Carlos Acutis Resmi Jadi Santo Pertama dari Generasi Milenial

  • Maskobus
  • Sep 08, 2025

Vatikan, Italia – Dunia menyaksikan sejarah ketika Carlos Acutis, seorang remaja yang dikenal karena kecintaannya pada teknologi dan imannya yang mendalam, secara resmi dinyatakan sebagai santo oleh Gereja Katolik. Upacara kanonisasi yang megah, dipimpin oleh Paus Leo XIV, berlangsung di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu, 7 September 2025. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 70.000 umat Katolik dari berbagai penjuru dunia, menandai momen penting bagi Gereja dan khususnya bagi generasi muda Katolik.

Carlos Acutis, yang meninggal dunia pada usia 15 tahun karena leukemia, menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi kaum muda di era digital. Dikenal karena keahliannya dalam bidang teknologi, terutama coding, Acutis menggunakan bakatnya untuk menyebarkan ajaran Katolik melalui website yang ia buat sendiri. Dedikasinya pada Ekaristi dan cintanya pada Maria menjadi ciri khas spiritualitasnya.

Kanonisasi Acutis bukan hanya sekadar pengakuan atas kesuciannya, tetapi juga pesan yang kuat bagi generasi milenial dan generasi Z bahwa kesucian dapat dicapai dalam kehidupan modern. Kisah hidupnya yang singkat namun penuh makna menunjukkan bahwa iman dan teknologi dapat berjalan beriringan, dan bahwa setiap orang, tanpa memandang usia atau latar belakang, dipanggil untuk menjadi kudus.

Upacara kanonisasi dimulai dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Paus Leo XIV. Dalam homilinya, Paus menekankan pentingnya teladan kesucian yang ditunjukkan oleh Acutis dan santo lainnya yang dikanonisasi pada hari itu, Pier Giorgio Frassati. Paus Leo XIV, yang terpilih sebagai Paus pada Mei 2025, menyebut Acutis sebagai "teladan kesucian bagi kaum muda di era digital" dan memuji semangatnya dalam menggunakan teknologi untuk menyebarkan Injil.

Carlos Acutis Resmi Jadi Santo Pertama dari Generasi Milenial

"Carlo Acutis adalah bukti bahwa kesucian tidak mengenal usia," kata Paus Leo XIV. "Dia menunjukkan kepada kita bahwa bahkan di tengah dunia yang modern dan kompleks, kita dapat hidup dengan iman yang mendalam dan kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama."

Paus juga menyoroti pentingnya Ekaristi dalam kehidupan Acutis, yang disebutnya sebagai "jalan tol menuju surga." Acutis percaya bahwa dengan menerima Ekaristi secara teratur, seseorang dapat memperkuat hubungannya dengan Tuhan dan menerima rahmat yang diperlukan untuk hidup kudus.

Selain Acutis, Pier Giorgio Frassati, seorang pemuda Italia yang dikenal karena pelayanannya kepada orang miskin dan sakit, juga dikanonisasi pada hari yang sama. Frassati, yang meninggal dunia pada tahun 1925 karena polio, adalah anggota dari Ordo Ketiga Dominikan dan dikenal karena cintanya pada alam, persahabatan, dan pelayanan kepada sesama.

Paus Leo XIV menggambarkan Frassati sebagai "teladan kasih dan pelayanan" dan memuji dedikasinya dalam membantu mereka yang membutuhkan. "Pier Giorgio Frassati adalah contoh nyata tentang bagaimana hidup iman dapat diwujudkan dalam tindakan nyata kasih dan pelayanan," kata Paus. "Dia menunjukkan kepada kita bahwa kesucian bukan hanya tentang doa dan kontemplasi, tetapi juga tentang membantu mereka yang menderita dan membutuhkan."

Kanonisasi Acutis dan Frassati bersama-sama mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia bahwa kesucian dapat dicapai dalam berbagai cara dan bahwa setiap orang dipanggil untuk mengikuti jalan kesucian yang unik. Kedua santo muda ini menjadi inspirasi bagi kaum muda untuk hidup dengan iman yang mendalam, kasih yang tulus, dan semangat pelayanan yang tak kenal lelah.

Setelah homili, Paus Leo XIV secara resmi membacakan dekrit kanonisasi, menyatakan bahwa Carlos Acutis dan Pier Giorgio Frassati adalah santo Gereja Katolik. Dekrit tersebut disambut dengan tepuk tangan meriah dan sorak-sorai dari ribuan umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus.

Selama upacara kanonisasi, relikui dari kedua santo tersebut dibawa ke altar. Relikui Acutis adalah sehelai rambutnya, sementara relikui Frassati adalah sepotong kain dari pakaiannya. Relikui ini akan ditempatkan di gereja-gereja di seluruh dunia, di mana umat dapat menghormati mereka dan berdoa untuk perantaraan mereka.

Kanonisasi Carlos Acutis telah dinantikan oleh banyak pemuda Katolik selama bertahun-tahun. Proses kanonisasinya dimulai pada tahun 2013, dan ia dinyatakan sebagai Venerabilis pada tahun 2018. Pada tahun 2020, ia dinyatakan sebagai Beato setelah sebuah mukjizat dikaitkan dengan perantaraannya. Mukjizat tersebut melibatkan penyembuhan seorang anak laki-laki Brasil yang menderita penyakit langka pada sistem pencernaannya.

Untuk menjadi santo, Gereja Katolik mengharuskan adanya dua mukjizat yang dikaitkan dengan perantaraan orang tersebut. Mukjizat kedua yang dikaitkan dengan perantaraan Acutis melibatkan penyembuhan seorang wanita Kosta Rika yang mengalami cedera kepala parah setelah kecelakaan sepeda motor. Setelah berdoa kepada Acutis, wanita tersebut sembuh secara ajaib.

Kisah hidup dan kesucian Carlos Acutis telah menyebar luas di seluruh dunia, menginspirasi banyak orang untuk hidup dengan iman yang lebih mendalam dan kasih yang lebih tulus. Website yang ia buat, yang berisi informasi tentang mukjizat Ekaristi di seluruh dunia, terus dikunjungi oleh ribuan orang setiap hari.

Acutis juga dikenal karena kecintaannya pada film animasi Pokemon dan video game. Ia percaya bahwa media ini dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan mendidik kaum muda tentang iman Katolik.

"Bukan aku, tetapi Tuhan," adalah motto hidup Acutis. Ia percaya bahwa semua yang ia lakukan adalah untuk kemuliaan Tuhan dan bahwa ia hanyalah alat di tangan-Nya.

Kanonisasi Carlos Acutis adalah momen bersejarah bagi Gereja Katolik dan bagi generasi muda di seluruh dunia. Ia adalah santo pertama dari generasi milenial dan menjadi teladan bagi kaum muda untuk hidup dengan iman yang mendalam, kasih yang tulus, dan semangat pelayanan yang tak kenal lelah.

Paus Leo XIV menutup pidatonya dengan mengutip kata-kata Acutis: "Semua orang dilahirkan sebagai orisinal, tetapi banyak yang mati sebagai fotokopi." Paus mendorong kaum muda untuk menjadi diri mereka sendiri, untuk mengembangkan bakat dan karunia mereka, dan untuk menggunakan mereka untuk melayani Tuhan dan sesama.

Upacara kanonisasi diakhiri dengan doa bersama dan berkat dari Paus Leo XIV. Ribuan umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus pulang dengan hati yang penuh sukacita dan harapan, terinspirasi oleh teladan kesucian Carlos Acutis dan Pier Giorgio Frassati.

Kanonisasi Carlos Acutis bukan hanya sekadar peristiwa keagamaan, tetapi juga fenomena budaya yang menarik perhatian media dan masyarakat luas. Kisah hidupnya yang unik dan relevan dengan kehidupan kaum muda di era digital membuatnya menjadi sosok yang populer dan dihormati di seluruh dunia.

Semoga teladan kesucian Carlos Acutis dan Pier Giorgio Frassati terus menginspirasi kita semua untuk hidup dengan iman yang lebih mendalam, kasih yang lebih tulus, dan semangat pelayanan yang tak kenal lelah. Semoga mereka menjadi perantara kita di surga dan membimbing kita menuju jalan kesucian.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :