Arab Saudi dan Pakistan telah secara resmi menandatangani pakta pertahanan bersama atau Mutual Defense Pact pada hari Rabu, 17 September lalu, menandai babak baru dalam hubungan bilateral yang telah lama terjalin. Kesepakatan monumental ini bukan hanya sekadar formalitas diplomatik, melainkan sebuah langkah strategis yang sarat makna, mengingat kompleksitas lanskap geopolitik yang melingkupi kedua negara. Pakta ini hadir di tengah meningkatnya ketegangan regional dan perubahan konstelasi kekuatan di Timur Tengah dan Asia Selatan, sehingga menjadikannya sebuah perkembangan yang patut dicermati secara seksama.
Penandatanganan pakta pertahanan ini dilakukan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dalam sebuah upacara resmi di Riyadh. Momen bersejarah ini disiarkan secara luas oleh televisi pemerintah Pakistan, menegaskan betapa pentingnya kesepakatan ini bagi kedua negara. Selain kedua pemimpin negara, turut hadir pula Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan, Marsekal Lapangan Asim Munir, yang kehadirannya semakin menggarisbawahi dimensi keamanan dan militer dari pakta tersebut.
Menurut keterangan resmi dari Kantor Perdana Menteri Pakistan, pakta pertahanan ini mencerminkan komitmen bersama kedua negara untuk meningkatkan dan mencapai keamanan serta perdamaian, baik di tingkat regional maupun global. Lebih lanjut, pernyataan tersebut menegaskan bahwa agresi militer terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai agresi militer terhadap kedua negara. Pernyataan ini mengisyaratkan adanya klausul pertahanan kolektif yang menjadi inti dari pakta tersebut, di mana kedua negara berjanji untuk saling membantu jika salah satu di antaranya diserang oleh pihak eksternal.
Salah satu aspek penting dari pakta pertahanan ini adalah implikasinya terhadap ketergantungan Arab Saudi pada Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan. Selama beberapa dekade, Arab Saudi telah mengandalkan payung keamanan AS untuk melindungi kepentingannya di kawasan yang rawan konflik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul keraguan mengenai komitmen AS terhadap keamanan Arab Saudi, terutama setelah serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada tahun 2019 yang diduga didalangi oleh Iran. Pakta pertahanan dengan Pakistan ini dapat dilihat sebagai upaya Arab Saudi untuk mendiversifikasi mitra keamanannya dan mengurangi ketergantungannya pada AS.
Seorang pejabat senior Arab Saudi, yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonimitas, menekankan bahwa perjanjian ini adalah hasil dari diskusi bertahun-tahun dan bukan merupakan respons terhadap peristiwa khusus atau negara tertentu. Pejabat tersebut menggambarkan pakta ini sebagai "institusionalisasi dari kooperasi panjang yang sudah terjalin antar dua negara." Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pakta pertahanan ini merupakan puncak dari kerja sama yang telah berlangsung lama antara Arab Saudi dan Pakistan di bidang militer dan keamanan.
Namun demikian, muncul spekulasi bahwa pakta pertahanan ini juga dipicu oleh kekhawatiran Arab Saudi atas meningkatnya ketidakstabilan regional dan potensi ancaman dari Iran. Selain itu, serangan Israel terhadap Qatar, yang diklaim sebagai upaya untuk memburu tokoh Hamas, juga telah meningkatkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Teluk. Qatar, yang selama ini berperan sebagai mediator dalam konflik Israel-Palestina, merasa terancam oleh tindakan Israel tersebut. Dalam konteks ini, pakta pertahanan dengan Pakistan dapat dilihat sebagai upaya Arab Saudi untuk memperkuat posisi tawar-menawarnya dan mengirimkan pesan yang jelas kepada para aktor regional yang berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.
Selain implikasi regional, pakta pertahanan ini juga memiliki dimensi geopolitik yang lebih luas. Arab Saudi, sebagai pemain kunci di dunia Islam dan produsen minyak terbesar di dunia, memiliki kepentingan strategis di berbagai belahan dunia. Pakistan, sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan kekuatan militer yang signifikan dan kemampuan nuklir, merupakan mitra yang berharga bagi Arab Saudi. Kemitraan strategis antara kedua negara ini dapat memperkuat posisi mereka dalam percaturan geopolitik global dan memungkinkan mereka untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam isu-isu internasional.
