Semangat optimisme kini bersemi di Desa Pelapis, sebuah wilayah yang terletak di Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Desa ini, yang berbatasan langsung dengan Kawasan Industri Pulau Penebang (KIPP), merasakan dampak positif dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang digagas oleh PT Dharma Inti Bersama (DIB), pengelola KIPP. Program ini dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pelapis, khususnya para nelayan dan ibu rumah tangga, melalui serangkaian inisiatif yang berfokus pada peningkatan teknologi penangkapan ikan, pengembangan budidaya perikanan, dan pengolahan hasil tangkapan laut yang inovatif.
Desa Pelapis, dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan, menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan hasil tangkapan. Selama bertahun-tahun, mereka mengandalkan metode penangkapan tradisional menggunakan kelong, yaitu perangkap ikan yang dilengkapi dengan lampu di atas permukaan air. Metode ini, meskipun telah menjadi bagian dari tradisi mereka, seringkali kurang efektif, terutama pada saat musim paceklik atau ketika kondisi cuaca tidak mendukung. Menyadari hal ini, DIB berinisiatif untuk menggandeng para ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk memperkenalkan teknologi penangkapan ikan yang lebih modern dan efisien.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah penggunaan lampu celup bawah air. Teknologi ini terbukti efektif menarik perhatian ikan dan meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan. Dalam uji coba yang dilakukan bersama para nelayan Desa Pelapis, penggunaan lampu celup bawah air menunjukkan hasil yang menggembirakan, dengan jumlah ikan yang tertangkap jauh lebih banyak dibandingkan dengan metode tradisional. Keberhasilan uji coba ini membangkitkan semangat baru di kalangan nelayan, yang mulai melihat potensi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga mereka.
Didin Komarudin, seorang akademisi dari IPB yang terlibat dalam program ini, menjelaskan bahwa timnya tidak hanya memperkenalkan teknologi baru, tetapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para nelayan agar mereka dapat menguasai penggunaan teknologi tersebut dengan baik. Selain lampu celup bawah air, tim IPB juga memperkenalkan alat tangkap alternatif seperti bubu lipat, yang lebih praktis untuk menangkap rajungan, serta alat tangkap krendet dan gillnet. Diversifikasi alat tangkap ini diharapkan dapat membantu nelayan Desa Pelapis untuk menangkap berbagai jenis ikan dan hasil laut lainnya, sehingga mengurangi ketergantungan pada satu jenis alat tangkap saja.
Proses pengenalan teknologi baru ini tidak selalu berjalan mulus. Didin mengakui bahwa pada awalnya, banyak nelayan yang merasa ragu dan enggan untuk mencoba hal baru. Mereka sudah terbiasa dengan metode penangkapan tradisional yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun. Namun, dengan pendekatan yang sabar dan persuasif, tim IPB berhasil meyakinkan para nelayan untuk memberikan kesempatan pada teknologi baru ini. Setelah melihat sendiri hasil positif dari uji coba, semakin banyak nelayan yang tertarik untuk mencoba dan mengadopsi teknologi tersebut.
"Awalnya penuh tantangan, karena nelayan Pelapis sudah bertahun-tahun menggunakan lampu kelong di atas permukaan air dan bubu kotak. Namun setelah tiga hari, mulai ada yang berkata ‘Kami siap, Pak’. Itu tanda nelayan Desa Pelapis terbuka pada inovasi yang kami perkenalkan. Saya optimistis teknologi ini bisa meningkatkan hasil tangkapan mereka," ujar Didin dengan penuh semangat.
Selain memperkenalkan teknologi penangkapan ikan yang inovatif, program CSR DIB juga menyasar pengembangan budidaya perikanan di Desa Pelapis. Program ini bertujuan untuk menciptakan sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang ingin mengurangi ketergantungan pada kegiatan melaut. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah memperkenalkan sistem akuaponik, yaitu metode budidaya ikan yang dikombinasikan dengan penanaman sayuran.
Sistem akuaponik ini memungkinkan masyarakat untuk menghasilkan ikan dan sayuran secara bersamaan dalam satu lingkungan yang terintegrasi. Air dari kolam ikan digunakan untuk menyiram tanaman, sementara tanaman membantu membersihkan air kolam dari limbah ikan. Sistem ini sangat efisien dan ramah lingkungan, serta dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi. DIB menyediakan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat dalam membangun dan mengelola sistem akuaponik ini.
"Ini bukan untuk mengganti tradisi melaut, tapi menambah sumber penghasilan. Jika sudah terbiasa, bisa melanjutkan ke kolam berdiameter lima meter. Jadi ada tambahan ekonomi untuk keluarga di Pelapis," jelas Didin.
Syarif Ali Al-Haddad, seorang nelayan dari Dusun Jaya, mengaku sangat tertarik dengan program pelatihan budidaya akuaponik ini. Ia melihat potensi besar dalam pengembangan akuaponik di Desa Pelapis, terutama karena sulitnya mendapatkan sayuran segar di wilayah tersebut.
"Sayur cukup sulit didapat di Pelapis karena harus dipasok dari luar. Kalau akuaponik ini bisa diterapkan, tentu sangat membantu. Saya berharap pembinaan ini terus berlanjut sampai warga paham dan bisa yakin bahwa apa yang mereka pelajari, apa yang disampaikan para dosen, bisa diterapkan sebagai penunjang ekonomi keluarga," katanya.
Tidak hanya para nelayan, ibu-ibu rumah tangga di Desa Pelapis juga menjadi sasaran program CSR DIB. Mereka mendapatkan pelatihan dalam pengolahan hasil laut menjadi berbagai produk bernilai tambah, seperti bakso ikan, nugget, kerupuk, dan roti. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan ibu-ibu dalam memanfaatkan hasil tangkapan laut yang selama ini kurang dimanfaatkan.
Para ibu rumah tangga sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Mereka belajar cara mengolah berbagai jenis ikan, termasuk ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah, menjadi produk-produk yang menarik dan lezat. Mereka berharap, dengan keterampilan baru ini, mereka dapat membuka usaha kecil-kecilan di rumah dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Yessi, seorang ibu rumah tangga dari Dusun Kelawar, mengaku sangat gembira bisa mendapatkan ilmu baru. "Biasanya kami hanya masak ikan dengan cara sederhana. Tadi kami coba buat bakso dan nugget dengan cara yang berbeda dan lumayan berhasil. Kami berharap nanti bisa produksi lebih banyak, asal ada yang membeli supaya usaha ini jalan terus," ungkapnya penuh harap.
Program pelatihan ini disambut baik oleh warga karena DIB berkomitmen untuk membantu menyerap produk olahan masyarakat. Dengan adanya jaminan pasar, ibu-ibu tidak perlu khawatir tentang penjualan produk mereka. DIB akan membeli produk-produk tersebut dan memasarkannya melalui jaringan distribusi yang dimiliki perusahaan.
External Relation Manager DIB, Seno Ario Wibowo, menegaskan bahwa program pelatihan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar. DIB menyadari bahwa keberhasilan KIPP tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Menurut Seno, selain memfasilitasi pelatihan dan memberikan bantuan peralatan untuk nelayan, DIB juga telah menambah tenaga lapangan yang setiap hari akan mendampingi warga Desa Pelapis dalam penerapan program inovasi teknologi penangkapan ikan, budidaya perikanan, dan pengolahan hasil tangkapan laut. Pendampingan ini sangat penting untuk memastikan bahwa program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan.
"Kami ingin masyarakat Desa Pelapis tumbuh bersama dengan hadirnya KIPP. Pendidikan, keterampilan, hingga peningkatan ekonomi keluarga adalah fokus kami. Harapan kami, dengan adanya program ini, masyarakat semakin sejahtera," pungkas Seno.
Program CSR yang digagas oleh DIB di Desa Pelapis merupakan contoh nyata dari komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Melalui program ini, DIB tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga memberikan pelatihan, pendampingan, dan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Dengan demikian, masyarakat dapat menjadi lebih mandiri dan sejahtera.
Keberhasilan program ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan bekerja sama, semua pihak dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan membangun masa depan yang lebih baik.
Semangat baru yang dibawa oleh DIB di Desa Pelapis diharapkan dapat terus bersemi dan menginspirasi masyarakat untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Desa Pelapis dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dalam mengembangkan potensi lokal dan mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan.