Kiper muda berbakat, Cahya Supriadi, yang saat ini memperkuat klub Liga Super, PSIM Yogyakarta, mendapatkan panggilan untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-23 sebagai persiapan menghadapi Kualifikasi Piala Asia U-23. Pemanggilan ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Cahya, klubnya, serta para pendukung Laskar Mataram.
Kabar baik ini disambut dengan antusias oleh pelatih PSIM Yogyakarta, Van Gastel. Sang pelatih asal Belanda tersebut tidak ragu untuk memberikan pujian setinggi langit kepada anak asuhnya. Van Gastel menilai Cahya memiliki potensi besar untuk menjadi kiper andalan Timnas Indonesia di masa depan.
"Saya sangat senang Cahya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Timnas U-23. Ini adalah bukti kerja kerasnya selama ini. Dia adalah kiper muda yang memiliki talenta luar biasa," ujar Van Gastel dengan nada bangga.
Sebagai informasi tambahan, Cahya Supriadi memang menunjukkan performa yang impresif bersama PSIM Yogyakarta di Super League musim ini. Meski tergolong muda, Cahya mampu bersaing dengan para pemain senior lainnya dan menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang Laskar Mataram.
Dari tiga pertandingan yang telah dilakoni, Cahya berhasil mencatatkan satu kali clean sheet dan hanya kebobolan dua gol. Catatan ini tentu menjadi bukti kualitas yang dimiliki oleh kiper berusia muda tersebut.
Namun, yang paling mengesankan dari penampilan Cahya adalah aksinya saat PSIM Yogyakarta berhadapan dengan juara bertahan Persib Bandung pada tanggal 24 Agustus 2025. Pada pertandingan tersebut, Cahya tampil gemilang dengan menggagalkan tendangan penalti dari pemain Persib Bandung, Marc Klok. Penyelamatan gemilang tersebut membuat PSIM Yogyakarta berhasil menahan imbang Persib Bandung dengan skor 1-1.
Aksi heroik Cahya tersebut tentu membuat Van Gastel semakin terkesan. Sang pelatih tidak ragu untuk memberikan pujian khusus kepada Cahya atas penampilannya yang luar biasa.
"Bagi saya, saya sangat senang karena ia berhasil menyelamatkan setidaknya satu penalti. Satu lagi melambung di atas mistar. Tetapi, jika Anda menggagalkan penalti, saya sangat puas," kata Van Gastel dengan nada gembira.
Van Gastel juga mengungkapkan bahwa ia memiliki panggilan khusus untuk Cahya, yaitu "Cahia". Hal ini dikarenakan Van Gastel kesulitan untuk mengucapkan nama Cahya dengan benar.
"Saya memanggilnya ‘Cahia’ karena saya tidak bisa mengucapkan namanya. Jadi, saya sangat senang dengan ‘Cahia’. Saya menyukai sikapnya. Saya menyukai karakternya dan saya pikir ia memiliki masa depan yang baik di depannya," lanjut Van Gastel.
Pujian yang diberikan oleh Van Gastel tersebut tentu menjadi motivasi tambahan bagi Cahya untuk terus meningkatkan kemampuannya. Cahya sendiri mengaku sangat senang dan bangga bisa mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Timnas Indonesia U-23.
"Saya sangat senang dan bangga bisa dipanggil Timnas U-23. Ini adalah impian saya sejak kecil. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Timnas," ujar Cahya dengan semangat.
Cahya juga mengucapkan terima kasih kepada Van Gastel dan seluruh jajaran pelatih PSIM Yogyakarta yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepadanya untuk berkembang.
"Saya berterima kasih kepada coach Van Gastel dan seluruh pelatih PSIM yang telah memberikan saya kesempatan untuk bermain dan berkembang. Saya akan terus belajar dan bekerja keras untuk menjadi lebih baik lagi," kata Cahya.
Pemanggilan Cahya Supriadi ke Timnas Indonesia U-23 tentu menjadi kabar baik bagi sepak bola Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak talenta muda potensial yang siap untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Diharapkan, Cahya Supriadi dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi, bukan tidak mungkin Cahya akan menjadi kiper andalan Timnas Indonesia di masa depan.
Kualifikasi Piala Asia U-23 sendiri akan menjadi ajang yang sangat penting bagi Timnas Indonesia U-23. Ajang ini akan menjadi penentu apakah Indonesia bisa lolos ke putaran final Piala Asia U-23 yang akan digelar di Qatar pada tahun 2026 mendatang.
Tentu, harapan besar diletakkan di pundak para pemain Timnas Indonesia U-23, termasuk Cahya Supriadi. Masyarakat Indonesia berharap agar Timnas Indonesia U-23 dapat memberikan yang terbaik dan meraih hasil yang maksimal di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23.
Selain Cahya Supriadi, beberapa pemain muda berbakat lainnya juga dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-23. Di antaranya adalah Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, dan Witan Sulaeman.
Kehadiran para pemain muda berbakat ini tentu akan membuat Timnas Indonesia U-23 semakin kuat dan solid. Diharapkan, para pemain muda ini dapat berkolaborasi dengan para pemain senior lainnya untuk membawa Timnas Indonesia U-23 meraih kesuksesan.
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Shin Tae-yong, juga memiliki harapan yang tinggi terhadap para pemainnya. Shin Tae-yong berharap agar para pemainnya dapat menunjukkan performa terbaiknya di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23.
"Saya berharap para pemain dapat memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Kita harus bekerja keras dan berjuang untuk meraih kemenangan," ujar Shin Tae-yong.
Shin Tae-yong juga menekankan pentingnya kerjasama tim dan disiplin dalam bermain. Menurutnya, kerjasama tim dan disiplin adalah kunci untuk meraih kesuksesan.
"Kita harus bermain sebagai sebuah tim. Kita harus saling mendukung dan membantu satu sama lain. Selain itu, kita juga harus disiplin dalam menjalankan taktik dan strategi yang telah disiapkan," kata Shin Tae-yong.
Dengan persiapan yang matang dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia, diharapkan Timnas Indonesia U-23 dapat meraih hasil yang maksimal di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23. Mari kita doakan yang terbaik untuk Timnas Indonesia U-23!
Selain itu, penting untuk menyoroti bagaimana PSIM Yogyakarta, sebagai klub yang menaungi Cahya Supriadi, turut berperan dalam pengembangan bakatnya. Klub ini memberikan kesempatan bermain yang cukup bagi Cahya, sehingga ia dapat mengasah kemampuannya di level kompetitif. Dukungan dari manajemen klub, pelatih, dan rekan-rekan setimnya, menjadi faktor penting dalam perkembangan Cahya sebagai seorang kiper profesional.
Keberhasilan Cahya Supriadi menembus Timnas Indonesia U-23 juga menjadi inspirasi bagi para pemain muda lainnya di PSIM Yogyakarta. Hal ini membuktikan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan yang tepat, impian untuk bermain di level yang lebih tinggi dapat terwujud.
Lebih jauh lagi, kisah Cahya Supriadi ini dapat menjadi contoh bagi pengembangan sepak bola usia muda di Indonesia. Dengan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para pemain muda untuk bermain dan berkembang, Indonesia akan memiliki generasi penerus yang siap untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Pemerintah, PSSI, dan klub-klub sepak bola di Indonesia perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan sepak bola usia muda. Hal ini meliputi peningkatan kualitas pelatihan, penyediaan fasilitas yang memadai, dan penyelenggaraan kompetisi yang berjenjang dan berkualitas.
Dengan investasi yang tepat pada pengembangan sepak bola usia muda, Indonesia akan memiliki fondasi yang kuat untuk membangun tim nasional yang kompetitif di masa depan.
Kembali ke Cahya Supriadi, perjalanan karirnya masih panjang dan penuh tantangan. Namun, dengan talenta, kerja keras, dan mental yang kuat, Cahya memiliki potensi untuk menjadi salah satu kiper terbaik di Indonesia.
Kita semua berharap agar Cahya dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang besar bagi Timnas Indonesia di masa depan. Dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia akan menjadi motivasi tambahan bagi Cahya untuk terus berjuang dan meraih kesuksesan.
Semoga pemanggilan Cahya Supriadi ke Timnas Indonesia U-23 menjadi awal dari perjalanan panjangnya di dunia sepak bola profesional. Mari kita saksikan bersama bagaimana Cahya akan terus mengukir prestasi dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.