Drama Fuad Sule: Persis Pasti Dirugikan, Madura United Dapat Poin?

  • Maskobus
  • Aug 18, 2025

Belum genap dua pekan kompetisi BRI Super League musim 2025/2026 berlangsung, kabar menggemparkan harus diterima publik sepak bola Indonesia. Kabar itu datang dari salah satu klub kontestan BRI Super League, Persis Solo, yang melibatkan salah satu pemainnya, yakni Fuad Sule. Ada surat notifikasi yang datang dari FIFA kepada PSSI mengenai status sanksi yang seharusnya tengah dijalani oleh sang pemain. Akar masalah sanksi Fuad Sule berasal dari insiden perkelahian yang terjadi pada pertandingan terakhirnya bersama Glentoran FC melawan Larne FC di Irlandia pada April 2025. Dalam pertandingan yang berakhir imbang tanpa gol tersebut, terjadi keributan pasca-laga yang melibatkan pemain dari kedua tim. Akibat perannya dalam insiden tersebut, Fuad Sule dijatuhi larangan bermain sebanyak sembilan pertandingan oleh Federasi Sepak Bola Irlandia, dan sanksi ini kemudian diakui serta diberlakukan oleh FIFA. Hal ini secara otomatis membuat penampilannya di lapangan, khususnya saat melawan Madura United pada pekan pertama BRI Super League, menjadi ilegal dan melanggar regulasi yang ditetapkan federasi sepak bola dunia tersebut.

Sanksi ini jelas akan menjadi pukulan telak bagi Persis Solo yang sedang berjuang keras untuk meraih prestasi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Kehadiran Fuad Sule yang tampil penuh dan bahkan berkontribusi dalam kemenangan 2-1 Persis Solo atas Madura United pada pekan pertama, kini menjadi bumerang. Tak kalah penting untuk disoroti adalah kerugian yang dialami oleh Madura United. Sebagai lawan Persis Solo saat itu, Madura United tentu layak merasa dirugikan dengan adanya kasus ini. Pertandingan yang seharusnya berakhir dengan hasil yang sah, kini tercoreng keberadaan pemain ilegal di kubu lawan. Namun, jika hasil pertandingan yang melibatkan Fuad Sule dianulir atau dihitung ulang, maka Madura United berpotensi mendapatkan keuntungan. Misal, jika pertandingan awal berakhir dengan kekalahan 1-2 bagi Madura United, bisa saja mereka mendapat kemenangan 3-0 karena pelanggaran regulasi tersebut.

Dalam regulasi BRI Super League, pada Bab III soal pemain dan ofisal, pasal 10 ayat 4 tertulis bahwa klub dan pemain yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap penggunaan pemain tidak sah akan dijatuhi sanksi sebagaimana diatur dalam Kode Disiplin PSSI. Pasal 56 ayat 2 Kode Disiplin PSSI mengatur sanksi terhadap tim yang memainkan pemain dengan status tidak sah. Sanksi tersebut berupa kekalahan dengan pemotongan poin (forfeit) dan denda minimal Rp 90.000.000. Kasus Fuad Sule menjadi contoh bagaimana pemain yang tidak memenuhi persyaratan, dalam hal ini sanksi dari klub sebelumnya, dapat mengakibatkan timnya mendapatkan sanksi. Untuk Persis Solo, ini momen untuk berbenah dan memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Manajemen harus lebih teliti dalam proses due diligence terhadap pemain yang akan didatangkan. Sedangkan bagi Madura United, mereka berhak menuntut keadilan dan berharap FIFA dan PSSI dapat mengambil keputusan yang seadil-adilnya demi menjaga sportivitas dan profesionalisme dalam dunia sepak bola Indonesia.

Dalam kasus Fuad Sule yang bermain untuk Persis Solo melawan Madura United padahal ia sedang disanksi, ada beberapa pihak yang memiliki tanggung jawab. Pertama, Persis Solo (Klub). Klub memiliki tanggung jawab penuh untuk memastikan legalitas dan status kelayakan setiap pemain yang mereka rekrut dan turunkan dalam pertandingan. Ini termasuk melakukan due diligence atau pemeriksaan menyeluruh terhadap riwayat pemain, termasuk potensi sanksi dari federasi sebelumnya atau FIFA. Peter de Roo, pelatih Persis Solo, menyatakan bahwa klub menerima surat dari FIFA pada pekan yang sama dengan laga di mana Fuad Sule bermasalah dengan sanksi dari Irlandia. Meskipun de Roo menyebut "investigasi yang kita tidak sadari soal itu," fakta bahwa klub telah menerima pemberitahuan dari FIFA menunjukkan adanya kelalaian dalam proses verifikasi awal sebelum pemain diturunkan. Meskipun Persis Solo telah berkoordinasi dengan PSSI setelah menerima surat FIFA, mereka tetap bertanggung jawab atas keputusan untuk memainkan Fuad Sule di pekan pertama. Kedua, Fuad Sule (Pemain). Fuad Sule memiliki tanggung jawab untuk mengungkapkan sepenuhnya statusnya, termasuk sanksi yang sedang ia jalani, kepada klub barunya, dalam hal ini Persis Solo, sebelum menandatangani kontrak atau bermain. Kegagalan untuk mengungkapkan informasi penting ini bisa menjadi pelanggaran kontrak atau etika profesional. Ketiga, PSSI (Federasi). PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia memiliki peran dalam mengawasi pendaftaran dan kelayakan pemain di liga domestik. PSSI menerima surat dari FIFA terkait status Fuad Sule dan meneruskannya ke Persis Solo. Meskipun PSSI meneruskan informasi dari FIFA, pertanyaan mungkin muncul tentang seberapa cepat dan efektif sistem PSSI dalam memverifikasi status pemain yang masuk ke liga, terutama pemain asing, untuk mencegah insiden seperti ini terjadi sejak awal.

Drama Fuad Sule: Persis Pasti Dirugikan, Madura United Dapat Poin?

Kesimpulannya adalah meskipun Fuad Sule memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengungkapkan statusnya, tanggung jawab terbesar berada pada Persis Solo sebagai klub. Klub memiliki kewajiban hukum dan regulasi untuk memastikan bahwa semua pemain yang mereka turunkan dalam pertandingan adalah sah dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh FIFA dan federasi nasional, dalam hal ini PSSI. Kegagalan Persis Solo dalam hal ini yang menyebabkan kerugian bagi Madura United dan kemungkinan sanksi bagi klub itu sendiri. PSSI juga memiliki peran dalam sistem pengawasan yang harus berjalan efektif.

Kasus Fuad Sule ini menjadi preseden buruk di awal musim BRI Super League. Selain menyoroti kelalaian administratif, insiden ini juga menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang transparan dan akurat antara pemain, klub, dan federasi. Lebih dari sekadar potensi perubahan hasil pertandingan, dampak jangka panjang dari kasus ini bisa merusak kepercayaan publik terhadap integritas kompetisi.

Untuk Persis Solo, sanksi yang mungkin diterima bukan hanya sekadar denda dan kehilangan poin. Reputasi klub sebagai organisasi profesional juga dipertaruhkan. Kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk memperbaiki sistem rekrutmen dan verifikasi pemain. Langkah-langkah konkret harus diambil untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan. Ini termasuk memperketat proses due diligence, meningkatkan koordinasi dengan PSSI, dan memastikan bahwa semua pemain memahami dan mematuhi regulasi yang berlaku.

Bagi Madura United, meskipun berpotensi mendapatkan poin tambahan, kemenangan di luar lapangan bukanlah cara yang ideal untuk meraih kesuksesan. Fokus tim harus tetap pada peningkatan performa di lapangan dan meraih kemenangan dengan cara yang sportif. Kasus Fuad Sule ini bisa menjadi motivasi tambahan bagi Madura United untuk membuktikan diri sebagai tim yang kompetitif dan berintegritas.

Sementara itu, PSSI perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan verifikasi pemain. Kecepatan dan efektivitas sistem harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa semua pemain yang berlaga di BRI Super League memenuhi persyaratan yang ditetapkan. PSSI juga perlu memperkuat komunikasi dengan FIFA dan federasi sepak bola negara lain untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini tentang status pemain asing. Selain itu, sosialisasi regulasi kepada klub dan pemain juga perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya pelanggaran di masa depan.

Lebih jauh lagi, kasus Fuad Sule ini bisa menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan sepak bola Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme dan tata kelola. Transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap regulasi adalah kunci untuk membangun liga yang kompetitif dan berintegritas. Investasi dalam sumber daya manusia, teknologi, dan infrastruktur juga penting untuk mendukung perkembangan sepak bola Indonesia secara berkelanjutan.

Selain aspek hukum dan regulasi, kasus Fuad Sule juga memiliki dimensi etika. Pemain, klub, dan federasi memiliki tanggung jawab moral untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, kejujuran, dan fair play. Sepak bola bukan hanya sekadar bisnis atau hiburan, tetapi juga merupakan cerminan dari nilai-nilai masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak harus berkomitmen untuk menjaga integritas dan reputasi sepak bola Indonesia.

Dampak dari kasus ini juga dirasakan oleh para suporter. Mereka merasa kecewa dan marah atas kelalaian yang terjadi. Suporter adalah jantung dari sepak bola, dan mereka berhak mendapatkan kompetisi yang adil dan transparan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mendengarkan aspirasi suporter dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan kepercayaan mereka.

Ke depan, BRI Super League perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah terjadinya kasus serupa. Ini termasuk membentuk tim khusus yang bertugas untuk memverifikasi status pemain, mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi, dan menyelenggarakan pelatihan regulasi untuk klub dan pemain. Selain itu, liga juga perlu memperkuat kerjasama dengan FIFA dan federasi sepak bola negara lain untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini.

Kasus Fuad Sule ini merupakan ujian bagi BRI Super League dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Bagaimana kasus ini ditangani akan menentukan arah perkembangan sepak bola Indonesia di masa depan. Jika semua pihak berkomitmen untuk belajar dari kesalahan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, maka sepak bola Indonesia dapat bangkit dan menjadi lebih baik.

Namun, jika kasus ini diabaikan atau ditangani dengan tidak serius, maka kepercayaan publik akan semakin menurun dan masa depan sepak bola Indonesia akan semakin suram. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bertindak sekarang dan memastikan bahwa kasus Fuad Sule ini menjadi titik balik bagi sepak bola Indonesia.

Pada akhirnya, sepak bola adalah tentang semangat kompetisi, persahabatan, dan kebanggaan. Mari kita bersama-sama membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik, yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, kejujuran, dan fair play. Kasus Fuad Sule ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa profesionalisme dan integritas adalah kunci untuk meraih kesuksesan di dunia sepak bola. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga dan tidak terulang kembali di masa depan. Sepak bola Indonesia berhak mendapatkan yang terbaik, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk mewujudkannya.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :