Kabar mengenai potensi Erick Thohir menduduki kursi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI tengah santer beredar. Implikasinya terhadap jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI menjadi pertanyaan utama. Dalam 24 jam terakhir, nama Erick Thohir menjadi sorotan sebagai kandidat kuat pengganti Dito Ariotedjo, yang sebelumnya dicopot dari posisi Menpora.
Pergantian ini merupakan bagian dari reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto pada 8 September 2025. Dito Ariotedjo, yang menjabat sejak 2023, digantikan karena alasan yang belum diumumkan secara resmi. Selain Erick Thohir, beberapa nama lain sempat muncul sebagai kandidat potensial, termasuk politikus Partai Golkar, Puteri Komarudin, dan Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad. Namun, Erick Thohir kini menjadi kandidat terkuat.
Spekulasi ini menimbulkan pertanyaan krusial: apakah Erick Thohir dapat merangkap jabatan sebagai Menpora dan Ketua Umum PSSI? Atau, apakah ia harus mengundurkan diri dari salah satu posisi tersebut? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan mengingat peran strategis Erick Thohir dalam memajukan sepak bola Indonesia.
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu mempertimbangkan beberapa aspek. Pertama, regulasi yang berlaku terkait rangkap jabatan bagi pejabat publik. Apakah ada aturan yang secara eksplisit melarang seorang menteri untuk merangkap jabatan sebagai ketua umum organisasi olahraga? Kedua, potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul jika Erick Thohir memegang kedua jabatan tersebut. Sebagai Menpora, ia memiliki kewenangan untuk mengalokasikan anggaran dan membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi PSSI. Ketiga, beban kerja yang harus diemban jika merangkap jabatan. Menjadi Menpora dan Ketua Umum PSSI membutuhkan komitmen waktu dan energi yang besar.
Sebagai informasi tambahan, Persija Jakarta hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Bali United pada pekan kelima BRI Super League 2025/2026 di Jakarta International Stadium (JIS). Kapten Macan Kemayoran, Rizky Ridho, secara terbuka mengkritik kualitas rumput JIS yang dinilai kurang memadai. Insiden ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap infrastruktur sepak bola di Indonesia, yang menjadi salah satu fokus utama PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir.
Teka-Teki Masa Depan Erick Thohir
Nama Erick Thohir mencuat sebagai calon Menpora pengganti Dito. Pria berusia 55 tahun itu kemungkinan akan digeser dari Menteri BUMN RI menjadi Menpora. Apakah Erick Thohir perlu mundur dari Ketua PSSI jika menjabat Menpora?
Bola.com mencoba mengonfirmasi kepada anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, dan Sekjen PSSI, Yunus Nusi. Namun, keduanya belum merespons hingga berita ini tayang.
Erick Thohir menjadi Ketua PSSI sejak Februari 2023. Mantan bos Inter Milan ini seharusnya memimpin Federasi Sepak Bola Indonesia itu selama empat tahun hingga 2027. Kepemimpinan Erick Thohir di PSSI telah membawa angin segar bagi sepak bola Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas, profesional, dan memiliki visi yang jelas untuk memajukan sepak bola tanah air. Beberapa program telah diluncurkan di bawah kepemimpinannya, termasuk peningkatan kualitas kompetisi, pembinaan pemain muda, dan perbaikan infrastruktur.
Jika Erick Thohir benar-benar ditunjuk sebagai Menpora, maka PSSI akan kehilangan sosok pemimpin yang sangat berpengaruh. Hal ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi PSSI untuk menjaga momentum positif yang telah dibangun selama ini. Namun, di sisi lain, penunjukan Erick Thohir sebagai Menpora juga dapat memberikan keuntungan bagi sepak bola Indonesia. Sebagai Menpora, ia akan memiliki posisi yang lebih strategis untuk memperjuangkan kepentingan sepak bola Indonesia di tingkat pemerintahan.
Kasus Zainudin Amali
Kasus yang sedikit mirip dengan skenario Erick Thohir pernah terjadi pada 2023 yang melibatkan Zainudin Amali, Wakil Ketua PSSI 2023-2027. Sebelumnya, Amali adalah Menpora sejak 2019. Namun pada awal 2023, ia justru ikut dalam bursa pemilihan Ketua, Wakil Ketua, dan Exco PSSI. Politikus Partai Golkar itu terpilih sebagai Wakil Ketua PSSI bersama Ratu Tisha Destria. Dia lalu mundur dari Menpora dan digantikan oleh Dito Ariotedjo.
Kasus Zainudin Amali memberikan preseden terkait rangkap jabatan antara pejabat publik dan pengurus PSSI. Meskipun Amali akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Menpora, namun hal ini menunjukkan bahwa rangkap jabatan tersebut memungkinkan secara hukum. Namun, pertimbangan etika dan potensi konflik kepentingan tetap menjadi isu yang perlu diperhatikan.
Dalam konteks Erick Thohir, situasinya sedikit berbeda. Erick Thohir saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, bukan Menpora. Jika ia ditunjuk sebagai Menpora, maka ia akan beralih jabatan dari satu posisi menteri ke posisi menteri lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan kasus Zainudin Amali yang beralih dari posisi menteri ke posisi pengurus PSSI.
Analisis dan Implikasi
Kabar mengenai potensi Erick Thohir menjadi Menpora menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi. Berikut adalah beberapa poin analisis dan implikasi yang perlu dipertimbangkan:
-
Regulasi dan Hukum: Perlu ada klarifikasi mengenai regulasi yang berlaku terkait rangkap jabatan bagi pejabat publik, khususnya menteri. Apakah ada aturan yang secara eksplisit melarang seorang menteri untuk merangkap jabatan sebagai ketua umum organisasi olahraga? Jika tidak ada larangan eksplisit, maka Erick Thohir secara hukum diperbolehkan untuk merangkap jabatan.
-
Potensi Konflik Kepentingan: Sebagai Menpora, Erick Thohir akan memiliki kewenangan untuk mengalokasikan anggaran dan membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi PSSI. Hal ini dapat menimbulkan potensi konflik kepentingan jika ia juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Untuk menghindari hal ini, perlu ada mekanisme pengawasan yang ketat dan transparansi dalam pengambilan keputusan.
-
Beban Kerja dan Efektivitas: Merangkap jabatan sebagai Menpora dan Ketua Umum PSSI membutuhkan komitmen waktu dan energi yang besar. Apakah Erick Thohir mampu mengemban kedua jabatan tersebut secara efektif? Jika tidak, maka kualitas kepemimpinan di salah satu atau kedua jabatan tersebut dapat terganggu.
-
Dampak bagi PSSI: Jika Erick Thohir ditunjuk sebagai Menpora dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PSSI, maka PSSI akan kehilangan sosok pemimpin yang sangat berpengaruh. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas dan arah organisasi. Namun, di sisi lain, penunjukan Erick Thohir sebagai Menpora juga dapat memberikan keuntungan bagi sepak bola Indonesia. Sebagai Menpora, ia akan memiliki posisi yang lebih strategis untuk memperjuangkan kepentingan sepak bola Indonesia di tingkat pemerintahan.
-
Opsi Alternatif: Jika Erick Thohir ditunjuk sebagai Menpora dan memutuskan untuk tidak merangkap jabatan, maka PSSI perlu segera mencari pengganti yang kompeten dan memiliki visi yang sama untuk memajukan sepak bola Indonesia. Proses pemilihan ketua umum PSSI yang baru harus dilakukan secara transparan dan demokratis.
Kesimpulan
Kabar mengenai potensi Erick Thohir menjadi Menpora menimbulkan pertanyaan krusial mengenai nasibnya sebagai Ketua Umum PSSI. Keputusan akhir mengenai hal ini akan sangat mempengaruhi arah dan perkembangan sepak bola Indonesia. Perlu ada pertimbangan yang matang dan analisis yang komprehensif untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi kepentingan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
Penting bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah, PSSI, dan masyarakat sepak bola Indonesia, untuk memberikan dukungan dan kerjasama yang konstruktif dalam menghadapi situasi ini. Sepak bola Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan mencapai prestasi yang membanggakan. Dengan kepemimpinan yang kuat dan dukungan yang solid, sepak bola Indonesia dapat terus melaju menuju masa depan yang lebih baik.
Selain itu, perlu diingat bahwa fokus utama saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia secara berkelanjutan. Hal ini meliputi pembinaan pemain muda, peningkatan kualitas kompetisi, perbaikan infrastruktur, dan tata kelola organisasi yang profesional dan transparan. Dengan fokus pada aspek-aspek ini, sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di tingkat regional dan internasional.
Terakhir, mari kita berharap bahwa keputusan yang diambil terkait posisi Erick Thohir akan membawa dampak positif bagi sepak bola Indonesia dan memajukan olahraga ini ke level yang lebih tinggi. Dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat sepak bola Indonesia sangat dibutuhkan untuk mewujudkan impian tersebut.