Keterbatasan jaringan internet masih menjadi kendala signifikan di banyak kantor desa di Indonesia. Akibatnya, proses administrasi menjadi lambat, komunikasi terhambat, dan pengelolaan data melalui sistem e-government seperti Siskeudes (Sistem Keuangan Desa) menjadi tidak efisien. Kondisi ini menghambat kemajuan desa dan membatasi potensi masyarakatnya. Menyikapi tantangan ini, inisiatif pemasangan internet desa muncul sebagai solusi krusial untuk meningkatkan efisiensi administrasi, membuka akses ke layanan digital, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penggunaan internet satelit, yang mampu menjangkau kantor-kantor desa yang sulit dijangkau oleh sinyal terestrial.
Dalam konteks ini, UBIQU hadir sebagai layanan internet satelit buatan anak bangsa yang dikembangkan oleh PSN (Pasifik Satelit Nusantara) untuk menjawab kebutuhan konektivitas di desa-desa terpencil di seluruh Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 1991, PSN telah berkomitmen untuk mengembangkan teknologi komunikasi satelit yang dapat menjangkau daerah-daerah yang tidak memiliki jaringan seluler maupun kabel optik. Melalui satelit Indonesia Nusantara Satu yang berteknologi High Throughput Satellite (HTS), UBIQU menyediakan kapasitas internet yang besar dan efisien, memungkinkan akses digital menjangkau wilayah terpencil dengan kualitas yang lebih baik.
Kehadiran internet satelit UBIQU membawa berbagai manfaat bagi masyarakat desa. Pertama, administrasi desa menjadi lebih efisien karena proses pengiriman data dan informasi dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Kedua, akses ke layanan digital menjadi lebih mudah, memungkinkan masyarakat desa untuk mengakses informasi kesehatan, pendidikan, dan layanan publik lainnya secara online. Ketiga, ketersediaan informasi menjadi lebih cepat dan akurat, memungkinkan masyarakat desa untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi, internet membuka peluang baru bagi masyarakat desa untuk mengembangkan usaha, memperluas pasar, dan meningkatkan perekonomian lokal. Dengan demikian, pemasangan internet desa menjadi langkah penting untuk memutar roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Peran internet desa tidak hanya terbatas pada mendukung aktivitas sehari-hari masyarakat, tetapi juga memperkuat program-program pemerintah, salah satunya melalui Koperasi Merah Putih. Koperasi Merah Putih bukan hanya sekadar koperasi konvensional, melainkan sebuah ekosistem gotong royong yang memanfaatkan teknologi dan konektivitas digital untuk memperkuat kemandirian masyarakat. Dengan adanya akses internet, koperasi desa dapat menjalankan berbagai fungsi strategis, seperti gerai sembako online, layanan simpan pinjam digital, layanan klinik jarak jauh, sistem logistik terintegrasi, hingga marketplace digital. Semua layanan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan cara menghadirkan ekosistem ekonomi yang mandiri, inklusif, dan berbasis digital.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam mendorong percepatan digitalisasi koperasi. Salah satu fokus utama Kominfo adalah memastikan adanya interoperabilitas, yaitu kemampuan berbagai platform digital koperasi untuk saling terhubung dan bekerja sama. Interoperabilitas ini memungkinkan layanan Koperasi Merah Putih yang terintegrasi, lebih efisien, dan mudah diakses oleh masyarakat maupun antarkoperasi. Dengan demikian, Koperasi Merah Putih dapat menjadi motor penggerak ekonomi desa yang modern dan berkelanjutan.
Untuk memperkuat layanan internet di seluruh Indonesia, PSN bersiap untuk meluncurkan Satelit Nusantara Lima (SNL) pada September 2025. Satelit ini menggunakan platform 702MP dengan kapasitas terbesar di Asia Tenggara, yaitu lebih dari 160 Gbps, yang akan memperkuat kapasitas satelit nasional sehingga tidak bergantung pada satelit asing. Dengan kapasitas yang besar ini, Satelit Nusantara Lima dapat memperkuat konektivitas dan menjangkau lebih dari 17.000 pulau di Indonesia, Malaysia, hingga Filipina.
Satelit Nusantara Lima juga dilengkapi dengan teknologi pemrosesan payload yang mampu mengalokasikan bandwidth secara dinamis ke lokasi yang paling membutuhkan, termasuk ke desa-desa pelosok di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) serta wilayah yang terdampak bencana. Teknologi ini memastikan bahwa sumber daya internet dapat dialokasikan secara efisien dan efektif, sehingga masyarakat di daerah-daerah yang paling membutuhkan dapat memperoleh akses internet yang memadai. Selain itu, Satelit Nusantara Lima menggunakan panel surya buatan Spectrolab, anak perusahaan Boeing, yang mampu menghasilkan daya hingga 15 kW untuk mendukung operasional penuh selama misi 15 tahun. Hal ini menjamin keberlanjutan layanan internet satelit untuk jangka waktu yang panjang.
Setelah proses peluncuran dan uji coba di orbit, Satelit Nusantara Lima ditargetkan mulai beroperasi secara komersial dari orbit geostasioner sekitar 35 ribu kilometer di atas bumi pada tahun 2026. Dengan demikian, Satelit Nusantara Lima diharapkan dapat menghadirkan akses internet yang lebih baik hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Kehadiran internet yang handal dan terjangkau akan menjadi katalisator bagi pembangunan desa, memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam ekonomi digital.
Hadirnya internet di desa-desa merupakan langkah nyata untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, khususnya dalam pemerataan infrastruktur digital. Dengan dukungan internet satelit, program ini dapat berjalan lebih efektif, memungkinkan desa-desa mengakses layanan digital, berbagi informasi, dan memperluas peluang ekonomi secara lebih merata. Hal ini bertujuan agar manfaat pembangunan dapat dirasakan hingga ke pelosok negeri, sekaligus mengembangkan perekonomian lokal, salah satunya melalui digitalisasi Koperasi Merah Putih.
Digitalisasi Koperasi Merah Putih diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional koperasi, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan pendapatan anggota. Dengan menggunakan platform digital, koperasi dapat menawarkan produk dan layanan mereka secara online, menjangkau pelanggan yang lebih luas, dan bersaing dengan bisnis lain di pasar yang semakin kompetitif. Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan koperasi untuk mengelola data dan informasi dengan lebih baik, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan.
Namun, digitalisasi Koperasi Merah Putih juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya literasi digital di kalangan anggota koperasi. Banyak anggota koperasi yang belum terbiasa dengan teknologi digital, sehingga membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk dapat menggunakan platform digital dengan efektif. Tantangan lainnya adalah kurangnya infrastruktur pendukung, seperti jaringan internet yang stabil dan perangkat keras yang memadai. Pemerintah dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini agar digitalisasi Koperasi Merah Putih dapat berjalan dengan sukses.
Selain digitalisasi Koperasi Merah Putih, pemerintah juga perlu mendorong pengembangan ekosistem digital desa yang lebih luas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangun infrastruktur digital, menyediakan pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat desa, serta mempromosikan penggunaan teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan adanya ekosistem digital desa yang kuat, masyarakat desa dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional.
Dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045, pemerataan infrastruktur digital dan digitalisasi ekonomi desa menjadi prioritas utama. Pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mewujudkan visi ini. Dengan adanya akses internet yang handal dan terjangkau, serta ekosistem digital desa yang kuat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi ekonomi digital untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pembangunan nasional. UBIQU dan Satelit Nusantara Lima adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan digital dan mendorong pembangunan ekonomi di daerah-daerah terpencil. Inisiatif-inisiatif seperti ini perlu didukung dan diperluas agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.