Hujan deras yang mengguyur Pulau Dewata, Bali, pada hari Rabu, 10 September 2025, telah memicu bencana banjir yang meluas dan merusak. Beberapa wilayah di pulau ini terendam banjir dengan ketinggian yang mengkhawatirkan, menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan yang paling menyedihkan, merenggut nyawa. Bencana ini telah memicu gelombang keprihatinan dan simpati dari netizen di seluruh Indonesia, bahkan dunia, yang menyampaikan doa dan harapan mereka untuk pemulihan Bali. Namun, di balik ungkapan solidaritas, muncul pula kritik tajam terhadap tata kelola kota dan lingkungan yang dianggap sebagai akar permasalahan banjir ini.
Banjir bandang ini telah melumpuhkan sejumlah ruas jalan utama di Denpasar dan sekitarnya. Air bah meluap dari sungai-sungai yang melintasi kota, termasuk Tukad Badung, dan merendam jalan-jalan seperti Jalan Sulawesi dan Jalan Maruti di Kampung Wanasari (Kampung Jawa), Denpasar Utara. Ketinggian air mencapai tingkat yang membahayakan, bahkan nyaris menenggelamkan jembatan di beberapa lokasi. Rumah-rumah yang berada di tepi sungai terendam hingga hanya menyisakan atap yang terlihat, memaksa warga untuk mengungsi dan mencari tempat berlindung yang aman.
Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan betapa dahsyatnya banjir ini. Arus air yang kuat menyeret segala sesuatu yang menghalangi jalannya, termasuk kendaraan dan puing-puing bangunan. Salah satu video yang paling mengkhawatirkan memperlihatkan sebuah bangunan tiga lantai ambruk diterjang banjir, menunjukkan kekuatan destruktif air dan betapa rentannya infrastruktur di Bali terhadap bencana alam.
Kabar mengenai banjir di Bali dengan cepat menyebar di media sosial, memicu reaksi beragam dari netizen. Banyak yang mengungkapkan keterkejutan dan kesedihan mereka atas bencana yang menimpa Bali. Mereka mengirimkan doa dan harapan agar Bali segera pulih dan warga yang terdampak diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi cobaan ini.
Akun Twitter @ferizandra menulis, "Hari ini, Rabu 10/09/2025 Bali banjir parah akibat hujan yang turun selama 3 jam… Beberapa kali ke Bali kayaknya gue belum pernah lihat banjir separah ini…" Ungkapan ini mencerminkan betapa terkejutnya banyak orang dengan skala banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di Bali.
Akun lain, @kenhans03, mengirimkan doa, "Semoga saudara kita di Bali di beri keselamatan." Ungkapan ini menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian yang mendalam terhadap sesama yang sedang mengalami kesulitan.
Namun, di samping ungkapan simpati dan doa, muncul pula kritik tajam terhadap tata kelola kota dan lingkungan di Bali. Akun @ladyofneptune__ menulis, "Banjir itu bukan bencana alam, tapi bencana tata kelola. Hasil dari tata kota dan tata guna lahan yang amburadul, diperparah dengan tata kelola pemerintahan yang gagal. Alam cuma melakukan tugas, manusia yang harus jaga keseimbangan. Mau sampai kapan Bali digerus demi rupiah?"
Kritik ini menyoroti pandangan bahwa banjir di Bali bukanlah semata-mata akibat faktor alam, melainkan juga akibat kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan dan tata ruang. Pembangunan yang tidak terkendali, alih fungsi lahan yang sembarangan, dan kurangnya perhatian terhadap sistem drainase dianggap sebagai faktor-faktor yang memperparah risiko banjir di Bali.
Komentar dari @ladyofneptune__ mencerminkan kekecewaan dan kemarahan banyak orang terhadap pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait yang dianggap gagal dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Mereka khawatir bahwa Bali, yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, akan terus menerus digerus demi kepentingan ekonomi semata, tanpa memperhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.
Banjir di Bali ini menjadi momentum penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola kota dan lingkungan di pulau ini. Pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah banjir.
Beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan antara lain:
-
Penataan Ruang yang Berkelanjutan: Pemerintah daerah perlu meninjau kembali rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan memastikan bahwa pembangunan dilakukan secara terencana dan berkelanjutan, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan risiko bencana.
-
Pengendalian Alih Fungsi Lahan: Alih fungsi lahan, terutama dari lahan pertanian dan ruang terbuka hijau menjadi kawasan perumahan dan komersial, harus dikendalikan secara ketat. Lahan-lahan resapan air harus dipertahankan dan diperluas untuk mengurangi risiko banjir.
-
Peningkatan Sistem Drainase: Sistem drainase yang ada perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menampung dan mengalirkan air hujan secara efektif. Pembangunan drainase baru harus mempertimbangkan perubahan iklim dan peningkatan curah hujan.
-
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS): Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga fungsi hidrologis sungai dan mencegah erosi dan sedimentasi yang dapat memperparah risiko banjir.
-
Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Masyarakat perlu diberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan berpartisipasi dalam upaya pencegahan banjir. Kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga perlu ditingkatkan.
-
Penegakan Hukum: Penegakan hukum terhadap pelanggaran tata ruang dan lingkungan harus dilakukan secara tegas dan konsisten. Pelaku pelanggaran harus diberikan sanksi yang setimpal untuk memberikan efek jera.
Selain langkah-langkah di atas, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Sistem peringatan dini banjir harus ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Masyarakat juga perlu dilatih untuk menghadapi situasi darurat dan mengetahui langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi banjir.
Banjir di Bali ini merupakan pengingat bagi kita semua bahwa alam memiliki batasnya. Pembangunan ekonomi harus sejalan dengan pelestarian lingkungan. Kita tidak bisa terus menerus mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Semoga Bali segera pulih dari bencana banjir ini. Mari kita belajar dari pengalaman ini dan bersama-sama membangun Bali yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Bencana ini juga menjadi momentum bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengambil tindakan nyata untuk menjaga bumi kita tercinta.
Pemerintah pusat dan daerah diharapkan segera mengambil tindakan cepat dan tepat untuk membantu para korban banjir dan memulihkan infrastruktur yang rusak. Bantuan logistik, medis, dan psikologis harus segera disalurkan kepada para korban. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan finansial kepada para korban untuk membantu mereka membangun kembali rumah dan mata pencaharian mereka.
Solidaritas dan kepedulian dari seluruh masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan untuk membantu Bali bangkit kembali dari keterpurukan akibat banjir ini. Mari kita ulurkan tangan dan memberikan dukungan kepada saudara-saudara kita di Bali.
Di tengah duka dan keprihatinan ini, kita tetap berharap dan percaya bahwa Bali akan mampu bangkit kembali dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Semangat gotong royong dan persatuan akan menjadi kunci untuk mengatasi bencana ini dan membangun masa depan Bali yang lebih baik.
Banjir di Bali bukan hanya sekadar bencana alam, tetapi juga ujian bagi kita semua sebagai bangsa. Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang peduli, solider, dan siap membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan. Dengan kerja keras, gotong royong, dan doa, kita pasti bisa melewati cobaan ini dan membangun Indonesia yang lebih baik.