Salah satu pertanyaan yang paling banyak diajukan terkait pakta pertahanan ini adalah apakah Pakistan akan memberikan "payung nuklir" kepada Arab Saudi jika negara tersebut diserang. Pejabat senior Arab Saudi yang dikutip sebelumnya menolak untuk memberikan jawaban yang tegas, tetapi menegaskan bahwa pakta pertahanan ini akan mencakup "semua sarana militer." Pernyataan ini membuka ruang bagi interpretasi yang beragam, tetapi secara implisit mengisyaratkan bahwa Pakistan mungkin bersedia untuk memberikan bantuan militer kepada Arab Saudi, termasuk dalam situasi di mana negara tersebut menghadapi ancaman eksistensial.
Namun, pakta pertahanan ini juga menimbulkan tantangan dan risiko bagi kedua negara. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menyeimbangkan hubungan dengan India, rival Pakistan yang juga memiliki senjata nuklir. Arab Saudi memiliki hubungan ekonomi dan strategis yang erat dengan India, dan tidak ingin merusak hubungan tersebut dengan terlalu dekat dengan Pakistan. Pejabat senior Arab Saudi yang dikutip sebelumnya mengakui bahwa hubungan dengan India "lebih kokoh dari sebelumnya" dan bahwa Arab Saudi akan terus meningkatkan hubungan bilateral dengan India serta mencari kontribusi untuk kedamaian kawasan kapan pun mereka bisa.
Tantangan lain adalah bagaimana mengelola persepsi dan reaksi dari negara-negara lain di kawasan, terutama Iran dan Qatar. Iran, sebagai rival regional Arab Saudi, mungkin melihat pakta pertahanan ini sebagai ancaman terhadap kepentingannya dan dapat mengambil langkah-langkah untuk membalasnya. Qatar, yang memiliki hubungan yang kompleks dengan Arab Saudi dan Pakistan, mungkin merasa tidak nyaman dengan pakta pertahanan ini dan dapat mencari cara untuk mengurangi ketergantungannya pada kedua negara tersebut.
Meskipun demikian, pakta pertahanan antara Arab Saudi dan Pakistan merupakan perkembangan yang signifikan dan berpotensi mengubah lanskap geopolitik di Timur Tengah dan Asia Selatan. Kemitraan strategis antara kedua negara ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas dan keamanan kawasan, tetapi juga dapat memicu ketegangan dan persaingan baru. Oleh karena itu, penting bagi kedua negara untuk mengelola hubungan mereka dengan bijaksana dan untuk bekerja sama dengan negara-negara lain di kawasan untuk mencapai perdamaian dan kemakmuran bersama.
Secara keseluruhan, pakta pertahanan antara Arab Saudi dan Pakistan menandai era baru dalam hubungan bilateral yang telah lama terjalin. Kesepakatan ini bukan hanya sekadar formalitas diplomatik, melainkan sebuah langkah strategis yang sarat makna, mengingat kompleksitas lanskap geopolitik yang melingkupi kedua negara. Pakta ini hadir di tengah meningkatnya ketegangan regional dan perubahan konstelasi kekuatan di Timur Tengah dan Asia Selatan, sehingga menjadikannya sebuah perkembangan yang patut dicermati secara seksama. Dengan adanya pakta ini, Arab Saudi dan Pakistan diharapkan dapat memperkuat kerja sama di bidang pertahanan, keamanan, dan ekonomi, serta memainkan peran yang lebih aktif dalam isu-isu regional dan internasional. Namun, kedua negara juga perlu berhati-hati dalam mengelola hubungan mereka dengan negara-negara lain di kawasan dan untuk menghindari tindakan yang dapat memicu ketegangan dan konflik. Hanya dengan cara ini, pakta pertahanan ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas dan kemakmuran kawasan.