi, dan persaingan geopolitik di luar angkasa.

Masa depan eksplorasi antariksa semakin tidak pasti. Apakah Amerika Serikat dan China dapat menemukan cara untuk bekerja sama dalam eksplorasi antariksa, atau apakah persaingan mereka akan terus meningkat dan membahayakan kemajuan eksplorasi antariksa secara keseluruhan? Hanya waktu yang akan menjawab.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :