Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

  • Maskobus
  • Sep 11, 2025

Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology mengungkapkan fakta mengkhawatirkan, yaitu banyak generasi Z (Gen Z) yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes. Kondisi ini dialami oleh sekitar 44 persen orang berusia 15 tahun ke atas. Studi yang dirilis pada Senin, 7 September 2025 ini, menganalisis data dari 204 negara dan wilayah dalam rentang waktu 2000 hingga 2023. Analisis dilakukan melalui tinjauan sistematis terhadap literatur dan survei yang telah dipublikasikan sebelumnya.

Lauryn Stafford, penulis utama studi tersebut dari Institute for Health Metrics and Evaluation, menjelaskan bahwa mayoritas pengidap diabetes yang ditemukan dalam studi ini adalah diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 umumnya berkembang secara bertahap dan seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga banyak orang tidak menyadari kondisinya.

Menurut data dari International Diabetes Federation, sekitar 1 dari 9 orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes. Di Amerika Serikat, data tahun 2021 dari American Diabetes Association menunjukkan bahwa 11,6 persen penduduk Amerika mengidap diabetes. Angka-angka ini menggambarkan betapa seriusnya masalah diabetes secara global dan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini.

Stafford menambahkan bahwa studi mereka menemukan bahwa hanya 56 persen pengidap diabetes yang menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut. Sisanya, hampir separuhnya, tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius dalam jangka panjang.

Studi ini juga menyoroti adanya variasi geografis yang signifikan dalam tingkat kesadaran diabetes. Negara-negara berpenghasilan tinggi cenderung lebih baik dalam mendiagnosis diabetes dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam akses ke layanan kesehatan, kesadaran masyarakat, dan program skrining diabetes.

Banyak Gen Z Nggak Sadar 'Diam-diam' Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

Salah satu temuan yang paling mengkhawatirkan dari studi ini adalah bahwa kelompok usia muda, terutama Gen Z, memiliki tingkat kesadaran diabetes yang paling rendah. Lebih banyak orang berusia di bawah 35 tahun yang tidak menyadari kondisi diabetes mereka dibandingkan dengan kelompok usia paruh baya atau lansia. Hal ini sebagian disebabkan oleh minimnya skrining diabetes pada kelompok usia muda.

Stafford menjelaskan bahwa hanya sekitar 20 persen kelompok dewasa muda yang mengetahui bahwa mereka mengidap diabetes. Salah satu alasan utama untuk rendahnya tingkat kesadaran ini adalah karena skrining rutin untuk diabetes tidak dipromosikan secara luas untuk dewasa muda dibandingkan untuk dewasa yang lebih tua. Banyak organisasi kesehatan, seperti American Diabetes Association, merekomendasikan skrining rutin tahunan untuk orang dewasa berusia 35 tahun ke atas, tetapi kurang menekankan pada skrining untuk kelompok usia yang lebih muda.

Kurangnya kesadaran dan skrining pada kelompok usia muda sangat berbahaya karena diabetes dapat berkembang secara diam-diam selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala yang jelas. Stafford memperingatkan bahwa seseorang dapat hidup dengan kadar glukosa darah tinggi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya, sampai akhirnya mengalami komplikasi serius.

Dampak kesehatan dari diabetes yang tidak terdiagnosis dapat bervariasi tergantung pada berapa lama seseorang mengidap diabetes sebelum terdeteksi. Komplikasi jangka panjang dari diabetes yang tidak terkontrol meliputi penyakit jantung, gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kehilangan penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendiagnosis diabetes sejak dini agar dapat dilakukan penanganan yang tepat waktu untuk mencegah atau menunda komplikasi tersebut.

Dr. Rita Kalyani, kepala ilmiah dan medis di American Diabetes Association, menekankan pentingnya diagnosis dini diabetes. Ia menjelaskan bahwa diagnosis dini memungkinkan penanganan yang tepat waktu untuk mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang yang serius.

Sebuah studi pada tahun 2018 menemukan bahwa sekitar sepertiga orang dewasa didiagnosis diabetes lebih lambat daripada munculnya gejala awal mereka. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang mengabaikan atau tidak menyadari gejala-gejala awal diabetes, sehingga diagnosis tertunda dan risiko komplikasi meningkat.

Gejala diabetes meliputi peningkatan rasa haus atau lapar, sering buang air kecil, penglihatan kabur, penurunan berat badan yang tidak terduga, dan kelelahan. Namun, Kalyani menjelaskan bahwa pada tahap awal, kebanyakan pengidap diabetes tidak menunjukkan gejala sama sekali. Inilah yang menyoroti pentingnya skrining dan diagnosis dini, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko diabetes.

Jika seseorang mengalami salah satu gejala diabetes atau memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, para ahli menyarankan untuk menjalani skrining glukosa. Skrining glukosa dapat dilakukan melalui tes darah sederhana yang dapat mengukur kadar gula darah seseorang.

Secara global, pada tahun 2023, sekitar 40 persen pengidap diabetes yang diobati lebih awal mendapatkan hasil optimal untuk menurunkan gula darah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dalam pengelolaan diabetes secara global. Stafford menekankan bahwa upaya di masa depan harus difokuskan untuk memastikan lebih banyak orang menerima dan mengikuti pengobatan yang tepat pascadiagnosis.

Hanya 4 dari 10 pasien yang mendapatkan hasil optimal merupakan hal yang mengejutkan, mengingat beberapa pengobatan yang sudah mapan, termasuk insulin, Metformin, dan obat-obatan lain seperti GLP-1, sudah tersedia. Stafford menjelaskan bahwa pengidap diabetes kemungkinan juga memiliki masalah kesehatan lain, seperti hipertensi atau penyakit ginjal kronis, yang dapat membuat pengobatan menjadi rumit.

Penting untuk dicatat bahwa diabetes adalah kondisi yang dapat dikelola dengan baik melalui perubahan gaya hidup, pengobatan, dan pemantauan kadar gula darah secara teratur. Dengan diagnosis dini dan penanganan yang tepat, pengidap diabetes dapat hidup sehat dan produktif.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menunda timbulnya diabetes tipe 2 meliputi:

  • Menjaga berat badan yang sehat: Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Menurunkan berat badan bahkan hanya 5-10% dapat membuat perbedaan besar.
  • Melakukan aktivitas fisik secara teratur: Aktivitas fisik membantu tubuh menggunakan insulin lebih efektif dan menurunkan kadar gula darah. Usahakan untuk melakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik sedang setiap hari.
  • Makan makanan yang sehat: Pilih makanan yang kaya akan serat, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Batasi makanan olahan, minuman manis, dan lemak jenuh.
  • Berhenti merokok: Merokok meningkatkan risiko diabetes dan komplikasi diabetes.
  • Melakukan skrining diabetes secara teratur: Jika Anda memiliki faktor risiko diabetes, bicarakan dengan dokter Anda tentang seberapa sering Anda harus melakukan skrining.

Mengingat temuan studi terbaru ini, sangat penting bagi Gen Z dan kelompok usia muda lainnya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang diabetes dan faktor risikonya. Melakukan skrining diabetes secara teratur, terutama jika ada riwayat keluarga diabetes atau memiliki faktor risiko lainnya, dapat membantu mendeteksi diabetes sejak dini dan mencegah komplikasi serius. Selain itu, mengadopsi gaya hidup sehat dengan menjaga berat badan yang sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan makan makanan yang sehat dapat membantu mencegah atau menunda timbulnya diabetes tipe 2. Kesadaran dan tindakan pencegahan adalah kunci untuk mengatasi ancaman diabetes yang terus meningkat di kalangan generasi muda.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :