Dali Tahir, mantan anggota Komite Etik FIFA, berpendapat bahwa protes Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait penunjukan wasit asal Kuwait dalam pertandingan penting menjadi sia-sia belaka. Alasannya sederhana: Indonesia tidak memiliki perwakilan di Komite Eksekutif (Exco) Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Ketidakberadaan suara Indonesia di level pengambilan keputusan tertinggi AFC ini membuat segala bentuk protes, meskipun beralasan kuat, sulit untuk membuahkan hasil yang signifikan.
Menurut Dali, inti dari permasalahan ini terletak pada proses pengambilan keputusan di AFC. Semua kebijakan, termasuk penunjukan wasit, merupakan hasil dari rapat Exco AFC. Negara-negara anggota, termasuk Indonesia, memiliki pengaruh yang terbatas setelah keputusan telah disahkan. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, protes setelahnya menjadi kurang efektif.
"Jadi seharusnya kita mengusulkan dari awal, sebelum ada keputusan, supaya misalnya apa, mengupayakan perangkat pertandingan dari kubu netral," jelas Dali. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. Indonesia seharusnya berupaya untuk memengaruhi kebijakan AFC sejak tahap awal, bukan hanya bereaksi setelah keputusan diambil. Mengusulkan perangkat pertandingan dari negara netral adalah contoh konkret dari langkah preventif yang bisa diambil jika Indonesia memiliki suara di Exco AFC.
Dali Tahir menekankan bahwa dengan kondisi Indonesia yang tidak memiliki wakil di pengurus AFC, upaya protes ini dianggap kurang efektif dan sulit mendapat perubahan. Ketidakberadaan perwakilan di Exco AFC sama dengan tidak memiliki "kartu truf" dalam negosiasi atau lobi-lobi penting. Protes, meskipun didasarkan pada bukti dan argumentasi yang kuat, akan sulit didengar dan dipertimbangkan secara serius jika tidak ada yang memperjuangkannya dari dalam.
"Kalau sudah begini ya susah. FIFA juga tidak bisa melakukan banyak kalau AFC sudah ketuk palu," lanjut Dali. Pernyataan ini memperjelas batasan wewenang FIFA dalam konteks ini. Meskipun FIFA adalah badan sepak bola tertinggi di dunia, intervensinya dalam urusan internal konfederasi regional seperti AFC terbatas. Keputusan yang telah disahkan oleh AFC, terutama yang menyangkut operasional dan administrasi pertandingan di tingkat Asia, sulit untuk dibatalkan atau diubah oleh FIFA. Ini semakin menegaskan pentingnya kehadiran Indonesia di struktur organisasi AFC.
Dali menutup penjelasannya dengan penekanan yang kuat: "Oleh karena itu, berulang kali saya tekankan, Indonesia harus punya anggota di struktur organisasi AFC, supaya bisa mencegah hal-hal seperti ini." Pernyataan ini adalah seruan tegas kepada PSSI dan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia untuk memprioritaskan upaya menempatkan wakil Indonesia di posisi strategis dalam kepengurusan AFC. Kehadiran perwakilan Indonesia di AFC bukan hanya soal prestise, tetapi juga soal kepentingan nasional dan perlindungan terhadap hak-hak sepak bola Indonesia.
Analisis lebih mendalam terhadap pernyataan Dali Tahir mengungkapkan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh PSSI dan pemerintah Indonesia. Pertama, pentingnya diplomasi sepak bola. Keberhasilan dalam sepak bola tidak hanya ditentukan oleh performa di lapangan, tetapi juga oleh kemampuan untuk membangun hubungan baik dengan negara-negara lain dan memengaruhi kebijakan di tingkat internasional. PSSI perlu meningkatkan upaya diplomasi dengan negara-negara anggota AFC untuk membangun dukungan dan membuka jalan bagi perwakilan Indonesia untuk duduk di Exco AFC.
Kedua, perlunya strategi jangka panjang. Upaya menempatkan wakil Indonesia di AFC bukanlah proses yang instan. Dibutuhkan strategi jangka panjang yang terencana dengan baik, termasuk identifikasi kandidat yang kompeten dan memiliki kredibilitas di mata komunitas sepak bola Asia, serta lobi-lobi yang intensif dan berkelanjutan. PSSI perlu menyusun roadmap yang jelas dan terukur untuk mencapai tujuan ini.
Ketiga, pentingnya dukungan pemerintah. Upaya PSSI untuk memperkuat posisinya di AFC akan lebih efektif jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia. Pemerintah dapat memberikan dukungan diplomatik, finansial, dan sumber daya lainnya untuk membantu PSSI mencapai tujuannya. Dukungan pemerintah juga akan memberikan legitimasi dan kredibilitas yang lebih besar bagi perwakilan Indonesia di mata komunitas sepak bola internasional.
Keempat, fokus pada pengembangan sepak bola yang berkelanjutan. Keberhasilan dalam menempatkan wakil Indonesia di AFC juga akan bergantung pada reputasi dan kredibilitas sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, PSSI perlu terus berupaya meningkatkan kualitas sepak bola di semua tingkatan, mulai dari pembinaan usia dini hingga kompetisi profesional. Investasi dalam infrastruktur, pelatihan pelatih, dan pengembangan pemain muda akan membantu meningkatkan daya saing sepak bola Indonesia dan meningkatkan citra positif di mata dunia.
Kelima, membangun aliansi strategis. PSSI dapat memperkuat posisinya di AFC dengan membangun aliansi strategis dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan yang sama. Aliansi ini dapat digunakan untuk memperjuangkan kepentingan bersama dan memengaruhi kebijakan AFC. Membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, misalnya, dapat membantu PSSI mendapatkan dukungan yang lebih besar dalam pemilihan anggota Exco AFC.
Keenam, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. PSSI perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sepak bola Indonesia. Ini akan membantu membangun kepercayaan publik dan meningkatkan kredibilitas PSSI di mata komunitas sepak bola internasional. Transparansi dalam pengelolaan keuangan, penunjukan wasit, dan pengambilan keputusan akan membantu mencegah praktik-praktik korupsi dan manipulasi yang dapat merusak citra sepak bola Indonesia.
Ketujuh, memanfaatkan kekuatan media. PSSI dapat memanfaatkan kekuatan media untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya kehadiran Indonesia di AFC. Kampanye media yang efektif dapat membantu membangun dukungan publik dan meningkatkan tekanan pada AFC untuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi Indonesia. Media juga dapat digunakan untuk mempromosikan prestasi sepak bola Indonesia dan meningkatkan citra positif di mata dunia.
Kedelapan, belajar dari pengalaman negara lain. PSSI dapat belajar dari pengalaman negara lain yang telah berhasil menempatkan wakil mereka di posisi strategis dalam organisasi sepak bola internasional. Studi banding ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia dapat memberikan wawasan berharga tentang strategi dan taktik yang efektif.
Kesembilan, mempersiapkan kandidat yang berkualitas. PSSI perlu mempersiapkan kandidat yang berkualitas untuk bersaing dalam pemilihan anggota Exco AFC. Kandidat tersebut harus memiliki pengalaman yang luas di bidang sepak bola, kemampuan kepemimpinan yang kuat, dan jaringan yang luas di komunitas sepak bola internasional. Kandidat juga harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana meningkatkan sepak bola di Asia dan bagaimana memperjuangkan kepentingan Indonesia di AFC.
Kesepuluh, tidak mudah menyerah. Upaya menempatkan wakil Indonesia di AFC akan menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Namun, PSSI tidak boleh mudah menyerah. Dengan kerja keras, dedikasi, dan strategi yang tepat, Indonesia dapat mencapai tujuannya dan memperkuat posisinya di dunia sepak bola internasional. Ketekunan dan kegigihan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.
Dengan memahami dan menerapkan poin-poin ini, PSSI dapat meningkatkan peluangnya untuk menempatkan wakil Indonesia di Exco AFC dan memastikan bahwa suara Indonesia didengar dan diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang penting bagi masa depan sepak bola Asia. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Protes terhadap keputusan kontroversial seperti penunjukan wasit akan memiliki bobot yang jauh lebih besar jika Indonesia memiliki perwakilan yang kuat di meja perundingan. Singkatnya, kehadiran di Exco AFC bukan hanya soal prestise, tetapi juga soal perlindungan kepentingan sepak bola Indonesia.