Koneksi internet di Indonesia siap memasuki era baru dengan dibukanya lelang frekuensi 1,4 GHz oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Spektrum frekuensi ini diharapkan mampu menghadirkan kecepatan internet hingga 100 Mbps dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Langkah ini menjadi angin segar bagi upaya pemerataan akses internet cepat di seluruh pelosok negeri.
Kominfo berambisi untuk meningkatkan jangkauan akses internet berbasis jaringan pita lebar tetap (fixed broadband) serta mempercepat penggelaran infrastruktur serat optik secara nasional. Kehadiran frekuensi 1,4 GHz diharapkan dapat menekan biaya layanan internet, sehingga semakin banyak masyarakat yang mampu menikmati akses internet berkualitas.
Pita frekuensi yang dilelang memiliki rentang antara 1432 MHz hingga 1512 MHz, dengan total lebar pita sebesar 80 MHz. Frekuensi ini rencananya akan dimanfaatkan untuk penyelenggaraan layanan akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access/BWA). Layanan BWA sendiri sempat populer beberapa waktu lalu, namun redup seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi 4G. Kini, dengan frekuensi 1,4 GHz, BWA diharapkan dapat kembali bangkit dan menjadi solusi alternatif untuk fixed broadband.
Menurut Kominfo, frekuensi 1,4 GHz diproyeksikan mampu menyediakan layanan internet cepat dengan kecepatan mencapai 100 Mbps dengan harga yang ramah di kantong masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menghadirkan konektivitas yang merata dan terjangkau bagi seluruh warga negara.
"Makanya sering disebut voorijder kan. Program ini voorijder bagaimana menarik FO (fiber optik) ini sampai ke titik akhir BTS (base transceiver station) baru ke rumah-rumah untuk menggunakan frekuensi 1,4 GHz. Ini untuk fixed broadband, bukan seluler," jelas Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Kominfo, Wayan Toni Supriyanto, pada tanggal 4 Agustus 2025. Pernyataan ini menegaskan bahwa fokus utama pemanfaatan frekuensi 1,4 GHz adalah untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan fixed broadband, bukan untuk memperkuat jaringan seluler.
Kominfo juga menjelaskan bahwa penggunaan frekuensi 1,4 GHz nantinya akan diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan berdasarkan regional. Lelang frekuensi 1,4 GHz ini akan dibagi menjadi 15 zona yang tersebar di tiga regional. Pembagian zona ini bertujuan untuk mendorong persaingan yang sehat dan memastikan pemerataan akses internet di berbagai wilayah.
Lelang frekuensi 1,4 GHz ini juga tak luput dari sorotan para pakar telekomunikasi. Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, sempat memberikan catatan penting kepada Kominfo terkait dengan lelang frekuensi ini saat masih dalam tahap uji publik.
Agung Harsoyo, yang juga merupakan mantan komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) periode 2018-2022, mengingatkan Kominfo mengenai pentingnya mempertimbangkan konsolidasi industri telekomunikasi yang sedang berlangsung di Indonesia. Kominfo sendiri telah mendorong terjadinya konsolidasi operator seluler, dan hal ini perlu menjadi perhatian dalam menentukan kebijakan terkait frekuensi 1,4 GHz.
Mengingat frekuensi 1,4 GHz akan dipergunakan untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband, Agung Harsoyo berharap Kominfo dapat menetapkan harga izin pita frekuensi radio (IPFR) yang affordable bagi industri. Harga IPFR yang terjangkau akan menjadi kunci keberhasilan program ini dalam menyediakan internet murah bagi masyarakat.
"Dari draft RPM ini Kominfo akan menggunakan frekuensi 1,4 GHz untuk penetrasi fixed broadband dan akan membagi wilayah layanan berdasarkan regional. Karena karakteristiknya beda dengan selular, maka harga IPFR harus terjangkau, sehingga BHP frekuensinya tidak bisa disamakan dengan selular," papar Agung. Pernyataan ini menekankan bahwa skema penetapan harga IPFR untuk frekuensi 1,4 GHz harus berbeda dengan skema yang berlaku untuk frekuensi seluler, mengingat karakteristik layanan dan target pasar yang berbeda.
Agung Harsoyo juga mengingatkan bahwa prinsip dasar frekuensi adalah sumber daya terbatas yang dimiliki negara. Oleh karena itu, sumber daya tersebut harus dioptimalkan penggunaannya untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara. Berdasarkan pengalamannya, Agung Harsoyo berharap Kominfo dapat melakukan lelang frekuensi secara nasional untuk frekuensi 1,4 GHz.
"Agar terjadi persaingan usaha yang sehat, Kominfo dapat menetapkan 2 pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz secara nasional. Dengan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz memang tidak optimal untuk satu operator menyelenggarakan 5G," kata Agung. Usulan ini bertujuan untuk mendorong persaingan yang sehat antar operator dan memastikan pemanfaatan spektrum frekuensi yang optimal.
Antusiasme terhadap lelang frekuensi 1,4 GHz ini terlihat dari banyaknya perusahaan telekomunikasi yang berminat untuk mengikuti proses lelang. Setelah dilakukannya pengambilan akun e-auction, diketahui bahwa ada tujuh perusahaan telekomunikasi yang akan bersaing untuk mendapatkan blok kosong di lelang frekuensi 1,4 GHz.
Ketujuh perusahaan tersebut terdiri dari tiga operator seluler ternama, yaitu Indosat Ooredoo Hutchison, Telkomsel, dan XL Axiata (XLSmart). Selain itu, Telkom, yang merupakan induk perusahaan Telkomsel, juga ikut serta dalam lelang ini. Keikutsertaan para pemain besar di industri telekomunikasi ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh frekuensi 1,4 GHz.
Selain operator seluler, ada juga beberapa perusahaan penyedia layanan internet fixed broadband yang turut meramaikan persaingan. Telemedia Komunikasi Pratama, yang merupakan anak usaha dari PT Solusi Sinergi Digital Tbk (Surge/WIFI), juga menyatakan minatnya untuk mengikuti lelang. Selain itu, PT Netciti Persada, perusahaan yang menyediakan jaringan fiber to the home (FTTH), juga tertarik untuk mengembangkan ekosistem anyar ini.
Terakhir, ada PT Eka Mas Republik, perusahaan yang dikenal dengan merek MyRepublic, penyedia layanan internet fiber dan TV berlangganan yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group. Kehadiran MyRepublic dalam lelang ini semakin menambah sengit persaingan dan menunjukkan bahwa frekuensi 1,4 GHz menjadi daya tarik bagi berbagai jenis perusahaan telekomunikasi.
Dengan banyaknya perusahaan yang berminat dan dukungan dari para pakar telekomunikasi, lelang frekuensi 1,4 GHz diharapkan dapat berjalan sukses dan memberikan dampak positif bagi perkembangan internet di Indonesia. Masyarakat pun menantikan kehadiran internet cepat dan terjangkau yang akan meningkatkan kualitas hidup dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Keberhasilan lelang ini akan menjadi babak baru bagi internet Indonesia, membuka peluang baru bagi inovasi dan kemajuan di berbagai sektor. Pemerintah dan seluruh pihak terkait diharapkan dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa frekuensi 1,4 GHz dapat dimanfaatkan secara optimal demi kemajuan bangsa dan negara.