Bernardo Tavares, Maestro Portugal Pelestari ”Siri na Pacce” di PSM Makassar

  • Maskobus
  • Sep 22, 2025

Falsafah siri’ na pacce yang secara turun-temurun dipegang skuad PSM Makassar telah merasuk ke dalam diri Bernardo Tavares. Bak seorang nakhoda pinisi yang handal, Tavares tak pernah sekalipun membiarkan kapal kebanggaan "Juku Eja" karam selama masa kepemimpinannya, meskipun badai masalah tak henti-hentinya menerjang setiap musim kompetisi. Di tengah ombak finansial dan tantangan performa, Tavares tetap teguh memegang kemudi, mengantarkan PSM Makassar melewati terjalnya lautan sepak bola Indonesia.

BRI Liga Super 2025-2026 memang baru memasuki pekan keenam, namun kondisi PSM Makassar saat itu tampak jauh dari kata ideal. Permasalahan demi permasalahan seolah tak ada habisnya menghampiri tim kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan ini. Dimulai dari keterlambatan penyelesaian kasus sanksi transfer FIFA yang berlarut-larut, hingga polemik masalah keterlambatan gaji pemain dan staf yang mulai mencuat ke permukaan.

Bahkan, sebelum pertandingan penting melawan Persija Jakarta, Tavares secara terbuka mengungkapkan bahwa beberapa stafnya belum menerima hak pembayaran gaji mereka selama hampir lima bulan. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan, mengingat profesionalisme seharusnya dijunjung tinggi di ranah sepak bola.

"Sejak musim pertama saya berada di sini, selalu ada kesulitan yang kami hadapi. Masalah seperti gaji yang telat dibayarkan, bonus yang tertunda, bahkan uang muka pun seringkali mengalami penundaan," ungkap Tavares dalam konferensi pers menjelang laga kontra Persija Jakarta, Sabtu (20/9/2029). Ungkapan ini menggambarkan betapa peliknya situasi yang dihadapi PSM Makassar di bawah kepemimpinan Tavares.

Ia menekankan bahwa kasus seperti ini seharusnya tidak terjadi di lingkungan sepak bola profesional. Meskipun ia selalu berusaha memberikan komitmen terbaiknya untuk tim, pembayaran hak yang tidak tepat waktu tentu saja mengganggu pikiran dirinya, staf pelatih, maupun para pemain. Bagaimana mungkin para pemain dapat fokus memberikan performa terbaik di lapangan jika mereka dihantui oleh masalah finansial di luar lapangan?

Bernardo Tavares, Maestro Portugal Pelestari ”Siri na Pacce” di PSM Makassar

"Ketika ada staf saya yang pekan lalu tidak bisa makan malam karena tidak memiliki uang, lalu ada juga yang nyaris lima bulan gajinya tertunda. Ini adalah situasi yang sangat pelik, terutama karena saya dan beberapa anggota tim berada jauh dari keluarga," ujar juru taktik asal Portugal itu dengan nada prihatin. Jauh dari keluarga, berjuang di negeri orang, namun hak-hak mereka tidak dipenuhi. Sebuah ironi yang sangat menyakitkan.

Namun, di tengah badai permasalahan yang menerpa, Tavares dan skuadnya membuktikan bahwa cinta mereka pada lambang pinisi di dada jauh lebih besar dari segalanya. Mereka berhasil memetik kemenangan pertama mereka di BRI Liga Super 2025-2026 dengan menumbangkan rival abadinya, Persija Jakarta, dengan skor 2-0 di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan, Minggu (21/9/2025) malam. Kemenangan ini menjadi oase di tengah gurun permasalahan yang mendera.

Gol dari dua pemain asing terbaru mereka, Savio Roberto pada menit ke-56 dan Abu Kamara pada menit ke-89, memastikan PSM Makassar mencatatkan kemenangan pertama mereka atas Persija Jakarta di Parepare. Kemenangan ini bukan hanya sekadar tiga poin, tetapi juga sebuah pembuktian bahwa semangat juang dan mentalitas pemenang masih tertanam kuat dalam diri para pemain PSM Makassar.

Adapun kali terakhir PSM Makassar bisa menaklukkan "Macan Kemayoran" terjadi pada Liga 1 edisi 2017. Kala itu, "Juku Eja" masih berkandang di Stadion Mattoanging, Makassar, Sulawesi Selatan. Kini, bangunan stadion yang dibangun untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi 1957 itu sudah rata dengan tanah, meninggalkan kenangan manis bagi para suporter setia PSM Makassar.

Hasil positif perdana di musim ini tentu saja melecut semangat Yuran Fernandes dan kawan-kawan untuk perlahan membenahi peringkat mereka di klasemen sementara. Saat itu, PSM Makassar masih duduk di peringkat ke-14 dengan koleksi enam poin. Mereka hanya berjarak dua posisi dari zona degradasi, sebuah posisi yang tentu saja tidak ideal bagi tim sekelas PSM Makassar.

Tavares seperti memegang teguh falsafah masyarakat Bugis dan Makassar, siri’ na pacce. Falsafah ini menjadi landasan moral dan etika yang membimbing Tavares dalam setiap keputusannya, baik di dalam maupun di luar lapangan.

PSM Makassar memang bukanlah calon kuat juara Indonesia musim ini, tetapi Tavares telah membuktikan bahwa timnya memiliki potensi untuk setidaknya bersaing memperebutkan tiket ke kompetisi antarklub Asia. Untuk mencapai tujuan tersebut, PSM Makassar harus mampu finis di posisi dua besar klasemen akhir. Sebuah target yang ambisius, namun bukan tidak mungkin untuk dicapai.

"Saya merasa sangat lega akhirnya kami bisa meraih kemenangan dan keluar dari dasar klasemen. Tim ini tidak pantas berada di papan bawah karena semua staf dan pemain bekerja keras untuk selalu memburu hasil positif," tutur Tavares dalam konferensi pers seusai laga kontra Persija Jakarta. Ungkapan ini mencerminkan betapa besar harapan Tavares terhadap timnya.

Terlepas dari berbagai kendala nonteknis yang dihadapi, Tavares mengakui bahwa timnya akan selalu berusaha memberikan kegembiraan untuk semua pendukung setia PSM Makassar. "Kami tidak berada dalam situasi yang ideal, tetapi kami ingin meraih kemenangan untuk merasakan kegembiraan seperti ini," ucapnya dengan penuh semangat.

Jordi Amat, bek tengah Persija Jakarta, mengakui keunggulan PSM Makassar dalam pertandingan tersebut. "PSM bermain sangat kuat selama pertandingan. Ini adalah kemenangan yang pantas untuk mereka," kata Jordi, yang juga merupakan bek andalan tim nasional Indonesia. Pujian dari lawan merupakan bukti nyata bahwa PSM Makassar telah menunjukkan performa yang luar biasa.

Tidak hanya pada laga menghadapi Persija Jakarta, tiga musim sebelumnya, Tavares telah membuktikan dirinya pantang surut untuk memberikan segalanya bagi PSM Makassar dalam berbagai kondisi. Ia adalah sosok pelatih yang memiliki dedikasi tinggi dan loyalitas yang tak tergoyahkan.

Tavares adalah pelatih asing pertama yang berhasil memberikan PSM Makassar gelar juara Liga Indonesia pada musim 2022-2023. Sebuah pencapaian yang sangat membanggakan dan akan selalu dikenang oleh para suporter setia PSM Makassar. Semusim setelahnya, PSM Makassar sempat terpuruk di posisi ke-11. Tavares, yang memulai karier kepelatihan sebagai analisis tim, lantas membawa PSM Makassar finis di peringkat keenam pada edisi 2024-2025. Sebuah bukti bahwa Tavares memiliki kemampuan untuk membangkitkan tim dari keterpurukan.

Walaupun keterlambatan gaji sudah menjadi masalah laten di PSM Makassar, ia tetap menghormati kontraknya yang akan selesai pada akhir musim 2025-2026. Ia tidak seperti kebanyakan pelatih asing di Liga Indonesia yang memilih untuk pergi ketika gaji telat dibayarkan. Bahkan, di tengah keterbatasan yang ada, ia mampu melahirkan bintang-bintang baru bagi PSM Makassar.

Pada dua musim awal masa kepelatihannya, ia membantu Sayuri bersaudara, Yakob dan Yance, menembus tim nasional Indonesia. Kini, "Juku Eja" memiliki calon bintang baru pada diri Victor Dethan dan Ricky Pratama. Kedua pemain muda ini menunjukkan potensi yang sangat besar dan diharapkan dapat menjadi tulang punggung PSM Makassar di masa depan.

Victor dan Dethan telah mendapat kepercayaan dari Pelatih Tim Sepak Bola U-23 Indonesia, Gerald Vanenburg, untuk tampil di dua turnamen internasional selama tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pemain muda PSM Makassar diakui di tingkat nasional.

Tak ayal, Tavares seperti memegang teguh falsafah masyarakat Bugis dan Makassar, siri’ na pacce. Jarak antara Makassar dengan Proenca-a-Nova, kota asal Tavares, yang mencapai sekitar 13.500 kilometer tidak menghalangi pelatih berusia 45 tahun itu untuk memahami falsafah masyarakat Sulawesi Selatan dan PSM Makassar. Ia mampu beradaptasi dengan budaya lokal dan menjadikannya sebagai bagian dari strategi kepelatihannya.

Siri’ berarti keteguhan dalam mempertahankan harga diri. Adapun pacce adalah keutamaan untuk mengutamakan kepentingan bersama. Falsafah itu kerap pula terpatri di jersei PSM Makassar, menjadi simbol identitas dan semangat juang tim.

Perjuangan Tavares untuk PSM Makassar di lapangan hijau tidak berlebihan jika disamakan dengan kisah patriotik Sultan Hasanuddin yang mempertahankan wilayah Kesultanan Gowa-Tallo dari gempuran tentara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), Persekutuan Dagang Hindia Timur, pada tahun 1666-1669. Sebuah perlawanan yang heroik dan penuh dengan pengorbanan.

Juga, kisah heroik yang terlupakan, yaitu Daeng Mangalle, kemenakan Sultan Hasanuddin, yang mempertahankan siri’ dengan bertarung dengan Raja Ayutthaya di Siam (Thailand) yang dihasut oleh tentara bangsa barat. Kisah ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga harga diri dan kehormatan.

Kini, kemasyuran kisah Daeng Mangalle tetap lestari di Bangkok, ibu kota Thailand. Wilayah bekas permukiman warga Makassar di Siam tetap mempertahankan nama kota terbesar di Indonesia timur itu, tepatnya Distrik Makassan di Bangkok. Sebuah bukti bahwa budaya Makassar telah memberikan pengaruh yang signifikan di Thailand.

Kalaupun gagal memberikan gelar juara pada musim pamungkasnya di PSM Makassar, Tavares tetap patut dikenang abadi dalam sejarah "Juku Eja". Satu gelar liga dan kesetiaannya dalam mengawal tim di masa-masa sulit adalah dasar yang kuat untuk mengukir namanya dalam sejarah klub. Ia adalah sosok pelatih yang tidak hanya memberikan trofi, tetapi juga inspirasi dan semangat juang bagi seluruh masyarakat Sulawesi Selatan. Tavares adalah simbol harapan dan kebanggaan bagi PSM Makassar.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :