Campak Merebak, 3.282 Kasus Telah Dilaporkan Sepanjang 2025

  • Maskobus
  • Aug 22, 2025

JAKARTA, KOMPAS – Kasus campak mengalami peningkatan signifikan di berbagai wilayah Indonesia, menimbulkan kekhawatiran serius bagi kesehatan masyarakat. Hingga saat ini, tercatat 40 kejadian luar biasa (KLB) campak telah dilaporkan di seluruh negeri sepanjang tahun 2025. Kondisi ini menyoroti tantangan dalam menjaga cakupan imunisasi yang optimal dan merata, yang menjadi faktor utama penyebab penularan campak yang meluas.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan hingga minggu ke-32 (awal Agustus 2025), sebanyak 40 KLB telah dilaporkan di 37 kabupaten/kota di Indonesia. Secara nasional, jumlah kasus suspek campak mencapai 22.074 kasus, dengan 3.282 kasus di antaranya telah terkonfirmasi positif. Angka ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan menuntut tindakan segera untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Analisis data menunjukkan bahwa kelompok usia yang paling rentan terhadap infeksi campak adalah anak-anak usia 1-4 tahun (45 persen) dan 5-9 tahun (33 persen). Hal ini menggarisbawahi pentingnya fokus pada upaya imunisasi yang tepat sasaran pada kelompok usia ini. Sementara itu, wilayah yang melaporkan kasus terkonfirmasi campak terbanyak adalah Jawa Timur (842 kasus), Aceh (623 kasus), Sumatera Utara (450 kasus), dan Jawa Barat (371 kasus). Tingginya angka kasus di wilayah-wilayah ini memerlukan perhatian khusus dan strategi penanggulangan yang disesuaikan dengan kondisi lokal.

Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus campak dan terjadinya KLB di berbagai daerah telah menambah beban yang signifikan bagi masyarakat, tenaga kesehatan, dan negara. Penularan campak tidak hanya meningkatkan angka kesakitan, tetapi juga berpotensi meningkatkan angka kematian, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak.

"Penyebab utama KLB ini adalah cakupan imunisasi yang belum optimal. Artinya, cakupan belum tinggi dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendapatkan perlindungan yang optimal terhadap campak, setiap anak harus minimal mendapatkan dua kali imunisasi," ujar Prima.

Campak Merebak, 3.282 Kasus Telah Dilaporkan Sepanjang 2025

Prima menambahkan bahwa penurunan cakupan imunisasi pada tahun 2024 telah menyebabkan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap campak menjadi tidak tercapai. Untuk mencapai target kekebalan kelompok, cakupan imunisasi lengkap harus mencapai lebih dari 95 persen. Namun, sejak tahun 2023, cakupan imunisasi campak tidak mencapai target yang diharapkan. Cakupan imunisasi campak-rubella sampai dosis kedua pada tahun 2023 tercatat sebesar 86,6 persen, dan menurun menjadi 82,3 persen pada tahun 2024.

Kondisi ini mengindikasikan adanya tantangan dalam pelaksanaan program imunisasi, seperti kurangnya kesadaran masyarakat, akses yang sulit ke layanan kesehatan di daerah terpencil, serta isu-isu logistik dan distribusi vaksin. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan terus mengingatkan pemerintah daerah, termasuk dinas kesehatan di daerah, untuk melakukan upaya imunisasi kejar (catch-up immunization) untuk melengkapi imunisasi anak-anak yang belum pernah atau belum lengkap imunisasinya.

Saat ini, Kementerian Kesehatan juga tengah menyiapkan surat edaran (SE) kewaspadaan terhadap peningkatan kasus dan KLB campak untuk disampaikan kepada dinas kesehatan di seluruh daerah. Surat edaran ini diharapkan dapat menjadi acuan kewaspadaan dini terhadap adanya peningkatan kasus campak dan respons penanggulangan KLB campak.

"Kami juga berharap dapat meningkatkan dukungan dan kerja sama pemerintah daerah dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan KLB campak yang terpadu dan komprehensif," kata Prima.

Campak merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular dan menyebar melalui udara dari percikan cairan dari saluran napas yang keluar bersama batuk dan bersin. Gejala campak dapat berupa batuk, pilek, mata merah dan berair (konjungtivitis), sakit tenggorokan, demam tinggi, dan ruam kulit berbercak kemerahan yang khas. Ruam biasanya dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi campak. Pengobatan yang diberikan lebih ditujukan untuk meringankan gejala, seperti pemberian obat penurun demam, obat batuk, dan istirahat yang cukup. Jika daya tahan tubuh pasien baik, campak umumnya akan sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, komplikasi serius dapat terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah atau dengan kondisi malanutrisi.

Komplikasi campak yang serius meliputi dehidrasi akibat diare dan muntah, infeksi telinga, radang paru-paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), hingga kebutaan. Komplikasi yang berat paling berisiko bagi anak usia di bawah lima tahun. Penularan campak kepada ibu hamil juga dapat berdampak buruk pada kehamilan, menyebabkan bayi lahir prematur dan risiko fatal lainnya.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, menekankan bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan di daerah-daerah yang telah melaporkan KLB campak. Penyelidikan epidemiologi lanjutan harus dilakukan untuk mencari sumber penularan dan mengidentifikasi kontak erat kasus campak. Upaya ini penting untuk memutus rantai penularan dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Selain imunisasi, upaya lain juga perlu dijalankan secara bersamaan pada anak-anak yang diduga campak, mulai dari perbaikan gizi, pengendalian infeksi, hingga komunikasi risiko di masyarakat. Pemberian vitamin A juga penting untuk mencegah sakit berat dan komplikasi.

Aji mengimbau masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi anaknya secara lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan. Kebersihan diri dan lingkungan perlu dipastikan terjaga dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker saat sakit, dan memastikan ventilasi rumah baik.

"Pastikan juga cukupi kebutuhan gizi dan cairan anak, memberikan makanan bergizi seimbang, dan cukup minum agar daya tahan tubuh tetap baik. Jangan mudah percaya hoaks tentang imunisasi. Imunisasi penting untuk melindungi dari penyakit berbahaya," kata Aji.

Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan mengatasi berbagai tantangan yang ada. Namun, dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting untuk mencapai keberhasilan program imunisasi. Dengan kesadaran dan tindakan bersama, diharapkan penyebaran campak dapat dikendalikan dan kesehatan anak-anak Indonesia dapat terlindungi.

Selain upaya-upaya yang telah disebutkan, beberapa strategi tambahan yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi merebaknya kasus campak meliputi:

  • Peningkatan Surveilans Epidemiologi: Memperkuat sistem surveilans epidemiologi untuk mendeteksi kasus campak secara dini dan akurat. Hal ini meliputi pelatihan tenaga kesehatan dalam identifikasi kasus campak, peningkatan pelaporan kasus, dan analisis data epidemiologi yang komprehensif.
  • Kampanye Imunisasi Massal: Melaksanakan kampanye imunisasi massal di wilayah-wilayah dengan cakupan imunisasi rendah atau yang melaporkan KLB campak. Kampanye ini harus didukung oleh sosialisasi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
  • Peningkatan Akses ke Layanan Kesehatan: Memastikan akses yang mudah dan terjangkau ke layanan kesehatan, termasuk layanan imunisasi, terutama di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas jangkauan puskesmas, posyandu, dan tenaga kesehatan keliling.
  • Kemitraan dengan Pihak Swasta dan LSM: Membangun kemitraan dengan pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mendukung program imunisasi. Kemitraan ini dapat meliputi penyediaan sumber daya, dukungan logistik, dan kegiatan sosialisasi.
  • Edukasi Masyarakat yang Berkelanjutan: Melaksanakan program edukasi masyarakat yang berkelanjutan tentang pentingnya imunisasi, gejala campak, dan cara pencegahannya. Program ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti televisi, radio, media sosial, dan penyuluhan langsung di masyarakat.
  • Penanganan Hoaks dan Disinformasi: Mengintensifkan upaya untuk menangani hoaks dan disinformasi tentang imunisasi yang beredar di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang akurat dan terpercaya tentang imunisasi, serta melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan influencer untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang imunisasi.
  • Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan: Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan imunisasi yang berkualitas. Hal ini meliputi pelatihan tentang teknik penyuntikan yang benar, penanganan efek samping imunisasi, dan komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga.
  • Penguatan Sistem Logistik Vaksin: Memastikan sistem logistik vaksin yang efisien dan efektif untuk menjamin ketersediaan vaksin yang cukup dan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini meliputi perencanaan kebutuhan vaksin, pengadaan vaksin, penyimpanan vaksin, dan distribusi vaksin.
  • Monitoring dan Evaluasi Program Imunisasi: Melakukan monitoring dan evaluasi program imunisasi secara berkala untuk mengidentifikasi masalah dan tantangan yang ada, serta untuk mengukur dampak program terhadap cakupan imunisasi dan angka kejadian campak.

Dengan implementasi strategi-strategi ini secara komprehensif dan terkoordinasi, diharapkan penyebaran campak di Indonesia dapat dikendalikan dan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, dapat terlindungi. Penting untuk diingat bahwa imunisasi adalah investasi penting untuk masa depan yang sehat dan produktif.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :