Efek Domino Kasus Bunuh Diri, 35 Orang Bisa Ikut ‘Kena Mental’

  • Maskobus
  • Sep 11, 2025

Maraknya pemberitaan mengenai kasus bunuh diri dalam beberapa waktu terakhir, tanpa disadari, berpotensi memicu efek domino yang meresahkan apabila tidak disikapi dengan arif dan bijaksana. Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Imran Pambudi, mengungkapkan bahwa dampak paling awal dari fenomena ini umumnya dirasakan oleh keluarga korban yang ditinggalkan. Eksposur pemberitaan yang berlebihan dan terlalu detail justru dapat memperluas jangkauan dampak negatif tersebut secara signifikan.

"Satu kasus bunuh diri dapat berdampak pada sekitar 35 orang, termasuk keluarga, penolong yang mengalami stres, saksi kejadian, atau teman-teman korban. Tidak sedikit dari mereka yang dihantui perasaan bersalah," papar Imran dalam sebuah webinar yang diselenggarakan di Jakarta Selatan pada hari Rabu, 10 September 2025.

Imran menambahkan, perasaan bersalah dan trauma yang dialami oleh orang-orang terdekat korban tersebut berpotensi meningkatkan risiko gangguan mental yang memerlukan konseling profesional. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya upaya untuk meminimalisir dampak pemberitaan agar tidak memicu keinginan bunuh diri pada orang lain yang mungkin sedang mengalami masalah serupa.

Keinginan untuk mengakhiri hidup, menurut Imran, seringkali berakar dari gangguan psikologis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan depresi menjadi salah satu pemicu utama. Namun, kondisi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mengenali gejala-gejala awal, terutama jika ada teman dekat atau anggota keluarga yang menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok.

Beberapa contoh perubahan perilaku yang perlu diwaspadai antara lain, mulai menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan minat pada hobi yang sebelumnya digemari, menunjukkan tanda-tanda keputusasaan, mengalami gangguan tidur, hingga masalah pola makan yang ekstrem.

Efek Domino Kasus Bunuh Diri, 35 Orang Bisa Ikut 'Kena Mental'

"Ketika melihat dan merasakan tanda-tanda tersebut, segera cari pertolongan profesional," saran Imran.

Salah satu layanan yang dapat diakses secara gratis adalah melalui laman healing119.id. Setelah melakukan konsultasi, pengguna akan diarahkan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut dari psikolog atau psikiater yang kompeten.

Imran juga memberikan contoh konkret mengenai bagaimana efek domino dari pemberitaan bunuh diri dapat memicu tindakan serupa di wilayah lain. Ia mencontohkan kejadian di tahun 2018, di mana kasus bunuh diri di Palembang diikuti oleh kasus serupa di Medan dalam waktu dua atau tiga hari kemudian.

Oleh karena itu, Imran menekankan pentingnya menyoroti kisah-kisah para penyintas, orang-orang yang berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidup mereka tanpa menyerah dan memilih jalan pintas bunuh diri. Kisah-kisah inspiratif ini dapat memberikan harapan dan motivasi bagi orang lain yang sedang berjuang dengan masalah mereka.

Imran mengimbau agar fokus utama dialihkan pada upaya pemulihan masalah kejiwaan, alih-alih terus berkutat dengan detail kasus bunuh diri yang justru berpotensi menjadi pemicu keinginan untuk mengakhiri hidup di wilayah lain.

Memperdalam Pemahaman tentang Efek Domino Bunuh Diri

Fenomena efek domino dalam kasus bunuh diri, yang juga dikenal sebagai suicide contagion, merupakan isu serius yang membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk media, keluarga, dan masyarakat secara umum. Efek ini mengacu pada peningkatan risiko bunuh diri pada individu yang terpapar pada kasus bunuh diri orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemberitaan media atau interaksi sosial.

Penyebab efek domino ini kompleks dan melibatkan berbagai faktor psikologis dan sosial. Beberapa faktor yang berkontribusi antara lain:

  • Identifikasi: Individu yang rentan mungkin mengidentifikasi diri dengan korban bunuh diri, terutama jika mereka memiliki kesamaan dalam usia, jenis kelamin, latar belakang, atau masalah yang dihadapi. Identifikasi ini dapat memicu perasaan putus asa dan keinginan untuk mengakhiri hidup.
  • Normalisasi: Pemberitaan yang berlebihan dan sensasional mengenai bunuh diri dapat menciptakan kesan bahwa bunuh diri adalah solusi yang dapat diterima untuk mengatasi masalah. Hal ini dapat mengurangi hambatan psikologis untuk melakukan bunuh diri pada individu yang rentan.
  • Sugesti: Detail tentang metode bunuh diri yang dipublikasikan di media dapat memberikan ide atau sugesti kepada individu yang sedang mempertimbangkan bunuh diri. Hal ini terutama berbahaya bagi remaja dan dewasa muda yang cenderung meniru perilaku orang lain.
  • Trauma: Paparan pada kasus bunuh diri, terutama jika melibatkan orang yang dikenal, dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam. Trauma ini dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya yang dapat memicu keinginan bunuh diri.
  • Kurangnya Dukungan Sosial: Individu yang merasa terisolasi, tidak memiliki dukungan sosial yang memadai, atau mengalami kesulitan dalam mencari bantuan profesional lebih rentan terhadap efek domino bunuh diri.

Peran Media dalam Mencegah Efek Domino

Media memiliki peran krusial dalam mencegah efek domino bunuh diri. Berikut adalah beberapa pedoman yang dapat diikuti oleh media dalam meliput kasus bunuh diri:

  • Hindari Sensasionalisme: Hindari penggunaan bahasa yang sensasional, dramatis, atau romantis dalam melaporkan kasus bunuh diri. Fokuslah pada fakta dan hindari spekulasi mengenai motif atau penyebab bunuh diri.
  • Batasi Detail: Hindari memberikan detail yang berlebihan tentang metode bunuh diri yang digunakan. Hal ini dapat memicu imitasi pada individu yang rentan.
  • Fokus pada Pencegahan: Soroti upaya-upaya pencegahan bunuh diri yang tersedia, seperti layanan konseling, hotline krisis, dan program dukungan mental. Berikan informasi yang jelas dan mudah diakses mengenai cara mendapatkan bantuan.
  • Wawancarai Ahli: Libatkan ahli kesehatan mental dalam pemberitaan untuk memberikan perspektif yang seimbang dan akurat mengenai bunuh diri. Hindari mewawancarai orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi yang memadai.
  • Gunakan Bahasa yang Sensitif: Gunakan bahasa yang hormat dan sensitif terhadap keluarga dan teman-teman korban. Hindari menggunakan istilah yang stigmatisasi, seperti "berhasil bunuh diri" atau "melakukan bunuh diri."
  • Promosikan Harapan: Sertakan kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang telah mengatasi masalah kejiwaan dan berhasil mencegah bunuh diri. Hal ini dapat memberikan harapan dan motivasi bagi orang lain yang sedang berjuang.

Upaya Pencegahan Bunuh Diri yang Komprehensif

Pencegahan bunuh diri membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai sektor masyarakat. Beberapa upaya pencegahan yang efektif antara lain:

  • Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah kesehatan mental dan bunuh diri, serta mengurangi stigma yang terkait dengan masalah ini.
  • Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan, guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya mengenai cara mengenali tanda-tanda peringatan bunuh diri dan memberikan pertolongan pertama.
  • Akses Layanan: Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas, termasuk konseling, terapi, dan pengobatan.
  • Dukungan Sosial: Memperkuat dukungan sosial bagi individu yang rentan, seperti melalui program mentoring, kelompok dukungan, dan kegiatan komunitas.
  • Kebijakan Publik: Mengembangkan kebijakan publik yang mendukung pencegahan bunuh diri, seperti pembatasan akses terhadap sarana bunuh diri, promosi kesehatan mental di sekolah dan tempat kerja, serta peningkatan pengawasan terhadap konten online yang berbahaya.

Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan menyediakan akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai, kita dapat membantu mencegah bunuh diri dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan suportif. Ingatlah, setiap orang memiliki peran dalam mencegah tragedi ini. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang berjuang dengan masalah kejiwaan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ada harapan, dan Anda tidak sendirian.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :