Foto: Tradisi Maulid Nabi di Banda Aceh, Warga Gotong Royong Siapkan Kari

  • Maskobus
  • Sep 06, 2025

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Banda Aceh selalu diwarnai dengan semangat gotong royong dan kebersamaan. Salah satu wujudnya adalah tradisi menyiapkan hidangan kari istimewa yang dikenal dengan sebutan "kuah beulangong". Di Krueng Barona Jaya, pinggiran Banda Aceh, puluhan pria bahu membahu menyiapkan hidangan lezat ini untuk dinikmati seluruh warga dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada 6 September 2025 menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan menghidupkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Semangat Gotong Royong dalam Tradisi Kuah Beulangong

Tradisi memasak kuah beulangong dalam perayaan Maulid Nabi di Banda Aceh bukan sekadar kegiatan memasak biasa. Lebih dari itu, tradisi ini merupakan manifestasi dari semangat gotong royong yang telah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Aceh. Sejak pagi hari, suasana di Krueng Barona Jaya sudah ramai dengan aktivitas persiapan. Para pria berkumpul di halaman musala desa, tempat kuali-kuali besar telah disiapkan. Mereka dengan sigap memotong daging sapi, kambing, dan ayam, bahan-bahan utama untuk kuah beulangong. Sementara itu, para ibu-ibu dengan cekatan menyiapkan bumbu-bumbu rempah yang akan memberikan cita rasa khas pada hidangan tersebut.

Proses memasak kuah beulangong melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Tua, muda, laki-laki, perempuan, semua turut berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ada yang bertugas mengaduk kuah di dalam kuali besar, ada yang menambahkan bumbu, ada pula yang menyiapkan kayu bakar untuk menjaga api tetap menyala. Suasana kerja sama dan kebersamaan terasa begitu kental, menciptakan harmoni yang indah di tengah kesibukan.

Foto: Tradisi Maulid Nabi di Banda Aceh, Warga Gotong Royong Siapkan Kari

Kuah Beulangong: Simbol Kelezatan dan Kebersamaan

Kuah beulangong bukan hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Hidangan ini melambangkan kebersamaan, persatuan, dan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Bahan-bahan yang digunakan dalam kuah beulangong, seperti daging, rempah-rempah, dan santan, merupakan hasil bumi yang melimpah di Aceh. Dengan mengolah bahan-bahan ini menjadi hidangan yang istimewa, masyarakat Aceh ingin menunjukkan rasa syukur mereka atas karunia Allah SWT.

Proses memasak kuah beulangong juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Sambil bekerja bersama, mereka saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, dan mempererat hubungan persaudaraan. Tradisi ini menjadi momentum yang tepat untuk melupakan perbedaan dan menyatukan hati dalam semangat kebersamaan.

Menikmati Kuah Beulangong Bersama

Setelah proses memasak selesai, kuah beulangong disajikan untuk dinikmati seluruh warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Hidangan ini biasanya disajikan setelah acara ceramah dan doa bersama yang diadakan di musala desa. Semua orang berkumpul, duduk bersila, dan menikmati hidangan lezat ini bersama-sama.

Suasana kebahagiaan dan kebersamaan terpancar dari wajah setiap orang. Mereka menikmati setiap suapan kuah beulangong dengan penuh rasa syukur. Hidangan ini bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghangatkan hati dan mempererat tali persaudaraan.

Melestarikan Tradisi Kuah Beulangong

Tradisi memasak kuah beulangong dalam perayaan Maulid Nabi di Banda Aceh merupakan warisan budaya yang berharga. Tradisi ini perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda agar semangat gotong royong dan kebersamaan tetap hidup dalam masyarakat Aceh.

Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi ini. Mereka dapat memberikan dukungan moral dan materiil kepada masyarakat yang ingin melaksanakan tradisi kuah beulangong. Selain itu, mereka juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan tradisi ini kepada generasi muda.

Melalui upaya pelestarian yang berkelanjutan, tradisi kuah beulangong akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Maulid Nabi di Banda Aceh. Tradisi ini akan terus menjadi simbol kebersamaan, persatuan, dan rasa syukur masyarakat Aceh atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Maulid Nabi: Momentum Refleksi dan Peningkatan Diri

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekadar perayaan seremonial. Lebih dari itu, Maulid Nabi merupakan momentum yang tepat untuk melakukan refleksi diri dan meningkatkan kualitas diri sebagai umat Muslim.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan rahmat besar bagi seluruh umat manusia. Beliau diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia dan membawa risalah Islam yang penuh dengan kedamaian, kasih sayang, dan keadilan.

Dengan memperingati Maulid Nabi, kita diingatkan kembali akan ajaran-ajaran luhur yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kita diingatkan untuk selalu meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam beribadah, bermuamalah, maupun berinteraksi dengan sesama manusia.

Maulid Nabi juga menjadi momentum untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Kecintaan ini dapat diwujudkan dengan memperbanyak membaca shalawat, mempelajari sirah nabawiyah, dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau.

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu cara terbaik untuk memperingati Maulid Nabi adalah dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Beliau adalah sosok yang jujur, amanah, adil, sabar, pemaaf, dan penyayang.

Dalam beribadah, kita dapat meneladani Rasulullah SAW dengan melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. Kita juga dapat memperbanyak membaca Al-Quran, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

Dalam bermuamalah, kita dapat meneladani Rasulullah SAW dengan berdagang secara jujur dan adil, tidak menipu, tidak curang, dan tidak mengambil hak orang lain. Kita juga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan, memberikan sedekah, dan menyantuni anak yatim.

Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, kita dapat meneladani Rasulullah SAW dengan bersikap ramah, sopan, santun, dan menghormati orang lain. Kita juga dapat menjalin silaturahmi, memaafkan kesalahan orang lain, dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh orang lain.

Menyebarkan Kedamaian dan Kasih Sayang

Rasulullah SAW adalah utusan Allah SWT yang membawa risalah Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Sebagai umat Muslim, kita memiliki kewajiban untuk menyebarkan kedamaian dan kasih sayang ini kepada seluruh umat manusia.

Kita dapat menyebarkan kedamaian dan kasih sayang dengan bersikap toleran terhadap perbedaan agama, suku, ras, dan budaya. Kita juga dapat menghindari segala bentuk kekerasan, permusuhan, dan kebencian.

Kita dapat mengajak orang lain untuk berbuat baik, menghindari perbuatan dosa, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Kita juga dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari agar orang lain tertarik untuk mengikuti ajaran Islam.

Maulid Nabi: Inspirasi untuk Membangun Masyarakat yang Lebih Baik

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan berakhlak mulia.

Kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat. Kita juga dapat memberantas kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Kita dapat menegakkan hukum dan keadilan, memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kita juga dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.

Dengan semangat Maulid Nabi, mari kita bersama-sama membangun masyarakat yang lebih baik, masyarakat yang sesuai dengan cita-cita Islam. Masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT.

Kesimpulan

Tradisi memasak kuah beulangong dalam perayaan Maulid Nabi di Banda Aceh merupakan wujud nyata dari semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat Aceh. Tradisi ini bukan hanya sekadar kegiatan memasak, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Kuah beulangong melambangkan kebersamaan, persatuan, dan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momentum yang tepat untuk melakukan refleksi diri dan meningkatkan kualitas diri sebagai umat Muslim. Kita dapat meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, menyebarkan kedamaian dan kasih sayang, dan membangun masyarakat yang lebih baik.

Semoga semangat Maulid Nabi senantiasa membara dalam hati kita semua. Semoga kita dapat menjadi umat Muslim yang berkualitas, umat Muslim yang diridhai oleh Allah SWT.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :