Belanja Makanan Online: Nyaman, Tapi Apakah Benar-Benar Berkelanjutan Bagi Kita?

  • Maskobus
  • Sep 11, 2025

Dalam beberapa tahun terakhir, belanja makanan melalui aplikasi dan platform online mengalami ledakan popularitas. Mulai dari sayuran segar, makan siang siap saji, hingga meal kit praktis, semuanya dapat diakses dan diantarkan hanya dengan beberapa klik. Kemudahan, kecepatan, dan potensi penghematan waktu menjadi daya tarik utama bagi konsumen modern yang serba sibuk. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, muncul pertanyaan mendasar: apakah fenomena e-commerce food shopping (EFS) ini benar-benar ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan jangka panjang?

Pertanyaan inilah yang menjadi fokus sebuah penelitian komprehensif yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Waikato, Selandia Baru, dan Umeå University, Swedia. Ou Wang, Federico J.A. Perez-Cueto, Riccardo Scarpa, dan Frank Scrimgeour menerbitkan temuan mereka dalam British Food Journal edisi 2025, yang menganalisis persepsi konsumen terhadap keberlanjutan belanja makanan online di Selandia Baru dan Inggris. Studi ini melibatkan lebih dari 2.000 responden dan menyoroti berbagai faktor penting yang memengaruhi pandangan konsumen, mulai dari kenyamanan dan konsumsi berkelanjutan hingga masalah kemasan, polusi, kepercayaan, dan dampak terhadap ekonomi lokal.

Metodologi Penelitian: Survei Mendalam terhadap Lebih dari 2.000 Responden

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menggali persepsi konsumen secara mendalam. Sebanyak 2.039 responden berpartisipasi dalam survei online yang dilakukan pada akhir tahun 2022, dengan 1.019 berasal dari Selandia Baru dan 1.020 dari Inggris. Survei ini dirancang untuk mengumpulkan data mengenai frekuensi belanja makanan online, jenis makanan yang dibeli (seperti daging segar, sayuran, makanan restoran, atau meal kit), dan persepsi responden terhadap dampak belanja online terhadap keberlanjutan.

Belanja Makanan Online: Nyaman, Tapi Apakah Benar-Benar Berkelanjutan Bagi Kita?

Para peserta diminta untuk menilai dampak belanja online terhadap tiga aspek keberlanjutan utama:

  • Sosial: Interaksi sosial, lapangan kerja, dan keamanan pangan.
  • Ekonomi: Harga, dukungan terhadap usaha kecil, dan efisiensi bisnis.
  • Lingkungan: Sampah kemasan, emisi transportasi, dan jejak karbon.

Selain pertanyaan kuantitatif, survei juga menyertakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden untuk menyampaikan pendapat mereka secara bebas mengenai dampak belanja makanan online terhadap keberlanjutan. Jawaban terbuka ini kemudian dianalisis secara kualitatif dan dikelompokkan menjadi 27 tema utama, seperti "kenyamanan," "kemasan," "polusi," "kualitas," dan "ekonomi lokal."

Data kuantitatif diolah menggunakan analisis regresi linear untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang paling signifikan memengaruhi pandangan positif maupun negatif konsumen terhadap keberlanjutan belanja makanan online. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk tidak hanya memahami apa yang dipikirkan konsumen, tetapi juga siapa yang cenderung memiliki pandangan tertentu.

Kenyamanan sebagai Pendorong Utama, Namun Kekhawatiran Lingkungan Tetap Ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas konsumen memiliki pandangan yang cukup positif terhadap belanja makanan online dari sudut pandang keberlanjutan, terutama dalam aspek ekonomi. Mereka percaya bahwa EFS mampu meningkatkan efisiensi bisnis dan menciptakan peluang kerja baru.

Kenyamanan menjadi faktor dominan yang mendorong persepsi positif terhadap EFS. Banyak konsumen merasa bahwa belanja makanan online mempermudah hidup mereka, menghilangkan kebutuhan untuk pergi ke toko fisik dan menghemat waktu yang berharga. Selain itu, belanja makanan online juga dianggap dapat mendorong konsumsi yang lebih berkelanjutan. Konsumen merasa bahwa mereka dapat mengurangi pembelian impulsif karena mereka memiliki lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan pilihan mereka di rumah.

Namun, penelitian ini juga menyoroti beberapa kekhawatiran yang signifikan. Kemasan berlebihan, terutama penggunaan plastik sekali pakai, menjadi masalah utama. Konsumen khawatir tentang dampak lingkungan dari limbah kemasan yang dihasilkan oleh pengiriman makanan online. Selain itu, polusi yang dihasilkan oleh kendaraan pengiriman juga menjadi perhatian, karena menambah jejak karbon secara keseluruhan.

Berkurangnya interaksi sosial juga menjadi kekhawatiran. Masyarakat semakin jarang berbelanja langsung di pasar atau supermarket, yang dapat mengurangi interaksi sosial dan mengurangi dukungan terhadap bisnis lokal. Masalah lain yang muncul adalah kualitas dan kepercayaan. Konsumen khawatir tentang produk yang tidak segar, pengiriman yang salah, atau kurangnya transparansi dari penjual online. Dari sudut pandang ekonomi, banyak yang khawatir bahwa toko-toko kecil dapat tersingkir oleh dominasi raksasa e-commerce.

Perbedaan Persepsi Antar Generasi dan Kelompok Sosial

Penelitian ini juga mengungkapkan perbedaan persepsi yang menarik antara berbagai kelompok konsumen. Konsumen yang sering menggunakan layanan belanja makanan online cenderung memiliki pandangan yang lebih optimis tentang dampaknya. Baik pasangan menikah maupun individu lajang sama-sama memiliki pandangan positif, meskipun alasannya berbeda. Keluarga merasa terbantu oleh kemudahan yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara konsumen lajang melihatnya sebagai solusi gaya hidup yang cepat dan efisien.

Sebaliknya, mahasiswa, pengangguran, dan pensiunan cenderung memiliki pandangan yang lebih negatif. Kelompok lansia, misalnya, merasa bahwa layanan ini tidak ramah bagi mereka, baik dari segi aksesibilitas maupun pengalaman pengguna. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan platform online atau merasa tidak nyaman dengan kurangnya interaksi pribadi.

Rekomendasi untuk Konsumen, Pemerintah, dan Pelaku Bisnis

Temuan penelitian ini memberikan implikasi penting bagi berbagai pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa rekomendasi utama:

  • Konsumen: Konsumen dapat berperan aktif dalam mendorong keberlanjutan belanja makanan online dengan memilih opsi pengiriman yang ramah lingkungan, seperti layanan pengantaran yang menggunakan kendaraan listrik atau berbelanja dari toko lokal yang memiliki praktik berkelanjutan. Mereka juga dapat mengurangi limbah kemasan dengan memilih produk dengan kemasan minimal atau mendaur ulang kemasan yang ada. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari pilihan belanja mereka dan mendukung bisnis lokal jika memungkinkan.

  • Pemerintah: Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur industri belanja makanan online untuk memastikan keberlanjutan. Regulasi yang jelas dan efektif diperlukan untuk mengurangi penggunaan kemasan yang berlebihan, mendorong praktik pengiriman yang ramah lingkungan, dan meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan e-commerce. Pemerintah juga dapat memberikan insentif bagi bisnis yang mengadopsi praktik berkelanjutan dan mengedukasi konsumen tentang pilihan belanja yang lebih ramah lingkungan.

  • Pelaku Bisnis: Pelaku bisnis di industri belanja makanan online memiliki tanggung jawab untuk memprioritaskan keberlanjutan dalam operasi mereka. Mereka dapat mengurangi dampak lingkungan mereka dengan mengurangi kemasan, menggunakan bahan kemasan yang berkelanjutan, mengoptimalkan rute pengiriman untuk mengurangi emisi, dan berinvestasi dalam kendaraan listrik. Selain itu, mereka dapat membangun kepercayaan konsumen dengan memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang asal-usul produk mereka, praktik keberlanjutan, dan kebijakan pengembalian. Menekankan aspek kenyamanan dan keberlanjutan dapat menjadi kunci untuk memenangkan hati konsumen di pasar yang semakin kompetitif.

Belanja makanan online menawarkan banyak manfaat bagi konsumen, tetapi penting untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan memahami tantangan dan peluang yang ada, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan masa depan belanja makanan online yang lebih berkelanjutan. Konsumen dapat membuat pilihan yang lebih bijak, pemerintah dapat menerapkan regulasi yang efektif, dan pelaku bisnis dapat mengadopsi praktik yang bertanggung jawab. Dengan upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa kenyamanan belanja makanan online tidak mengorbankan keberlanjutan planet kita.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting untuk memahami kompleksitas keberlanjutan belanja makanan online. Temuan ini menyoroti perlunya pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan terus meneliti dan berinovasi, kita dapat menemukan cara untuk memaksimalkan manfaat belanja makanan online sambil meminimalkan dampaknya yang negatif. Masa depan belanja makanan online yang berkelanjutan membutuhkan kolaborasi antara konsumen, pemerintah, dan pelaku bisnis untuk menciptakan sistem yang adil, efisien, dan ramah lingkungan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :