CEO OpenAI: Ekspektasi Investor Terlalu Tinggi pada AI, Bubble Bakal Pecah

  • Maskobus
  • Aug 26, 2025

CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini menyampaikan pandangannya mengenai pasar kecerdasan buatan (AI) yang sedang berkembang pesat. Altman berpendapat bahwa antusiasme berlebihan dari para investor terhadap AI berpotensi menciptakan gelembung (bubble) yang pada akhirnya bisa pecah. Menurutnya, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap potensi keuntungan dari bisnis AI dapat menyebabkan valuasi saham perusahaan teknologi melambung tidak realistis, dan jika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, pasar bisa mengalami koreksi tajam.

Altman tidak menyangkal bahwa AI saat ini sedang mengalami perkembangan yang signifikan, dengan inovasi-inovasi baru yang terus bermunculan. Namun, ia khawatir bahwa gelombang investasi yang besar ini lebih didorong oleh euforia daripada perhitungan bisnis yang matang. Ia membandingkan situasi ini dengan gelembung dot-com pada akhir 1990-an, di mana perusahaan-perusahaan internet dengan model bisnis yang belum teruji mengalami lonjakan valuasi yang tidak berkelanjutan.

"Bubble (bisa) terjadi, (saat) orang-orang pintar menjadi terlalu bersemangat tentang inti kebenaran," ujar Altman, seperti dikutip dari CNBC. Ia menambahkan, "Apakah kita sedang berada dalam fase di mana investor secara umum terlalu antusias dengan AI? Pendapat saya, ya. Apakah AI merupakan hal terpenting yang akan (populer) dalam waktu yang sangat lama? Pendapat saya juga, iya."

Analogi dengan Gelembung Dot-Com

CEO OpenAI: Ekspektasi Investor Terlalu Tinggi pada AI, Bubble Bakal Pecah

Untuk memperjelas kekhawatirannya, Altman menarik garis paralel antara kondisi saat ini dengan gelembung dot-com yang terjadi pada akhir tahun 1990-an. Pada masa itu, saham perusahaan-perusahaan internet mengalami kenaikan yang luar biasa karena ekspektasi tinggi terhadap potensi teknologi web. Namun, banyak startup yang belum memiliki model bisnis yang jelas dan valuasinya terlalu tinggi.

Akibatnya, ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, pasar mengalami koreksi yang dramatis. Antara Maret 2000 hingga Oktober 2002, indeks NASDAQ kehilangan hampir 80% valuasinya. Harga saham perusahaan teknologi anjlok, banyak perusahaan bangkrut, dan investor mengalami kerugian besar. Meskipun demikian, Altman menekankan bahwa "inti kebenaran" dari internet tetap bertahan dan menjadi fondasi ekonomi digital hingga saat ini.

Pendapat Para Ahli Lainnya

Kekhawatiran Altman tentang potensi gelembung AI juga didukung oleh sejumlah pakar dan analis lainnya. Mereka berpendapat bahwa perkembangan AI saat ini terlalu cepat dan tidak seimbang dengan fundamental bisnis yang mendasarinya.

Joe Tsai, salah satu pendiri Alibaba, Ray Dalio dari Bridgewater Associates, dan Torsten Slok, kepala ekonom Apollo Global Management, telah menyampaikan peringatan serupa. Mereka menyoroti risiko valuasi yang terlalu tinggi dan potensi koreksi pasar jika ekspektasi terhadap AI tidak terpenuhi.

Bahkan, Torsten Slok menyatakan dalam sebuah laporan bahwa ia yakin gelembung AI saat ini, pada kenyataannya, lebih besar daripada gelembung internet. Ia mencatat bahwa valuasi 10 perusahaan teratas di S&P 500 saat ini dinilai terlalu tinggi dibandingkan pada tahun 1990-an.

Perspektif yang Lebih Optimis

Meskipun banyak yang menyuarakan kekhawatiran, ada juga beberapa ahli yang memiliki pandangan yang lebih optimis tentang prospek investasi di bidang AI. Ray Wang, direktur penelitian untuk semikonduktor, rantai pasokan, dan teknologi baru di Futurum Group, mengatakan bahwa komentar Altman ada benarnya, tetapi risikonya bergantung pada masing-masing perusahaan.

"Dari perspektif investasi yang lebih luas dalam AI dan semikonduktor… saya tidak melihatnya sebagai gelembung. Fundamental di seluruh rantai pasokan tetap kuat, dan lintasan jangka panjang tren AI mendukung investasi yang berkelanjutan," ujarnya.

Wang berpendapat bahwa meskipun ada risiko koreksi pasar, potensi jangka panjang AI tetap menjanjikan. Ia menekankan pentingnya melakukan analisis fundamental yang cermat sebelum berinvestasi di perusahaan AI, dan fokus pada perusahaan-perusahaan dengan model bisnis yang kuat dan prospek pertumbuhan yang jelas.

Kasus DeepSeek: Persaingan yang Semakin Ketat

Salah satu faktor yang memicu kekhawatiran tentang potensi gelembung AI adalah persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan-perusahaan yang mengembangkan teknologi AI. Hal ini tercermin dalam kasus DeepSeek, sebuah startup asal China yang merilis model penalaran dengan biaya produksi yang jauh lebih murah daripada perusahaan teknologi AS.

DeepSeek mengeklaim bahwa satu versi model bahasa besar canggihnya telah dilatih dengan biaya kurang dari 6 juta dolar AS. Biaya ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan miliaran dolar yang dihabiskan oleh para pemimpin pasar AI AS seperti OpenAI.

Keberhasilan DeepSeek menunjukkan bahwa persaingan di pasar AI semakin intensif, dan perusahaan-perusahaan yang tidak mampu berinovasi dan menekan biaya produksi akan kesulitan untuk bersaing. Hal ini juga dapat berdampak pada valuasi perusahaan AI, karena investor akan lebih selektif dalam memilih perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kinerja OpenAI dan Model GPT-5

Sebagai CEO OpenAI, Sam Altman tentu memiliki pandangan yang mendalam tentang kinerja perusahaannya dan prospek industri AI secara keseluruhan. Pada awal Agustus 2024, Altman menyatakan bahwa OpenAI berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan pendapatan di atas 20 miliar dolar AS tahun ini. Kendati demikian, ia mengakui bahwa perusahaan tersebut masih belum menguntungkan.

Peluncuran model AI GPT-5 terbaru OpenAI awal bulan ini mendapat sorotan dari berbagai pihak. Beberapa kritikus menganggap model AI yang dirilis publik secara gratis ini terasa kurang intuitif. Hal ini menunjukkan bahwa OpenAI, meskipun menjadi salah satu pemimpin pasar AI, masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan model AI yang benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna.

Setelah merilis model tersebut, Altman juga mengisyaratkan kehati-hatian yang lebih tinggi terhadap beberapa prediksi optimis industri AI. Hal ini menunjukkan bahwa Altman menyadari potensi risiko yang terkait dengan ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap AI, dan ia ingin memastikan bahwa OpenAI tetap fokus pada pengembangan teknologi AI yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kesimpulan

Pendapat Sam Altman tentang potensi gelembung AI patut diperhatikan, mengingat posisinya sebagai CEO salah satu perusahaan AI terkemuka di dunia. Kekhawatiran Altman didasarkan pada analogi dengan gelembung dot-com, di mana ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap teknologi baru menyebabkan valuasi yang tidak realistis dan koreksi pasar yang dramatis.

Meskipun ada pandangan yang lebih optimis tentang prospek investasi di bidang AI, penting untuk tetap berhati-hati dan melakukan analisis fundamental yang cermat sebelum berinvestasi. Investor harus fokus pada perusahaan-perusahaan dengan model bisnis yang kuat, prospek pertumbuhan yang jelas, dan kemampuan untuk berinovasi dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

Pada akhirnya, keberhasilan jangka panjang industri AI akan bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan AI untuk menghasilkan nilai yang nyata bagi pengguna dan masyarakat secara keseluruhan. Jika ekspektasi terhadap AI tidak terpenuhi, pasar dapat mengalami koreksi yang signifikan, tetapi "inti kebenaran" dari AI akan tetap bertahan dan menjadi fondasi inovasi di masa depan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :