Kebiasaan menggigit kuku, atau onikofagia dalam istilah medis, seringkali dianggap sebagai perilaku sepele yang tidak berbahaya. Namun, seorang dokter dari Harvard Health Publishing, Dr. Toni Golen, memberikan peringatan keras mengenai dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan ini terhadap kesehatan. Peringatan ini bukan sekadar gertakan, melainkan didasarkan pada pemahaman mendalam tentang mikrobiologi, dermatologi, dan kesehatan umum.
Mengapa Menggigit Kuku Berbahaya?
Dr. Golen menjelaskan bahwa tangan dan kuku kita adalah magnet bagi kuman. Bayangkan saja, dalam sehari, kita menyentuh berbagai permukaan yang dipenuhi bakteri dan virus: gagang pintu, uang tunai, layar ponsel, keyboard komputer, dan masih banyak lagi. Semua benda ini berpotensi menjadi sarang kuman yang dapat berpindah ke tangan kita.
"Ujung jari kita adalah tempat berkumpulnya kuman, bahkan saat kita tidak menggigit kuku," tegas Dr. Golen. "Tetapi, kebiasaan ini membuat Anda sangat rentan terhadap kotoran dan debu yang dapat menumpuk di dasar kuku."
Menggigit kuku bukan hanya memasukkan kuman langsung ke dalam mulut, tetapi juga merusak lapisan pelindung alami kulit di sekitar kuku, yaitu kutikula. Kutikula berfungsi sebagai penghalang yang mencegah bakteri dan jamur masuk ke dalam tubuh melalui dasar kuku. Ketika kutikula rusak akibat gigitan, terciptalah celah-celah kecil yang menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme berbahaya.
Risiko Kesehatan Akibat Menggigit Kuku
Berikut adalah beberapa risiko kesehatan yang dapat timbul akibat kebiasaan menggigit kuku:
-
Infeksi Bakteri dan Virus: Seperti yang telah disebutkan, tangan dan kuku kita adalah sarang kuman. Menggigit kuku meningkatkan risiko infeksi bakteri, seperti Staphylococcus aureus, yang dapat menyebabkan infeksi kulit, bisul, atau bahkan infeksi yang lebih serius seperti selulitis. Selain itu, virus seperti virus penyebab flu biasa atau virus herpes juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kuku.
-
Infeksi Jamur: Kuku yang sering digigit dan lembap merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur. Infeksi jamur pada kuku, atau onikomikosis, dapat menyebabkan kuku menjadi tebal, berubah warna (kuning, coklat, atau putih), rapuh, dan mudah patah. Pengobatan infeksi jamur kuku biasanya membutuhkan waktu yang lama dan terkadang sulit disembuhkan.
-
Paronikia: Paronikia adalah infeksi pada kulit di sekitar kuku. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh bakteri atau jamur yang masuk melalui luka kecil akibat gigitan kuku. Gejala paronikia meliputi kemerahan, bengkak, nyeri, dan keluarnya nanah di sekitar kuku.
-
Herpes Whitlow: Herpes whitlow adalah infeksi virus herpes simplex (HSV) pada jari tangan atau kaki. Infeksi ini sering terjadi pada orang yang menggigit kuku atau memiliki kebiasaan menghisap jari. Gejala herpes whitlow meliputi munculnya lepuhan kecil yang nyeri di sekitar kuku.
-
Masalah Gigi dan Gusi: Menggigit kuku dapat menyebabkan masalah gigi, seperti gigi yang bergeser, enamel gigi yang terkikis, dan kerusakan pada akar gigi. Selain itu, kebiasaan ini juga dapat meningkatkan risiko infeksi gusi, seperti gingivitis.
-
Salmonella dan Infeksi Saluran Pencernaan Lainnya: Kuku yang kotor dapat mengandung bakteri Salmonella, yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan dengan gejala seperti diare, demam, dan kram perut.
-
Penularan Cacing Parasit: Dalam kasus yang jarang terjadi, menggigit kuku dapat menyebabkan penularan cacing parasit, seperti cacing kremi, terutama pada anak-anak.
Dampak Psikologis Menggigit Kuku
Selain risiko kesehatan fisik, menggigit kuku juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional seseorang. Kebiasaan ini seringkali dikaitkan dengan stres, kecemasan, dan kebosanan. Menggigit kuku dapat menjadi mekanisme koping yang tidak sehat untuk mengatasi emosi negatif.
Selain itu, menggigit kuku dapat menyebabkan rasa malu, bersalah, dan rendah diri, terutama jika kondisi kuku terlihat buruk akibat gigitan. Orang yang sering menggigit kuku mungkin merasa malu untuk menunjukkan tangan mereka di depan umum atau merasa tidak percaya diri dalam situasi sosial.
Cara Menghentikan Kebiasaan Menggigit Kuku
Dr. Golen mengakui bahwa menghentikan kebiasaan menggigit kuku bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan tekad dan strategi yang tepat, kebiasaan ini dapat diatasi. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda berhenti menggigit kuku:
-
Sadarilah Pemicunya: Cobalah untuk mengidentifikasi situasi atau emosi yang memicu keinginan Anda untuk menggigit kuku. Apakah Anda menggigit kuku saat merasa stres, cemas, bosan, atau sedang berpikir keras? Dengan mengetahui pemicunya, Anda dapat mengembangkan strategi untuk menghadapinya tanpa harus menggigit kuku.
-
Cari Pengganti: Alihkan perhatian Anda dari keinginan untuk menggigit kuku dengan melakukan aktivitas lain yang melibatkan tangan dan mulut. Anda bisa mencoba mengunyah permen karet tanpa gula, mengemut permen keras, minum air, meremas bola stres, menjahit, merajut, menggambar, atau bermain dengan fidget spinner.
-
Jaga Kuku Tetap Pendek dan Terawat: Kuku yang pendek dan rapi akan mengurangi godaan untuk menggigitnya. Selain itu, merawat kuku dengan baik dapat meningkatkan rasa percaya diri dan membuat Anda lebih termotivasi untuk menjaga keindahan kuku.
-
Gunakan Cat Kuku dengan Rasa Pahit: Cat kuku dengan rasa pahit dapat membantu Anda menghindari kebiasaan menggigit kuku. Rasa pahit yang tidak menyenangkan akan membuat Anda berpikir dua kali sebelum memasukkan kuku ke dalam mulut.
-
Tutupi Kuku: Jika Anda merasa sulit untuk menahan diri dari menggigit kuku, cobalah untuk menutupinya dengan plester, sarung tangan, atau stiker kuku.
-
Mintalah Dukungan: Beri tahu teman, keluarga, atau pasangan Anda tentang keinginan Anda untuk berhenti menggigit kuku. Mintalah mereka untuk mengingatkan Anda setiap kali mereka melihat Anda menggigit kuku. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat sangat membantu dalam proses penyembuhan.
-
Kelola Stres dan Kecemasan: Jika Anda menggigit kuku karena stres atau kecemasan, cobalah untuk mencari cara yang lebih sehat untuk mengelola emosi tersebut. Anda bisa mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam. Jika stres dan kecemasan Anda sangat parah, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
-
Bersabar dan Konsisten: Menghentikan kebiasaan menggigit kuku membutuhkan waktu dan kesabaran. Jangan berkecil hati jika Anda sesekali tergoda untuk menggigit kuku. Yang penting adalah Anda terus berusaha dan tidak menyerah.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika Anda sudah mencoba berbagai cara untuk berhenti menggigit kuku tetapi tidak berhasil, atau jika kebiasaan ini menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan, sebaiknya Anda mencari bantuan profesional. Dokter atau psikolog dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebab utama kebiasaan menggigit kuku dan memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Menggigit kuku mungkin tampak seperti kebiasaan kecil yang tidak berbahaya, tetapi dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental bisa sangat signifikan. Dengan memahami risiko yang terkait dengan kebiasaan ini dan mengambil langkah-langkah untuk menghentikannya, Anda dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup Anda secara keseluruhan. Ingatlah bahwa perubahan membutuhkan waktu dan usaha, tetapi dengan tekad yang kuat, Anda pasti bisa mengatasi kebiasaan menggigit kuku dan meraih kuku yang sehat dan indah.