Pangkalan rudal Sinpung-dong, yang terletak hanya 27 kilometer dari perbatasan China, menjadi fokus perhatian utama. Center for Strategic and International Studies (CSIS) melaporkan bahwa pangkalan ini diyakini mampu menampung hingga sembilan rudal balistik antarbenua (ICBM) berkemampuan nuklir, lengkap dengan peluncurnya. Keberadaan pangkalan ini semakin memperburuk ketegangan di kawasan dan meningkatkan risiko konflik nuklir yang tidak disengaja.
Pangkalan Sinpung-dong hanyalah salah satu dari sekitar 15 hingga 20 pangkalan rudal balistik dan fasilitas penyimpanan hulu ledak rahasia yang dimiliki oleh Korea Utara. Keberadaan fasilitas-fasilitas ini terungkap melalui analisis citra satelit dan sumber intelijen lainnya. Laporan CSIS dengan tegas menyatakan bahwa rudal-rudal yang ditempatkan di pangkalan-pangkalan ini merupakan ancaman nuklir potensial yang nyata bagi Asia Timur dan daratan AS.
Program persenjataan Korea Utara telah mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Kim Jong Un. Negara ini telah secara agresif memodernisasi angkatan bersenjatanya, mengembangkan senjata-senjata baru, dan melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang memiliki kemampuan untuk mencapai hampir semua wilayah di Amerika Serikat. Tindakan-tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap sanksi PBB yang ketat, yang bertujuan untuk membatasi akses Korea Utara terhadap material dan teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Meskipun menghadapi sanksi internasional, Korea Utara terus mengembangkan kerja sama dengan Rusia, menimbulkan kekhawatiran bahwa Moskow dapat memberikan bantuan dalam meningkatkan teknologi militernya. Kolaborasi ini semakin memperumit upaya internasional untuk mengendalikan program nuklir Korea Utara dan mencegah proliferasi senjata nuklir.
Lokasi pangkalan Sinpung-dong di lembah pegunungan sempit yang terbelah oleh aliran sungai memberikan keuntungan geografis yang signifikan bagi Korea Utara. Pangkalan ini mencakup area seluas 22 kilometer persegi, yang lebih besar dari Bandara John F. Kennedy di New York. Kedekatan pangkalan ini dengan perbatasan China memaksa negara-negara seperti Amerika Serikat untuk berhati-hati dalam mempertimbangkan opsi militer, karena serangan terhadap pangkalan tersebut dapat berdampak pada wilayah China yang berdekatan.
Pembangunan pangkalan Sinpung-dong dimulai pada tahun 2004, berdasarkan analisis citra satelit, dan telah beroperasi sejak tahun 2014. Sejak saat itu, pangkalan ini telah dirawat dengan baik dan terus dikembangkan, menunjukkan komitmen Korea Utara untuk memperkuat kemampuan nuklirnya. Peneliti CSIS meyakini bahwa pangkalan ini dilengkapi dengan rudal ICBM Hwasong-15 atau Hwasong-18 berkemampuan nuklir, atau jenis ICBM lainnya yang sedang dalam pengembangan.
Salah satu fitur penting dari pangkalan Sinpung-dong adalah keberadaan peluncur bergerak yang dapat dengan cepat menembak dan berpindah ke posisi baru, mempersulit upaya untuk mendeteksi dan menghancurkan rudal-rudal tersebut sebelum peluncuran. Laporan CSIS menjelaskan bahwa selama masa krisis atau perang, peluncur dan rudal ini akan keluar dari pangkalan dan melakukan operasi peluncuran dari lokasi-lokasi yang telah disurvei sebelumnya dan tersebar di seluruh wilayah.
Citra satelit menunjukkan berbagai fasilitas di dalam pangkalan, termasuk pos pemeriksaan pintu masuk, gedung markas, gudang, fasilitas pendukung rudal, dan perumahan kecil. Beberapa di antaranya sengaja ditutupi pepohonan dan semak untuk menyembunyikan pintu masuknya, sehingga sulit ditemukan dalam citra satelit, terutama pada musim dingin ketika vegetasi jarang. Upaya penyembunyian ini menunjukkan bahwa Korea Utara sangat menyadari pentingnya menjaga kerahasiaan lokasi dan operasional pangkalan rudalnya.
Keberadaan pangkalan rudal rahasia seperti Sinpung-dong menyoroti tantangan yang dihadapi oleh komunitas internasional dalam upaya untuk menghentikan program nuklir Korea Utara. Meskipun ada sanksi dan tekanan diplomatik, Korea Utara terus mengembangkan kemampuan militernya dan memperluas jangkauan senjata nuklirnya. Hal ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara dan mencegah proliferasi senjata nuklir di kawasan.
Amerika Serikat dan sekutunya harus terus bekerja sama untuk memperkuat pertahanan rudal mereka, meningkatkan kemampuan intelijen, dan menerapkan sanksi yang lebih efektif untuk menekan Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya. Selain itu, dialog diplomatik harus tetap menjadi pilihan untuk mencari solusi damai dan mencapai denuklirisasi Semenanjung Korea. Namun, dialog tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang jelas dan komitmen yang tulus dari Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya secara permanen dan dapat diverifikasi.
Ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Korea Utara tidak dapat diremehkan. Keberadaan pangkalan rudal rahasia seperti Sinpung-dong menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki kemampuan untuk meluncurkan serangan nuklir yang dapat menjangkau sebagian besar wilayah Asia Timur dan bahkan daratan Amerika Serikat. Komunitas internasional harus bertindak tegas dan bersatu untuk mencegah Korea Utara menggunakan senjata nuklirnya dan untuk mencapai denuklirisasi Semenanjung Korea secara damai dan berkelanjutan.