Biaya Visa H-1B Amerika Rp 1,6 Miliar, India Paling Terpukul.

  • Maskobus
  • Sep 22, 2025

Silicon Valley, jantung industri teknologi Amerika Serikat, telah lama menjadi rumah bagi talenta-talenta global, termasuk sejumlah besar profesional asal India yang menduduki posisi-posisi kunci dan bergengsi. Keberadaan mereka yang signifikan tercermin dalam kepemimpinan puncak perusahaan-perusahaan raksasa teknologi, seperti Satya Nadella di Microsoft dan Sundar Pichai di Google, keduanya adalah putra India yang telah mengukir kesuksesan gemilang di panggung dunia. Fenomena ini menggarisbawahi betapa pentingnya peran visa H-1B bagi warga negara India yang bercita-cita untuk berkontribusi pada inovasi dan kemajuan teknologi di Amerika Serikat.

Visa H-1B, sebuah klasifikasi visa non-imigran yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat, memungkinkan perusahaan-perusahaan di AS untuk merekrut pekerja asing dengan keahlian khusus dan tingkat pendidikan yang tinggi. Visa ini menjadi jembatan bagi para profesional dari seluruh dunia untuk mengisi kesenjangan keterampilan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Secara historis, India telah menjadi penerima manfaat utama dari program visa H-1B, dengan warga negara India mencakup proporsi terbesar dari aplikasi yang disetujui. Data menunjukkan bahwa aplikasi dari pekerja asal India mencapai 71% dari total aplikasi yang disetujui, jauh melampaui negara-negara lain. China menempati urutan kedua dengan 11,7%, menunjukkan dominasi India dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh visa H-1B.

Visa H-1B umumnya diberikan untuk jangka waktu awal tiga tahun dan dapat diperpanjang hingga maksimum enam tahun. Dalam kondisi tertentu, visa ini bahkan dapat diperpanjang lebih lanjut, memberikan stabilitas dan kesempatan bagi para profesional asing untuk membangun karier dan memberikan kontribusi jangka panjang bagi perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Fleksibilitas dan aksesibilitas visa H-1B telah menjadikannya alat penting bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik dari seluruh dunia, memacu inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

Namun, lanskap visa H-1B kini menghadapi perubahan signifikan yang berpotensi berdampak besar bagi India dan para profesionalnya. Aturan baru yang mewajibkan pelamar visa H-1B untuk membayar biaya sebesar USD 100 ribu, atau sekitar Rp 1,6 miliar, telah menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang implikasinya terhadap aksesibilitas dan daya tarik program tersebut. Biaya yang sangat besar ini diperkirakan akan menjadi penghalang yang signifikan bagi banyak calon pemohon, terutama mereka yang berasal dari negara-negara berkembang seperti India.

Pemerintah India telah menyuarakan keprihatinan yang mendalam tentang potensi konsekuensi dari aturan baru ini. Kementerian Luar Negeri India bahkan memperingatkan bahwa aturan tersebut dapat memicu krisis kemanusiaan karena berpotensi mengganggu kehidupan keluarga dan menghambat mobilitas tenaga kerja terampil. Pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri India menekankan harapan bahwa otoritas AS akan mengatasi gangguan yang mungkin timbul akibat aturan baru tersebut.

Biaya Visa H-1B Amerika Rp 1,6 Miliar, India Paling Terpukul.

Sektor teknologi informasi India, yang bernilai USD 283 miliar, sangat bergantung pada visa H-1B untuk mempertahankan daya saingnya di pasar global. Lebih dari separuh pendapatan sektor ini, sekitar 57%, berasal dari pasar Amerika Serikat. Aturan baru yang memberlakukan biaya visa H-1B yang tinggi diperkirakan akan memberikan tekanan yang signifikan pada bisnis teknologi India, mempersulit mereka untuk bersaing dan mempertahankan pangsa pasar di AS. Selain itu, peluang bagi warga negara India untuk bekerja di Amerika Serikat diperkirakan akan semakin terbatas, membatasi akses mereka ke peluang karier yang menguntungkan dan kontribusi terhadap inovasi global.

Ganesh Natarajan, mantan CEO Zensar Technologies, mengungkapkan keprihatinannya tentang dampak aturan baru tersebut terhadap aspirasi para profesional India. Ia menyatakan bahwa "American Dream untuk para calon pekerja di AS akan sulit," menyoroti potensi dampak psikologis dan sosial dari aturan tersebut. Biaya visa H-1B yang tinggi dapat menghalangi banyak profesional muda India untuk mengejar impian mereka untuk bekerja dan tinggal di Amerika Serikat, membatasi mobilitas sosial dan menghambat pertumbuhan karier mereka.

Vic Goel dari biro hukum Goel & Anderson juga memberikan pandangan yang sama, memperkirakan bahwa perusahaan-perusahaan akan menjadi jauh lebih selektif dalam memutuskan kandidat mana yang akan disponsori untuk visa H-1B. Ia menyatakan bahwa "Kami memperkirakan perusahaan akan jauh lebih selektif memutuskan kandidat mana yang akan disponsori, dengan hanya menyediakan pengajuan H-1B untuk peran paling penting bagi bisnis. Ini akan secara signifikan mengurangi akses ke program H-1B bagi banyak warga negara asing terampil." Hal ini menunjukkan bahwa hanya kandidat dengan keterampilan dan pengalaman yang paling dibutuhkan yang akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan visa H-1B, membatasi akses bagi banyak profesional yang memenuhi syarat.

Ray Wang, Chairman Constellation Research di Silicon Valley, memprediksi bahwa aturan baru ini akan memicu perubahan yang lebih luas dalam lanskap ekonomi global. Ia memperkirakan bahwa langkah tersebut akan mengarah pada lebih banyak perekrutan lokal di Amerika Serikat, mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam pengembangan bakat dalam negeri. Selain itu, ia memperkirakan bahwa akan ada tekanan yang lebih besar untuk menghadirkan otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing. Wang juga memprediksi bahwa akan ada lebih sedikit outsourcing ke negara-negara seperti India, lebih sedikit visa H-1B yang dikeluarkan, dan lebih sedikit mobilitas pekerjaan secara keseluruhan. Ia menyimpulkan bahwa "Kita menyaksikan tatanan dunia baru dalam ekonomi jasa," menyoroti potensi dampak transformatif dari aturan baru tersebut.

Implikasi dari biaya visa H-1B yang tinggi tidak hanya terbatas pada India dan para profesionalnya. Hal ini juga dapat berdampak signifikan pada daya saing Amerika Serikat dalam ekonomi global. Dengan membatasi akses ke talenta global, Amerika Serikat berisiko kehilangan keunggulan kompetitifnya dalam inovasi dan teknologi. Perusahaan-perusahaan AS mungkin kesulitan untuk merekrut dan mempertahankan talenta terbaik dari seluruh dunia, menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan produk dan layanan baru dan bersaing di pasar global.

Selain itu, aturan baru ini dapat memicu gelombang "brain drain" dari India, dengan para profesional terampil mencari peluang di negara-negara lain yang menawarkan kebijakan imigrasi yang lebih ramah dan biaya hidup yang lebih terjangkau. Hal ini dapat merugikan India, karena kehilangan sumber daya manusia yang berharga yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara.

Pemerintah India perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh biaya visa H-1B yang tinggi. Ini termasuk melobi pemerintah AS untuk mempertimbangkan kembali aturan tersebut, berinvestasi dalam pengembangan bakat dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada visa H-1B, dan menjalin kemitraan dengan negara-negara lain untuk menciptakan peluang kerja bagi para profesional India.

Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi India perlu beradaptasi dengan lanskap yang berubah dengan berinvestasi dalam otomatisasi dan AI, mengembangkan produk dan layanan inovatif untuk pasar domestik dan global, dan mencari pasar baru di luar Amerika Serikat. Dengan mengambil langkah-langkah ini, India dapat memitigasi dampak negatif dari biaya visa H-1B yang tinggi dan mempertahankan posisinya sebagai pusat global untuk teknologi dan inovasi.

Pada akhirnya, masa depan visa H-1B dan dampaknya terhadap India akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk kebijakan imigrasi pemerintah AS, strategi yang diadopsi oleh perusahaan-perusahaan teknologi India, dan kemampuan India untuk mengembangkan dan mempertahankan talenta dalam negerinya. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa aturan baru ini telah menimbulkan tantangan signifikan bagi India dan para profesionalnya, dan akan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan masa depan yang sejahtera bagi semua.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :