Darurat Kesehatan Mental Gen Z: 720 Ribu Anak Muda Meninggal Bunuh Diri

  • Maskobus
  • Sep 10, 2025

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini merilis data yang mengkhawatirkan mengenai kesehatan mental generasi Z (Gen Z), generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Data tersebut mengungkapkan bahwa setidaknya 720 ribu anak muda di seluruh dunia kehilangan nyawa setiap tahun akibat bunuh diri. Angka ini menempatkan bunuh diri sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga pada kelompok usia 15-29 tahun, sebuah fakta yang sangat memprihatinkan dan menyoroti urgensi untuk mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan generasi muda.

Kesehatan mental telah menjadi isu global yang semakin mendesak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan Gen Z. Berbagai faktor, mulai dari tekanan akademik dan sosial, masalah ekonomi, hingga dampak media sosial, berkontribusi pada meningkatnya masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan lainnya. Pandemi COVID-19 juga memperburuk situasi ini, dengan isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi, dan kehilangan orang-orang terkasih yang berdampak signifikan pada kesehatan mental banyak orang, terutama anak muda.

WHO mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap bunuh diri, termasuk kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, rasa kehilangan, kesepian, diskriminasi, perselisihan hubungan, masalah keuangan, nyeri dan penyakit kronis, kekerasan, pelecehan, serta konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya. Faktor-faktor ini dapat berinteraksi dan memperburuk satu sama lain, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputuskan.

Depresi, khususnya, merupakan penyebab utama disabilitas pada remaja dan seringkali menjadi pemicu utama bunuh diri. Data menunjukkan bahwa depresi dapat menjadi penyebab bunuh diri, dan bunuh diri merupakan penyebab kematian ke-3 pada remaja di dunia. Hal ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan intervensi yang tepat untuk mengatasi depresi pada remaja.

Sayangnya, banyak gangguan psikologis pada remaja tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Stigma seputar kondisi kesehatan mental dan bunuh diri membuat banyak orang yang berpikir untuk bunuh diri tidak mencari bantuan. Mereka mungkin takut dihakimi, dikucilkan, atau tidak percaya bahwa bantuan yang efektif tersedia.

Darurat Kesehatan Mental Gen Z: 720 Ribu Anak Muda Meninggal Bunuh Diri

Survei mengenai kesehatan mental pada remaja di Indonesia tahun 2022 mengungkapkan bahwa 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental. Secara spesifik, 1 persen remaja mengalami depresi, 3,7 persen cemas, 0,9 persen mengalami post traumatic syndrome disorder (PTSD), dan 0,5 persen mengalami attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Angka-angka ini menggarisbawahi perlunya peningkatan kesadaran dan akses ke layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas di Indonesia.

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri memiliki efek berantai yang berdampak pada keluarga, teman, kolega, komunitas, dan masyarakat secara keseluruhan. Kehilangan seseorang karena bunuh diri dapat menyebabkan trauma mendalam, kesedihan, dan rasa bersalah bagi orang-orang yang ditinggalkan. Selain itu, bunuh diri dapat memicu bunuh diri lainnya, terutama di kalangan remaja.

Seringkali, bunuh diri dianggap sebagai tindakan egois, tetapi para ahli menekankan bahwa penggambaran ini keliru dan merendahkan. Orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri sering kali ingin mengakhiri rasa sakit mereka yang tak tertahankan atau merasa bahwa mereka menjadi beban bagi orang lain. Mereka mungkin tidak melihat jalan keluar dari situasi mereka dan percaya bahwa bunuh diri adalah satu-satunya pilihan yang tersisa.

Penting untuk diingat bahwa bunuh diri dapat dicegah. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental yang efektif, kita dapat membantu mencegah tragedi ini dan menyelamatkan nyawa.

Tanda-tanda Peringatan Bunuh Diri

Meskipun para ahli dan peneliti kesehatan mental belum menemukan cara untuk memprediksi secara pasti siapa yang berisiko mencoba bunuh diri, ada beberapa tanda-tanda peringatan yang perlu diperhatikan. Tanda-tanda ini tidak selalu jelas dan mungkin berbeda dari orang ke orang, tetapi mengenali mereka dapat membantu kita mengidentifikasi orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Perubahan perilaku atau emosional yang signifikan adalah salah satu tanda peringatan utama. Ini termasuk:

  • Perasaan putus asa atau tidak berdaya: Orang yang berpikir untuk bunuh diri mungkin merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan bahwa mereka tidak dapat mengubah situasi mereka.
  • Menarik diri dari teman dan keluarga: Mereka mungkin kehilangan minat pada aktivitas yang dulu mereka nikmati dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian.
  • Perubahan pola tidur atau makan: Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak, atau mereka mungkin kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan.
  • Meningkatnya penggunaan alkohol atau narkoba: Mereka mungkin menggunakan alkohol atau narkoba untuk mengatasi rasa sakit emosional mereka.
  • Berbicara tentang kematian atau bunuh diri: Mereka mungkin membuat komentar tentang ingin mati atau tidak ada lagi.
  • Memberikan barang-barang berharga: Mereka mungkin memberikan barang-barang berharga kepada orang lain sebagai persiapan untuk kematian mereka.
  • Menulis surat wasiat atau surat perpisahan: Mereka mungkin menulis surat wasiat atau surat perpisahan kepada orang-orang yang mereka cintai.
  • Mencari cara untuk bunuh diri: Mereka mungkin mencari cara untuk bunuh diri, seperti membeli senjata atau mengumpulkan obat-obatan.
  • Menunjukkan perilaku agresif atau impulsif: Mereka mungkin menjadi lebih mudah marah, agresif, atau impulsif.

Selain perubahan perilaku atau emosional, faktor-faktor risiko lainnya juga perlu diperhatikan, termasuk:

  • Riwayat gangguan kesehatan mental: Orang dengan riwayat depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Riwayat percobaan bunuh diri: Orang yang pernah mencoba bunuh diri sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba lagi.
  • Riwayat keluarga bunuh diri: Orang dengan riwayat keluarga bunuh diri memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Trauma masa lalu: Orang yang mengalami trauma masa lalu, seperti pelecehan atau kekerasan, memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Kehilangan atau duka: Orang yang baru saja mengalami kehilangan atau duka memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Isolasi sosial: Orang yang merasa terisolasi atau kesepian memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Diskriminasi atau stigma: Orang yang mengalami diskriminasi atau stigma karena identitas mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Masalah keuangan atau pekerjaan: Orang yang mengalami masalah keuangan atau pekerjaan memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.
  • Akses ke sarana bunuh diri: Orang yang memiliki akses ke sarana bunuh diri, seperti senjata api atau obat-obatan, memiliki risiko lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Khawatir Seseorang Berpikir untuk Bunuh Diri

Jika Anda khawatir seseorang yang Anda kenal berpikir untuk bunuh diri, penting untuk bertindak. Jangan takut untuk bertanya kepada mereka apakah mereka baik-baik saja atau apakah mereka sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri. Meskipun mungkin sulit untuk memulai percakapan, penting untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Anda peduli dan bersedia mendengarkan.

Berikut adalah beberapa tips untuk berbicara dengan seseorang yang mungkin berpikir untuk bunuh diri:

  • Temukan waktu dan tempat yang tenang dan pribadi: Ini akan membantu mereka merasa lebih nyaman untuk membuka diri.
  • Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi: Biarkan mereka berbicara tentang perasaan mereka tanpa menyela atau memberi nasihat.
  • Validasi perasaan mereka: Beri tahu mereka bahwa Anda memahami bahwa mereka sedang mengalami masa sulit dan bahwa perasaan mereka valid.
  • Tawarkan dukungan dan harapan: Beri tahu mereka bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa ada bantuan yang tersedia.
  • Jangan berjanji untuk merahasiakan: Penting untuk memberi tahu mereka bahwa Anda mungkin perlu memberi tahu orang lain jika Anda khawatir tentang keselamatan mereka.
  • Dorong mereka untuk mencari bantuan profesional: Bantu mereka menghubungi profesional kesehatan mental, seperti psikolog, psikiater, atau konselor.
  • Jangan tinggalkan mereka sendirian: Jika Anda khawatir tentang keselamatan mereka, jangan tinggalkan mereka sendirian sampai mereka mendapatkan bantuan.

Jika Anda sendiri sedang berjuang dengan pikiran untuk bunuh diri, penting untuk mencari bantuan. Ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu Anda, termasuk:

  • Layanan pencegahan bunuh diri: Ada banyak layanan pencegahan bunuh diri yang tersedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Anda dapat menghubungi mereka melalui telepon, teks, atau obrolan online.
  • Profesional kesehatan mental: Psikolog, psikiater, dan konselor dapat membantu Anda mengatasi masalah kesehatan mental dan mengembangkan strategi mengatasi yang sehat.
  • Teman dan keluarga: Berbicaralah dengan teman dan keluarga yang Anda percayai tentang perasaan Anda. Mereka dapat memberikan dukungan emosional dan membantu Anda mencari bantuan.

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesejahteraan kita secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental yang efektif, kita dapat membantu mencegah bunuh diri dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bahagia.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :