Bali’s Worst Floods in a Decade Kill 14

  • Maskobus
  • Sep 11, 2025

Hujan deras yang mengguyur Bali telah memicu banjir terparah dalam satu dekade terakhir, menyebabkan setidaknya 14 orang meninggal dunia. Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat Bali. Berita ini ditulis oleh Danai Nesta Kupemba dari London dan BBC News Indonesia.

Dampak Luas Banjir

Banjir bandang melanda sebagian besar wilayah Bali setelah hujan deras menyebabkan sungai-sungai meluap. Meskipun hujan telah reda dan permukaan air mulai surut, tim penyelamat masih terus mencari korban yang hilang. Dua orang dilaporkan hilang di Denpasar, di mana delapan dari korban meninggal dunia ditemukan. Sejak hari Selasa, ratusan warga telah dievakuasi setelah rumah mereka terendam banjir. Jalan-jalan utama ditutup akibat tanah longsor, dan setidaknya dua jembatan mengalami kerusakan.

Tasha, seorang warga Bali, menggambarkan betapa terkejutnya masyarakat setempat dengan banjir yang begitu parah. Ia menyayangkan kondisi drainase di Bali yang dinilai tidak memadai untuk menampung curah hujan ekstrem. Pemerintah provinsi telah menetapkan status darurat selama seminggu sebagai respons terhadap bencana ini.

Respons Pemerintah dan Upaya Penyelamatan

Bali's Worst Floods in a Decade Kill 14

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas banjir yang melanda Bali. Ia menginstruksikan semua lembaga terkait untuk bertindak cepat dan menekankan perlunya bantuan yang tepat sasaran. Sekretaris kabinet presiden menyatakan bahwa pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk membantu para korban dan memulihkan kondisi Bali.

Nyoman Sidakarya, kepala badan pencarian dan penyelamatan Bali (Basarnas), mengungkapkan bahwa tim penyelamat mengalami kesulitan mengakses wilayah yang terendam banjir. Kondisi jalan yang rusak dan genangan air yang tinggi menghambat upaya evakuasi dan penyaluran bantuan. "Banjir ada di mana-mana, bahkan truk pun sulit melewatinya," ujarnya.

Korban dan Kerusakan yang Tersebar

Dua orang meninggal dunia akibat tersengat listrik dan terseret arus banjir di Jembrana, Bali bagian barat daya. Delapan korban lainnya ditemukan meninggal dunia di Denpasar, ibu kota Bali, sementara tiga korban ditemukan di Gianyar. Di Kabupaten Badung, satu orang dilaporkan meninggal dunia.

Setidaknya 85 orang telah dievakuasi ke tempat penampungan sementara di Jembrana. Di Denpasar, dua bangunan dilaporkan ambruk akibat banjir. Kerusakan infrastruktur dan bangunan ini menambah beban penderitaan masyarakat Bali yang terdampak banjir.

Bencana Serupa di Wilayah Lain

Bali bukanlah satu-satunya wilayah di Indonesia yang terkena dampak banjir bandang dan hujan deras. Di Nusa Tenggara Timur, setidaknya tiga orang meninggal dunia, dua orang luka-luka, dan empat orang hilang akibat bencana serupa. Curah hujan ekstrem yang melanda wilayah ini menunjukkan bahwa Indonesia rentan terhadap bencana hidrometeorologi.

Dampak pada Pariwisata dan Infrastruktur

Wilayah-wilayah wisata populer di Bali juga terkena dampak parah banjir. Hotel dan bisnis mengalami kesulitan mengatasi gangguan yang disebabkan oleh banjir. Beberapa pejabat setempat menyatakan bahwa sampah yang menyumbat sistem drainase memperburuk kondisi banjir. Bali memang telah lama berjuang dengan masalah pengelolaan sampah dan infrastruktur yang buruk. Banjir ini menjadi pengingat akan perlunya investasi yang lebih besar dalam infrastruktur dan pengelolaan lingkungan.

Prakiraan Cuaca dan Peringatan Dini

Bali masih berada dalam peringatan cuaca buruk, meskipun hujan diperkirakan akan berkurang intensitasnya mulai hari Kamis. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.

Faktor-Faktor Penyebab dan Peran Perubahan Iklim

Tanah longsor dan banjir bandang memang sering terjadi di seluruh kepulauan Indonesia, terutama selama musim hujan. Namun, para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim telah memperburuk situasi ini. Peningkatan suhu global menyebabkan curah hujan yang lebih ekstrem dan tidak terduga. Selain itu, deforestasi dan degradasi lingkungan juga berkontribusi terhadap risiko banjir dan tanah longsor.

Analisis Mendalam: Akar Masalah dan Solusi Jangka Panjang

Banjir yang melanda Bali bukan hanya sekadar bencana alam, tetapi juga cerminan dari masalah-masalah struktural yang ada di pulau tersebut. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap parahnya banjir ini antara lain:

  • Sistem Drainase yang Tidak Memadai: Sistem drainase di Bali tidak dirancang untuk menampung curah hujan ekstrem. Banyak saluran drainase yang sempit, dangkal, dan tersumbat oleh sampah. Akibatnya, air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar dan meluap ke jalan-jalan dan permukiman warga.
  • Pengelolaan Sampah yang Buruk: Masalah sampah di Bali sudah menjadi rahasia umum. Tumpukan sampah yang menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA) dan di sungai-sungai memperburuk kondisi drainase dan meningkatkan risiko banjir.
  • Tata Ruang yang Tidak Terencana: Pembangunan yang tidak terkendali dan tidak memperhatikan tata ruang menyebabkan alih fungsi lahan yang berlebihan. Hutan dan lahan terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air semakin berkurang, sehingga air hujan langsung mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir.
  • Kurangnya Kesadaran Masyarakat: Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Banyak warga yang masih membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai dan selokan.

Untuk mengatasi masalah banjir di Bali secara komprehensif, diperlukan solusi jangka panjang yang melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Revitalisasi Sistem Drainase: Pemerintah perlu melakukan revitalisasi sistem drainase secara menyeluruh. Saluran drainase yang sempit dan dangkal perlu diperlebar dan diperdalam. Selain itu, perlu dilakukan pembersihan saluran drainase secara rutin untuk mencegah penyumbatan.
  • Pengelolaan Sampah yang Terintegrasi: Pemerintah perlu mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, mulai dari pemilahan sampah di sumber, pengangkutan sampah yang efisien, hingga pengolahan sampah yang ramah lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
  • Penataan Ruang yang Berkelanjutan: Pemerintah perlu menata ruang secara berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Pembangunan harus dilakukan secara terkendali dan tidak merusak lingkungan. Lahan terbuka hijau perlu dipertahankan dan diperluas.
  • Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mencegah banjir. Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti televisi, radio, media sosial, dan kegiatan-kegiatan sosial.
  • Penguatan Sistem Peringatan Dini: Pemerintah perlu memperkuat sistem peringatan dini banjir. Informasi tentang potensi banjir harus disampaikan kepada masyarakat secara cepat dan akurat, sehingga masyarakat dapat bersiap-siap dan melakukan evakuasi jika diperlukan.

Kesimpulan

Banjir yang melanda Bali merupakan tragedi yang memilukan. Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa dan menyebabkan kerusakan infrastruktur, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat Bali. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan dari semua pihak. Pemerintah perlu melakukan revitalisasi sistem drainase, pengelolaan sampah yang terintegrasi, penataan ruang yang berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat, dan penguatan sistem peringatan dini. Dengan kerja sama yang solid, Bali dapat mengatasi masalah banjir dan membangun masa depan yang lebih baik.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :