Riyadh Berambisi Rebut Pangsa Pasar di Tengah Tekanan Harga Minyak Global
Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), secara aktif mendorong aliansi OPEC+ untuk mempercepat laju pemulihan produksi minyak mentah ke pasar global. Langkah ini, yang diungkapkan oleh sumber-sumber Bloomberg, mengindikasikan keinginan kuat Riyadh untuk merebut kembali pangsa pasar yang hilang di tengah tekanan harga minyak yang semakin melemah. Pemerintah Arab Saudi ingin agar OPEC+ mempertimbangkan peningkatan produksi lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan, yang semula direncanakan untuk akhir tahun depan.
Latar Belakang dan Konteks
OPEC+, yang terdiri dari 23 negara produsen minyak, termasuk 13 anggota OPEC dan 10 negara non-OPEC seperti Rusia, telah menerapkan kebijakan pemangkasan produksi sejak akhir 2022 sebagai upaya untuk menopang harga minyak di tengah kekhawatiran resesi global dan penurunan permintaan. Namun, dengan pemulihan ekonomi yang bertahap dan peningkatan permintaan energi, OPEC+ mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan produksi.
Saat ini, aliansi tersebut masih menahan pasokan sebesar 1,66 juta barel per hari (bph). Keputusan mengenai kelanjutan atau penyesuaian kebijakan ini akan menjadi agenda utama dalam konferensi video yang dijadwalkan pada hari Minggu. Pertemuan ini akan mengevaluasi kondisi pasar terkini dan membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Motivasi Arab Saudi
Dorongan Arab Saudi untuk mempercepat kenaikan produksi didasarkan pada beberapa faktor strategis:
- Merebut Kembali Pangsa Pasar: Arab Saudi ingin merebut kembali pangsa pasar yang telah direbut oleh produsen lain, terutama produsen minyak serpih AS, selama periode pemangkasan produksi OPEC+. Dengan meningkatkan produksi, Saudi bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan pendapatan minyaknya.
- Mengkompensasi Harga yang Lebih Rendah: Harga minyak mentah Brent, patokan internasional, telah mengalami penurunan sekitar 10 persen sepanjang tahun 2024, diperdagangkan di sekitar USD 65,70 per barel di London pada hari Jumat. Arab Saudi berharap dengan meningkatkan volume produksi, mereka dapat mengkompensasi dampak penurunan harga terhadap pendapatan mereka.
- Memenuhi Permintaan Global: Dengan pertumbuhan ekonomi global yang terus berlanjut, permintaan energi diperkirakan akan meningkat. Arab Saudi ingin memastikan bahwa pasokan minyak mencukupi untuk memenuhi permintaan yang meningkat ini, mencegah lonjakan harga yang dapat merugikan konsumen dan ekonomi global.
- Pertimbangan Geopolitik: Arab Saudi juga mempertimbangkan faktor geopolitik dalam keputusannya. Dengan meningkatkan produksi, Saudi dapat membantu menstabilkan pasar energi global dan mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber energi yang tidak stabil atau berisiko.
Potensi Dampak dan Tantangan
Usulan Arab Saudi untuk mempercepat kenaikan produksi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar minyak global:
- Potensi Penurunan Harga: Jika OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi lebih cepat dari jadwal, hal ini dapat menyebabkan peningkatan pasokan minyak di pasar, yang pada gilirannya dapat menekan harga minyak. Goldman Sachs memperkirakan harga acuan internasional dapat turun ke kisaran $50-an tahun depan akibat kelebihan pasokan.
- Dampak pada Produsen Lain: Peningkatan produksi oleh OPEC+ dapat memberikan tekanan pada produsen lain, terutama produsen minyak serpih AS, yang memiliki biaya produksi yang lebih tinggi. Produsen-produsen ini mungkin kesulitan untuk bersaing dengan harga yang lebih rendah, yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan investasi.
- Pergeseran Strategi OPEC+: Jika OPEC+ menyetujui usulan Arab Saudi, hal ini dapat menandai perubahan strategi besar dari upaya menjaga harga tinggi menjadi mempertahankan pangsa pasar. Pergeseran ini dapat memicu persaingan yang lebih ketat di antara produsen minyak dan dapat menguji kohesi aliansi OPEC+.
- Reaksi dari Anggota OPEC+ Lainnya: Usulan Arab Saudi kemungkinan akan menghadapi perlawanan dari beberapa anggota OPEC+ yang lebih memilih untuk mempertahankan harga minyak yang lebih tinggi. Negara-negara ini mungkin khawatir bahwa peningkatan produksi akan menyebabkan penurunan harga dan mengurangi pendapatan mereka.
Posisi Anggota OPEC+ Lainnya
Meskipun Arab Saudi adalah kekuatan dominan di OPEC+, tidak semua anggota sepakat dengan strategi peningkatan produksi yang agresif. Beberapa negara, terutama yang memiliki kapasitas produksi terbatas atau menghadapi masalah ekonomi, lebih memilih untuk mempertahankan pembatasan produksi saat ini untuk menjaga harga minyak tetap tinggi.
Negara-negara seperti Nigeria, Angola, dan Venezuela mungkin kesulitan untuk meningkatkan produksi mereka karena berbagai kendala, termasuk kurangnya investasi, infrastruktur yang tidak memadai, dan masalah politik. Negara-negara ini mungkin khawatir bahwa peningkatan produksi oleh negara-negara lain akan mengurangi pangsa pasar mereka dan memperburuk masalah ekonomi mereka.
Implikasi Politik
Keputusan OPEC+ mengenai produksi minyak juga memiliki implikasi politik yang signifikan. Harga minyak yang rendah dapat menguntungkan konsumen dan membantu mengendalikan inflasi, yang merupakan tujuan utama bagi banyak pemerintah, termasuk pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Namun, harga minyak yang rendah juga dapat merugikan produsen minyak dan dapat memicu ketegangan antara negara-negara produsen dan konsumen.
Kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, ke Washington pada bulan November mendatang dapat menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk membahas isu-isu energi dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Trump telah berulang kali menyerukan penurunan harga bahan bakar, dan ia mungkin akan menggunakan kesempatan ini untuk menekan Arab Saudi agar meningkatkan produksi minyak.
Prediksi dan Analisis
Para analis pasar energi memiliki pandangan yang beragam tentang prospek pasar minyak dalam beberapa bulan mendatang. Beberapa analis percaya bahwa OPEC+ akan terus meningkatkan produksi secara bertahap, sementara yang lain memperkirakan bahwa aliansi tersebut akan mempertahankan pembatasan produksi saat ini untuk menopang harga minyak.
Henning Gloystein, Direktur Pelaksana Energi, Iklim, dan Sumber Daya di Eurasia Group, memperkirakan bahwa OPEC+ kemungkinan akan terus menambah produksi, melampaui pertumbuhan permintaan tahunan. Ia berpendapat bahwa kelompok produsen ini berkomitmen untuk merebut kembali pangsa pasar.
Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa kenaikan produksi berisiko menambah surplus minyak di kuartal keempat. IEA memperkirakan bahwa pasar minyak global akan mengalami kelebihan pasokan jika OPEC+ terus meningkatkan produksi dengan laju saat ini.
Kesimpulan
Desakan Arab Saudi kepada OPEC+ untuk mempercepat kenaikan produksi minyak mencerminkan ambisi Riyadh untuk merebut kembali pangsa pasar dan mengkompensasi harga minyak yang lebih rendah. Namun, usulan ini menghadapi tantangan dan dapat memicu perlawanan dari anggota OPEC+ lainnya yang lebih memilih untuk mempertahankan harga minyak yang lebih tinggi.
Keputusan OPEC+ pada hari Minggu akan memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar minyak global dan dapat memicu perubahan strategi besar dari upaya menjaga harga tinggi menjadi mempertahankan pangsa pasar. Implikasi politik dari keputusan ini juga signifikan, karena harga minyak yang rendah dapat menguntungkan konsumen dan membantu mengendalikan inflasi, tetapi juga dapat merugikan produsen minyak dan memicu ketegangan antara negara-negara produsen dan konsumen.
Pasar minyak global tetap kompleks dan dinamis, dan keputusan OPEC+ akan terus diawasi dengan ketat oleh para analis, pedagang, dan pemerintah di seluruh dunia.