Jakarta – Kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook yang menyeret nama mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, memasuki babak baru. Kejaksaan Agung (Kejagung) secara resmi menetapkan Nadiem Makarim sebagai tersangka dalam kasus ini, Kamis (4/9/2025). Penetapan tersangka ini sontak mengejutkan publik dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai apa sebenarnya Chromebook dan mengapa pengadaannya justru berujung pada jeratan hukum.
"Telah menetapkan tersangka baru dengan inisial NAM," tegas Kapuspenkum Kejagung, Anang Supriatna, dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan. Pernyataan ini mengkonfirmasi spekulasi yang beredar luas di kalangan masyarakat dan media.
Direktur Penyidikan (Dirdik) Jampidsus Kejagung, Nurcahyo Jungkung Madyo, menambahkan bahwa penetapan Nadiem Makarim sebagai tersangka didasarkan pada alat bukti yang kuat dan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, termasuk saksi ahli. "Berdasarkan pemeriksaan dan alat bukti keterangan saksi ahli petunjuk dan surat serta barang bukti yang telah diterima atau diperoleh tim penyidik pada Jampidsus pada hari ini menetapkan satu tersangka dengan inisial NAM selaku Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi periode tahun 2019-2024," jelas Nurcahyo.
Lantas, apa sebenarnya Chromebook yang pengadaannya kini menjadi sorotan dan menyeret nama besar Nadiem Makarim?
Chromebook adalah jenis laptop yang menjalankan sistem operasi (OS) Google Chrome. Berbeda dengan laptop konvensional yang menggunakan Windows atau macOS, Chromebook dirancang khusus untuk memaksimalkan penggunaan aplikasi web dan penyimpanan cloud. Artinya, sebagian besar data dan aplikasi tidak disimpan secara lokal di perangkat, melainkan di server Google yang dapat diakses melalui internet.
Konsep ini menjadikan Chromebook berbeda secara signifikan dari laptop tradisional. Chromebook umumnya memiliki spesifikasi hardware yang lebih rendah dibandingkan laptop konvensional, sehingga harganya pun lebih terjangkau. Selain itu, Chromebook juga dikenal ringan dan mudah dibawa ke mana-mana.
Ketergantungan pada koneksi internet merupakan salah satu karakteristik utama Chromebook. Perangkat ini sangat bergantung pada akses internet untuk menjalankan sebagian besar fungsinya. Namun, beberapa aplikasi dan fitur tetap dapat digunakan secara offline, meskipun dengan keterbatasan.
Salah satu keunggulan Chromebook adalah kecepatan bootingnya yang sangat cepat. Chrome OS sebagai sistem operasi yang ringan memungkinkan Chromebook untuk menyala dan siap digunakan dalam hitungan detik. Selain itu, Chromebook juga menerima pembaruan otomatis dari Google, sehingga pengguna selalu mendapatkan patch keamanan dan fitur terbaru tanpa perlu melakukan instalasi manual.
Keunggulan lain dari Chromebook adalah daya tahan baterainya yang lebih lama dibandingkan laptop tradisional. Hal ini menjadikannya pilihan yang menarik bagi pelajar, guru, dan profesional yang membutuhkan perangkat portabel untuk bekerja atau belajar di mana saja.
Chrome Web Store menawarkan berbagai aplikasi dan ekstensi yang dapat diunduh dan diinstal di Chromebook. Aplikasi-aplikasi ini mencakup tool produktivitas seperti Google Docs, Sheets, dan Slides untuk membuat dokumen, spreadsheet, dan presentasi. Terdapat juga aplikasi komunikasi seperti Gmail dan Google Meet, serta aplikasi hiburan seperti Netflix, Spotify, dan berbagai game.
Keamanan juga menjadi salah satu fokus utama Chromebook. Chrome OS menggunakan beberapa lapisan keamanan, termasuk sandboxing untuk mengisolasi aplikasi, boot terverifikasi untuk mencegah malware, dan update otomatis untuk memastikan sistem selalu terlindungi dari ancaman keamanan terbaru. Selain itu, data yang disimpan di Chromebook secara otomatis dienkripsi dan disimpan di cloud, sehingga lebih aman dari kehilangan atau pencurian.
Chromebook pertama kali diperkenalkan oleh Acer dan Samsung pada ajang Google I/O pada 11 Mei 2011 dan mulai dijual pada bulan Juni 2011. Sejak saat itu, produsen lain seperti Lenovo, Hewlett-Packard, dan Google sendiri turut meramaikan pasar Chromebook.
Sektor pendidikan menjadi pasar yang paling sukses bagi Chromebook. Harga yang terjangkau, kemudahan penggunaan, dan biaya perawatan yang rendah menjadikan Chromebook sebagai pilihan yang menarik bagi sekolah dan institusi pendidikan. Kesederhanaan Chromebook juga mengurangi biaya pelatihan dan perawatan, sehingga lebih efisien dari segi anggaran.
Pada bulan Maret 2018, Chromebook berhasil meraih pangsa pasar hampir 60% di pasar komputer yang digunakan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Penulis CNET, Alfred Ng, menyebutkan bahwa keamanan yang unggul merupakan alasan utama tingginya tingkat adopsi Chromebook di sektor pendidikan.
Menurut firma riset Gartner dan Canalys, lebih dari 30 juta unit Chromebook dikirimkan pada tahun 2020. Peningkatan ini didorong oleh kebutuhan sekolah dan orang tua akan perangkat yang terjangkau dan mudah digunakan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19.
Sebelumnya, Nadiem Makarim telah memberikan tanggapan terkait pengadaan Chromebook. Ia menjelaskan bahwa Kemendikbudristek telah melakukan kajian komprehensif sebelum memutuskan untuk melakukan pengadaan Chromebook. "Jadi Kemendikbudristek membuat kajian yang komprehensif, tapi targetnya itu adalah bukan daerah 3T, dan di dalam juknis sangat jelas, hanya boleh diberikan kepada sekolah yang punya internet," ujarnya.
Nadiem juga menyatakan bahwa timnya di Kemendikbudristek telah membandingkan Chromebook dengan sistem operasi komputer lainnya. Salah satu pertimbangan penting adalah harga Chromebook yang lebih murah dibandingkan laptop lainnya. "Satu hal yang sangat jelas pada saat saya mencerna laporan ini adalah, dari sisi harga, Chromebook itu, kalau speknya sama, selalu 10-30% lebih murah," jelasnya beberapa waktu lalu.
Selain harga, sistem operasi Chrome OS juga dinilai lebih ekonomis karena tidak berbayar, sementara sistem operasi lain memerlukan biaya tambahan sekitar Rp 1,5-2,5 juta. Dari sisi pendidikan, Chrome OS juga dianggap lebih aman untuk digunakan oleh siswa dan guru.
"Terpenting dari kajian tersebut adalah kontrol terhadap aplikasi yang bisa ada di dalam Chromebook. Kontrol terhadap aplikasi yang bisa ada di dalam Chromebook ini (bisa) untuk melindungi murid-murid dan guru-guru kita dari pornografi, judi online, dan digunakan untuk gaming dan lain-lain," beber Nadiem beberapa waktu silam. Ia juga menambahkan bahwa Chromebook tetap dapat digunakan secara offline, meskipun dengan fitur yang terbatas.
Penetapan Nadiem Makarim sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook ini tentu menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa di sektor pendidikan. Masyarakat berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas dan para pelaku yang terlibat dapat dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, diharapkan pula agar kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar lebih berhati-hati dan transparan dalam setiap proses pengadaan barang dan jasa, khususnya di sektor pendidikan.