Gelombang pengunduran diri melanda Meta Superintelligence Lab (MSL), sebuah proyek ambisius yang digagas oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg, untuk mengembangkan "personal superintelligence" bagi semua orang. Ironisnya, setelah investasi besar-besaran dan upaya perekrutan yang agresif, MSL justru ditinggalkan oleh sejumlah pakar kecerdasan buatan (AI) terkemuka, termasuk beberapa yang baru bergabung dalam hitungan minggu. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang strategi Meta dalam perlombaan AI yang semakin sengit dan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan talenta terbaik di bidang ini.
Sejak pembentukannya, setidaknya delapan pegawai kunci telah mengundurkan diri dari MSL, meliputi peneliti, insinyur, dan pemimpin produk senior. Kepergian mereka menjadi pukulan telak bagi upaya Meta untuk mengejar ketertinggalan dari para pesaingnya seperti OpenAI, Anthropic, dan Google. Beberapa dari mereka adalah veteran yang telah lama berkontribusi pada pengembangan infrastruktur AI inti Meta, sementara yang lain adalah rekrutan baru yang ditarik dari perusahaan AI lain dengan iming-iming bonus dan gaji yang menggiurkan.
Juru bicara Meta mengakui adanya pengunduran diri tersebut, menyatakan bahwa "Beberapa pengurangan itu normal untuk perusahaan sebesar ini. Kebanyakan dari pegawai (yang mengundurkan diri) sudah ada di perusahaan selama bertahun-tahun, kami berharap mereka mendapat yang terbaik." Namun, gelombang pengunduran diri ini terjadi setelah Zuckerberg menggelontorkan miliaran dolar untuk mengejar ketertinggalan Meta di bidang AI. Dana besar tersebut digunakan untuk memberikan kompensasi besar bagi pegawai yang dibajak dari OpenAI dan Google DeepMind, sebuah strategi yang tampaknya tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Salah satu contoh yang mencolok adalah Bert Maher, yang telah bekerja di Meta selama 12 tahun. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan bergabung dengan Anthropic, sebuah perusahaan AI yang sedang naik daun. Kepergian Maher, seorang veteran yang berpengalaman, menunjukkan bahwa Meta mungkin kesulitan untuk mempertahankan talenta terbaiknya di tengah persaingan yang semakin ketat.
Contoh lain adalah Tony Liu, yang telah bekerja di Meta selama delapan tahun. Ia memimpin tim yang menggarap sistem GPU PyTorch, sebuah kerangka kerja pembelajaran mesin yang penting bagi pengembangan AI. Kepergian Liu merupakan kehilangan besar bagi Meta, karena ia memiliki keahlian dan pengalaman yang mendalam dalam bidang ini.
Chaya Nayak, yang menjabat sebagai director of product management for generative AI di Meta selama hampir sembilan tahun, juga memutuskan untuk mengundurkan diri dan pindah ke OpenAI. Kepergian Nayak, seorang pemimpin produk yang berpengalaman, menunjukkan bahwa Meta mungkin menghadapi tantangan dalam mengembangkan produk AI yang inovatif dan kompetitif.
Yang lebih mengejutkan, Wired melaporkan bahwa dua pakar AI bernama Avi Verma dan Ethan Knight mengundurkan diri dari MSL kurang dari sebulan setelah bergabung. Mereka memutuskan untuk kembali ke OpenAI, tempat kerja mereka sebelumnya. Bahkan, kabarnya Verma sudah mengundurkan diri sebelum ia mulai bekerja di MSL. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang proses perekrutan Meta dan kemampuan perusahaan untuk meyakinkan talenta terbaik untuk tetap tinggal.
Rishabh Agarwal, yang pindah ke Meta dari DeepMind pada April lalu, juga memutuskan untuk mengundurkan diri setelah hanya bertahan selama lima bulan. Meskipun Agarwal sempat memuji Meta lewat postingannya di X, ia memilih untuk mencari tantangan yang lain. Kepergian Agarwal menunjukkan bahwa Meta mungkin tidak dapat memberikan lingkungan kerja yang memuaskan bagi semua pegawainya, meskipun dengan kompensasi yang besar.
Gelombang pengunduran diri ini menimbulkan pertanyaan tentang beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada masalah ini. Pertama, persaingan yang ketat di pasar AI global membuat perusahaan-perusahaan besar berlomba-lomba untuk merekrut dan mempertahankan talenta terbaik. Meta harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan seperti OpenAI, Anthropic, dan Google, yang memiliki reputasi sebagai tempat kerja yang menarik bagi para ahli AI.
Kedua, budaya kerja di Meta mungkin tidak sesuai dengan preferensi beberapa pakar AI. Beberapa laporan menunjukkan bahwa Meta mungkin terlalu fokus pada pengembangan produk yang berorientasi pada keuntungan, sementara para ahli AI mungkin lebih tertarik pada penelitian dan pengembangan teknologi baru.
Ketiga, strategi Meta dalam mengejar ketertinggalan di bidang AI mungkin tidak efektif. Dengan hanya menggelontorkan uang untuk merekrut talenta dari perusahaan lain, Meta mungkin tidak dapat membangun tim AI yang solid dan terintegrasi. Perusahaan mungkin perlu berinvestasi lebih banyak dalam penelitian dan pengembangan internal, serta menciptakan budaya kerja yang lebih menarik bagi para ahli AI.
Ke depan, Meta perlu mengatasi masalah ini jika ingin berhasil dalam perlombaan AI. Perusahaan harus mengevaluasi kembali strategi perekrutannya, meningkatkan budaya kerjanya, dan berinvestasi lebih banyak dalam penelitian dan pengembangan internal. Jika tidak, Meta mungkin akan terus kehilangan talenta terbaiknya dan semakin tertinggal dari para pesaingnya.
Selain itu, Meta juga perlu mempertimbangkan implikasi etis dari pengembangan AI. Dengan tujuan untuk mengembangkan "personal superintelligence" bagi semua orang, Meta memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Perusahaan harus berinvestasi dalam penelitian etika AI dan mengembangkan kebijakan yang melindungi privasi dan hak-hak pengguna.
Secara keseluruhan, gelombang pengunduran diri di Meta Superintelligence Lab merupakan tanda peringatan bagi perusahaan. Meta perlu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi masalah ini jika ingin berhasil dalam perlombaan AI dan mewujudkan visinya untuk mengembangkan "personal superintelligence" bagi semua orang. Kegagalan untuk melakukannya dapat mengakibatkan Meta semakin tertinggal dari para pesaingnya dan kehilangan relevansinya di dunia teknologi yang semakin kompetitif. Investasi besar-besaran dan perekrutan agresif saja tidak cukup; Meta perlu menciptakan lingkungan kerja yang menarik dan memuaskan bagi para ahli AI, serta memastikan bahwa teknologi yang dikembangkannya digunakan secara bertanggung jawab dan etis. Masa depan Meta di bidang AI bergantung pada kemampuannya untuk mengatasi tantangan ini.