Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) dengan tegas memberikan pembelaan kepada Ilham Romadhona, sang pelatih, dan Kurniawan Dwi Yulianto, Direktur Teknik PSPS Pekanbaru, yang tengah menghadapi tekanan hebat dari para suporter setia Askar Bertuah. Gelombang desakan agar keduanya mundur mencuat setelah hasil imbang yang mengecewakan melawan PSMS Medan di kandang sendiri, Stadion Kaharudin Nasution, dalam lanjutan kompetisi Championship (Liga 2) musim 2025/2026. Pertandingan yang berakhir dengan skor 3-3 tersebut seolah menjadi pemicu kekecewaan mendalam bagi para pendukung PSPS, yang langsung menuntut Ilham dan Kurniawan untuk bertanggung jawab atas performa tim yang dinilai belum memuaskan.
Kekecewaan suporter memang dapat dipahami, mengingat PSPS baru saja menjalani dua pertandingan di Liga 2 musim ini. Dengan hanya mengantongi satu poin dari hasil imbang melawan PSMS, PSPS kini terperosok di peringkat ketujuh Grup Barat. Tentu saja, harapan para suporter terhadap tim kebanggaan mereka sangat tinggi, dan hasil yang kurang memuaskan ini memicu reaksi keras. Namun, cara penyampaian kekecewaan tersebut, yang berujung pada desakan mundur terhadap pelatih dan direktur teknik, dianggap berlebihan dan tidak pantas oleh APSSI.
APSSI, sebagai wadah yang menaungi para pelatih sepak bola di seluruh Indonesia, merasa terpanggil untuk melindungi anggotanya dari tekanan yang tidak semestinya. Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) APSSI, Zuchli Imran Putra S.H, M.H., dengan tegas menyatakan bahwa asosiasi mengutuk tindakan suporter PSPS yang mendesak Ilham dan Kurniawan dengan cara yang tidak bermartabat. Menurut APSSI, tindakan tersebut sama sekali tidak menghargai Ilham dan Kurniawan sebagai pelatih profesional yang telah memberikan dedikasinya untuk sepak bola Indonesia.
"Kami menganggapnya sudah berlebihan karena suporter ‘mengadili’ pelatih tidak pada tempat dan mekanisme yang seharusnya. Penyelesaian masalah seperti ini kami pandang sebagai pengadilan lapangan yang tidak saja mencederai martabat pelatih yang bersangkutan, juga akan meninggalkan kesan bahwa profesi pelatih tidak pernah benar-benar dihargai," demikian bunyi pernyataan resmi APSSI yang diterima oleh media. Pernyataan tersebut dengan jelas menunjukkan kekecewaan APSSI terhadap cara suporter PSPS mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
Lebih lanjut, APSSI menyoroti bahwa desakan mundur yang dilontarkan oleh suporter seringkali disertai dengan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan, bahkan mengarah pada intimidasi. "Apalagi ‘sidang lapangan’ ini disertai umpatan, makian, teror dan tekanan yang sudah mengarah kepada tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan," lanjut pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang dihadapi oleh Ilham dan Kurniawan tidak hanya sebatas tuntutan mundur, tetapi juga mencakup perlakuan yang tidak pantas dan dapat mengganggu kinerja mereka.
APSSI memahami bahwa kekecewaan suporter PSPS atas hasil buruk tim kesayangan mereka adalah hal yang wajar. Namun, asosiasi menekankan bahwa tuntutan seharusnya disampaikan dengan cara yang lebih bermartabat dan konstruktif. Alih-alih melakukan tekanan yang kontraproduktif, suporter diharapkan dapat memberikan dukungan yang positif kepada tim, termasuk memberikan masukan yang membangun kepada pelatih dan manajemen.
Dalam konteks ini, APSSI juga mengingatkan bahwa proses evaluasi kinerja pelatih dan staf teknis seharusnya dilakukan melalui mekanisme yang profesional dan terukur. Keputusan mengenai kelanjutan kontrak atau penggantian pelatih seharusnya didasarkan pada analisis yang objektif terhadap berbagai faktor, termasuk performa tim, strategi yang diterapkan, dan kemampuan pelatih dalam mengembangkan potensi pemain. Mengadili pelatih di lapangan oleh suporter, apalagi dengan cara yang tidak pantas, bukanlah solusi yang tepat dan justru dapat merugikan tim itu sendiri.
APSSI juga menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir segala bentuk tindakan teror, intimidasi verbal maupun fisik terhadap anggotanya, termasuk dalam kasus Ilham dan Kurniawan. Asosiasi siap menempuh jalur hukum jika ditemukan adanya tindakan-tindakan tersebut. "Adapun jika ditemukan tindakan-tindakan yang sudah mengarah kepada anarkis disertai ancaman, teror, intimidasi verbal maupun fisik, maka, APSSI akan sepenuhnya membela dan melindungi anggota, serta akan melaporkan pihak-pihak dimaksud kepada aparat hukum untuk diproses sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku," tegas APSSI.
Pernyataan ini menunjukkan komitmen APSSI untuk melindungi hak-hak anggotanya dan memastikan bahwa para pelatih dapat bekerja dengan tenang dan profesional tanpa harus menghadapi tekanan yang berlebihan dan tidak pantas. APSSI berharap bahwa dengan adanya tindakan tegas ini, para suporter dapat lebih bijak dalam menyampaikan aspirasi mereka dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan tim dan mencoreng citra sepak bola Indonesia.
Kasus yang menimpa Ilham dan Kurniawan ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh stakeholder sepak bola Indonesia, termasuk suporter, klub, dan asosiasi. Suporter memiliki peran penting dalam mendukung tim kesayangan mereka, tetapi dukungan tersebut harus dilakukan dengan cara yang positif dan konstruktif. Klub juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada pelatih dan staf teknis dari tekanan yang berlebihan dan memastikan bahwa mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang kondusif. Sementara itu, asosiasi memiliki peran untuk melindungi hak-hak anggotanya dan memastikan bahwa standar profesionalisme ditegakkan dalam industri sepak bola.
Lebih dari sekadar pembelaan terhadap Ilham dan Kurniawan, pernyataan APSSI ini juga merupakan seruan untuk menciptakan iklim sepak bola yang lebih sehat dan profesional di Indonesia. Sepak bola seharusnya menjadi ajang untuk menjunjung tinggi sportivitas, fair play, dan saling menghormati. Tindakan-tindakan yang mengarah pada intimidasi, teror, dan kekerasan tidak memiliki tempat dalam sepak bola modern.
APSSI berharap bahwa kasus ini dapat menjadi momentum untuk merefleksikan diri dan memperbaiki budaya sepak bola di Indonesia. Asosiasi mengajak seluruh stakeholder untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan sepak bola Indonesia, di mana para pemain, pelatih, dan staf teknis dapat bekerja dengan tenang dan profesional, dan para suporter dapat memberikan dukungan yang positif dan konstruktif. Dengan demikian, sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan meraih prestasi yang membanggakan di kancah internasional.
Sebagai penutup, APSSI kembali menegaskan komitmennya untuk terus mendukung dan melindungi para pelatih sepak bola di seluruh Indonesia. Asosiasi akan terus berupaya untuk meningkatkan standar profesionalisme dan etika dalam industri sepak bola, serta memastikan bahwa para pelatih mendapatkan perlindungan yang memadai dari tekanan yang berlebihan dan tidak pantas. APSSI berharap bahwa dengan kerja sama dari seluruh stakeholder, sepak bola Indonesia dapat menjadi lebih baik dan lebih maju di masa depan.