Aksi demonstrasi yang digelar oleh ribuan buruh di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Monas, Jakarta Pusat, pada hari Rabu, 4 September 2025, telah berakhir dengan tertib dan damai. Massa buruh mulai membubarkan diri sekitar pukul 18.24 WIB, setelah sebelumnya menggelar serangkaian kegiatan simbolik sebagai bentuk ekspresi kekecewaan dan tuntutan mereka.
Sebelum membubarkan diri, para demonstran melakukan doa bersama dengan menyalakan lilin. Aksi ini merupakan simbol harapan dan solidaritas di antara para buruh yang merasa hak-hak mereka belum sepenuhnya terpenuhi. Cahaya lilin yang temaram di tengah kerumunan massa menciptakan suasana khidmat dan reflektif, mengingatkan akan perjuangan panjang yang telah mereka lalui.
Selain menyalakan lilin, para buruh juga mengheningkan cipta sambil bersama-sama menyanyikan lagu "Gugur Bunga". Lagu ini dipilih sebagai bentuk penghormatan dan mengenang para korban yang telah gugur dalam berbagai aksi demonstrasi sebelumnya. Suara lirih yang mengalun diiringi dengan heningnya suasana menambah haru dan khidmat suasana aksi tersebut.
Puncak dari aksi simbolik ini adalah pembakaran patung tikus berdasi. Patung ini sengaja dibuat dan dibawa oleh para demonstran sebagai simbol perlawanan terhadap praktik korupsi yang dianggap merugikan kaum buruh dan masyarakat luas. Pembakaran patung tikus ini merupakan bentuk ekspresi kemarahan dan kekecewaan terhadap para koruptor yang telah menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan publik.
Dewi Kartika, Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), dalam orasinya menyampaikan pesan yang membakar semangat para demonstran. Ia mengatakan bahwa meskipun banyak para pencari nafkah yang mengalami ketidakadilan secara terus menerus, mereka tetap berdiri teguh untuk memperjuangkan cita-cita keadilan sosial dan politik. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus mengobarkan perjuangan demi terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur.
Dewi Kartika juga menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa dan pemuda yang setia membersamai perjuangan rakyat. Ia mengajak mereka untuk terus mengawal isu-isu kerakyatan dan menjadi garda terdepan dalam membela hak-hak kaum marginal. Ia juga mengajak seluruh gerakan buruh, tani, perempuan, dan seluruh rakyat untuk bersatu padu dalam memperjuangkan perubahan yang lebih baik.
Setelah orasi dari Dewi Kartika, massa demonstran mengheningkan cipta sejenak untuk mengirimkan doa kepada para pahlawan demokrasi, pejuang hak asasi manusia (HAM), dan pejuang agraria yang tidak pernah lelah berjuang demi keadilan dan kesejahteraan rakyat. Doa ini merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa mereka dalam memperjuangkan hak-hak kaum tertindas.
Tak lama setelah massa demonstran membubarkan diri, petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) langsung bergerak cepat membersihkan area sekitar lokasi aksi. Sampah-sampah yang berserakan dan sisa-sisa pembakaran patung tikus segera dibersihkan agar tidak mengganggu ketertiban umum dan keindahan kota.
Pihak kepolisian juga segera membuka barikade pengamanan yang sebelumnya dipasang untuk mengatur jalannya demonstrasi. Jalan Medan Merdeka Selatan yang sebelumnya ditutup karena aksi demonstrasi juga sudah dibuka kembali untuk umum. Arus lalu lintas di sekitar lokasi terpantau lancar setelah pembukaan kembali jalan tersebut.
Aksi demonstrasi buruh ini merupakan bagian dari serangkaian aksi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Isu-isu yang diangkat dalam aksi ini beragam, mulai dari masalah upah yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup layak, kondisi kerja yang tidak manusiawi, hingga masalah korupsi yang merajalela.
Para buruh menuntut agar pemerintah dan para pengusaha lebih memperhatikan nasib mereka dan memberikan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mereka juga menuntut agar pemerintah lebih serius dalam memberantas korupsi dan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Aksi demonstrasi ini berjalan dengan tertib dan damai berkat kerjasama yang baik antara pihak kepolisian, panitia penyelenggara, dan para peserta aksi. Pihak kepolisian bertindak secara profesional dan proporsional dalam mengamankan jalannya aksi, sementara para peserta aksi juga menunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang anarkis.
Meskipun aksi demonstrasi telah berakhir, namun perjuangan para buruh untuk mendapatkan hak-hak mereka belum selesai. Mereka akan terus berjuang melalui berbagai cara, baik melalui dialog dengan pemerintah dan pengusaha, maupun melalui aksi-aksi demonstrasi yang lebih besar dan terorganisir.
Pemerintah dan para pengusaha diharapkan dapat merespon tuntutan para buruh dengan serius dan mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak. Dialog yang konstruktif dan transparan perlu dilakukan untuk mencari titik temu antara kepentingan buruh, pengusaha, dan pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hak-hak buruh. Tindakan tegas perlu diambil terhadap para pengusaha yang melanggar peraturan dan merugikan kaum buruh.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara semua pihak, diharapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh kaum buruh dapat segera diatasi dan tercipta hubungan industrial yang harmonis dan produktif. Kaum buruh yang sejahtera akan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi dan sosial bangsa.
Aksi demonstrasi buruh di Patung Kuda ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk merenungkan kembali tentang pentingnya keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial dan kesejahteraan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
Mari kita bersama-sama membangun Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya. Mari kita wujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kasus pembakaran patung tikus berdasi menjadi simbol kuat pesan yang ingin disampaikan para buruh. Tikus, sering dikaitkan dengan perilaku kotor dan merugikan, dipadukan dengan dasi, simbol kekuasaan dan formalitas, menciptakan representasi visual yang jelas tentang korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum berwenang. Aksi ini bukan sekadar vandalisme, melainkan sebuah pernyataan politik yang mendalam, sebuah teriakan putus asa dari mereka yang merasa dirugikan oleh sistem yang korup.
Penyalaan lilin dan menyanyikan lagu "Gugur Bunga" menambahkan dimensi emosional pada aksi tersebut. Lilin melambangkan harapan dan solidaritas, sementara lagu "Gugur Bunga" adalah penghormatan kepada mereka yang telah berkorban dalam perjuangan untuk keadilan. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan suasana yang mengharukan dan membangkitkan semangat perjuangan para peserta aksi.
Orasi dari Dewi Kartika semakin mempertegas tujuan dan arah perjuangan para buruh. Ia menyerukan persatuan dan solidaritas di antara semua elemen masyarakat yang tertindas, serta mengajak untuk terus mengobarkan semangat perjuangan demi terwujudnya keadilan sosial dan politik. Orasinya yang berapi-api membangkitkan semangat para peserta aksi dan memberikan mereka keyakinan bahwa perubahan yang lebih baik adalah mungkin.
Respons cepat dari petugas PPSU dan kepolisian setelah aksi demonstrasi menunjukkan bahwa pemerintah berusaha untuk menjaga ketertiban umum dan memastikan bahwa aktivitas masyarakat tidak terganggu. Namun, penting untuk diingat bahwa tindakan ini tidak boleh hanya bersifat kosmetik. Pemerintah perlu menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh dalam menanggapi tuntutan para buruh dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk masalah-masalah yang mereka hadapi.
Aksi demonstrasi buruh di Patung Kuda ini adalah cerminan dari ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang ada. Pemerintah perlu mendengarkan suara rakyat dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang menjadi penyebab ketidakpuasan tersebut. Jika tidak, aksi-aksi demonstrasi seperti ini akan terus terjadi dan dapat mengancam stabilitas sosial dan politik negara.
Penting untuk diingat bahwa aksi demonstrasi adalah hak konstitusional warga negara yang dijamin oleh undang-undang. Namun, aksi demonstrasi juga harus dilakukan dengan tertib dan damai, serta tidak melanggar hak-hak orang lain. Pemerintah dan aparat keamanan harus menghormati hak warga negara untuk menyampaikan pendapat, tetapi juga harus bertindak tegas terhadap tindakan-tindakan yang anarkis dan melanggar hukum.
Aksi demonstrasi buruh di Patung Kuda ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk keadilan dan kesejahteraan adalah perjuangan yang tidak pernah selesai. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam perjuangan ini, baik melalui tindakan-tindakan kecil maupun tindakan-tindakan besar. Mari kita bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik, di mana keadilan dan kesejahteraan menjadi hak semua warga negara.