Kemunculan ‘Black Mamba’ di media sosial, yang dinarasikan sebagai dildo atau alat bantu seks hasil penjarahan di kediaman seorang politisi, sempat membuat heboh jagat maya. Meski narasi tersebut telah dikonfirmasi sebagai berita bohong (hoax), isu ini memicu diskusi mengenai penggunaan alat bantu seks dan potensi risikonya. Pakar seksologi, dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, memberikan penjelasan komprehensif mengenai hal ini, menekankan pentingnya penggunaan dildo secara bijak dan bertanggung jawab.
Penggunaan alat bantu seks seperti dildo, menurut dr. Boyke, tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Salah satu risiko utama yang perlu diwaspadai adalah potensi kecanduan. Kecanduan dildo dapat mengganggu kehidupan seksual seseorang, bahkan dapat menyebabkan preferensi terhadap penggunaan dildo dibandingkan hubungan seksual dengan pasangan.
"Jangan sampai kecanduan yang akhirnya dia daripada hubungan seks dengan suami, dia lebih senang pakai dildo," tegas dr. Boyke.
Kecanduan dildo dapat memicu berbagai masalah kesehatan pada organ intim wanita. Penggunaan dildo yang tidak tepat, terutama yang terbuat dari bahan yang tidak standar atau tidak higienis, dapat menyebabkan iritasi, lecet, hingga keputihan berlebihan.
"Saya pernah dapat kasus keputihan melulu. Ternyata setelah saya tanya-tanya kenapa keputihan melulu, ternyata dia pakai dildo yang nggak tahu standarnya, misal dildonya silikonnya (standar) medis nggak, dia nggak tahu," ungkap dr. Boyke.
Selain masalah kesehatan fisik, kecanduan dildo juga dapat berdampak negatif pada hubungan seksual dengan pasangan. Beberapa wanita yang kecanduan dildo bahkan membutuhkan rangsangan dengan dildo sebelum dapat menikmati hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini tentu dapat menimbulkan masalah dalam hubungan dan menurunkan kualitas hubungan intim.
Lebih lanjut, dr. Boyke juga menyoroti potensi gangguan kesuburan pada wanita akibat penggunaan dildo yang berlebihan dan tidak higienis. Infeksi yang disebabkan oleh penggunaan dildo yang kotor atau tidak standar dapat merusak organ reproduksi wanita dan mengganggu proses pembuahan.
"Kalau dia sampai infeksi, ya tentu pasti mengganggu kesuburannya. Makanya, penggunaan dildo itu betul-betul hanya kalau diperlukan dan hanya untuk variasi, hanya untuk masturbasi sesekali," jelas dr. Boyke.
Oleh karena itu, dr. Boyke menekankan pentingnya kehati-hatian dan kebersihan dalam penggunaan dildo. Sebelum menggunakan dildo, pastikan alat tersebut telah dibersihkan dengan sabun dan air bersih. Pilih dildo yang terbuat dari bahan yang aman dan berkualitas medis, seperti silikon medis. Simpan dildo di tempat yang bersih dan tertutup untuk mencegah kontaminasi bakteri.
"Ingat, Anda memasukkan benda ke dalam Miss V tidak semudah yang Anda bayangkan gitu. Betul-betul harus membersihkan dulu, harus dikasih dulu air sabun sampai bersih banget itu sudah dicuci. Naronya (penyimpanan) juga nggak bisa sembarangan, dibungkus lagi dengan tisu atau apa gitu lho," tambahnya.
Dr. Boyke juga memberikan peringatan khusus bagi wanita hamil yang ingin menggunakan dildo. Penggunaan dildo pada wanita hamil harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan beberapa faktor penting. Pastikan dildo yang digunakan bersih dan terbuat dari bahan yang aman. Perhatikan juga posisi ari-ari (plasenta) dan pastikan tidak berada di bawah. Hindari penggunaan dildo jika sedang mengalami keputihan karena jamur atau memiliki riwayat perdarahan.
"Tidak ada riwayat perdarahan, karena kalau terlalu masuk kadang-kadang menimbulkan kontraksi. Jadi, jangan terlalu ditekan," tegasnya.
Penggunaan dildo pada wanita hamil sebaiknya dilakukan pada trimester kedua kehamilan, yaitu setelah usia kehamilan 19 minggu. Pada trimester pertama, plasenta masih dalam proses pembentukan dan belum menempel dengan kuat pada dinding rahim. Penggunaan dildo yang tidak hati-hati pada trimester pertama dapat meningkatkan risiko keguguran.
"Bagi wanita hamil, dr Boyke menyarankan boleh memakai dildo jika sedang berjauhan dengan pasangan di trimester kedua. Sebab, di awal sampai 19 minggu biasanya plasenta baru terbentuk di minggu 16-17. Di masa itu, janinnya baru menempel kokoh di placenta. Jika belum menempel di rahim, belum ada plasenta terbentuk, biasanya mudah terjadi abortus atau keguguran," jelas dr. Boyke.
Sebagai kesimpulan, penggunaan dildo sebagai alat bantu seks dapat memberikan variasi dan kenikmatan dalam kehidupan seksual. Namun, penggunaan dildo harus dilakukan secara bijak, bertanggung jawab, dan dengan memperhatikan kebersihan serta kesehatan organ intim. Hindari penggunaan dildo secara berlebihan dan pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli seksologi jika memiliki masalah atau pertanyaan terkait penggunaan dildo. Dengan penggunaan yang tepat dan hati-hati, dildo dapat menjadi alat yang aman dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan seksual. Penting untuk diingat bahwa kesehatan dan kepuasan seksual adalah hak setiap individu, dan informasi yang akurat serta bertanggung jawab adalah kunci untuk mencapai hal tersebut. Isu ‘Black Mamba’ yang viral di media sosial menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam menyikapi informasi serta praktik seksual. Konsultasi dengan ahli adalah langkah terbaik untuk mendapatkan informasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing individu.