Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

  • Maskobus
  • Sep 18, 2025

Kabar baik bagi para pejuang kesehatan yang tengah berjuang melawan gagal ginjal: harapan untuk kualitas hidup yang lebih baik tetap ada melalui transplantasi ginjal. Siloam International Hospitals, melalui unit unggulannya Siloam ASRI, terus berkomitmen untuk meningkatkan standar pelayanan transplantasi ginjal di Indonesia, mendekatkan pasien dengan harapan hidup yang lebih panjang dan berkualitas, setara dengan standar internasional.

Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai upaya berkelanjutan, termasuk peningkatan kompetensi para dokter spesialis dan tim paramedis yang terlibat dalam proses transplantasi, pemutakhiran fasilitas kesehatan yang mendukung prosedur kompleks ini, serta peningkatan kualitas pelayanan secara menyeluruh. Siloam ASRI memahami bahwa transplantasi ginjal bukan hanya sekadar operasi, tetapi sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan dukungan komprehensif bagi pasien dan keluarga.

Ajang "5th Siloam Urology-Nephrology Summit 2025" yang baru-baru ini diselenggarakan menjadi bukti nyata komitmen Siloam dalam menghadirkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang transplantasi ginjal. Pertemuan ini menjadi wadah bagi para ahli urologi dan nefrologi dari dalam dan luar negeri untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi terbaik dalam menangani kasus gagal ginjal.

Salah satu fokus utama dalam pertemuan tersebut adalah penguatan sistem donor organ, khususnya dari pasien yang telah meninggal dunia (donor kadaver). Ketersediaan donor organ merupakan tantangan utama dalam program transplantasi ginjal di Indonesia. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang donor organ dan memperkuat sistem identifikasi serta pengelolaan donor kadaver, diharapkan semakin banyak pasien gagal ginjal yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan ginjal baru.

Selain itu, strategi pencegahan reaksi penolakan organ juga menjadi topik penting yang dibahas dalam summit tersebut. Tubuh manusia secara alami akan menolak benda asing yang masuk, termasuk organ transplantasi. Oleh karena itu, pasien transplantasi ginjal harus mengonsumsi obat imunosupresan seumur hidup untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mencegah penolakan organ. Para ahli terus mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif dan aman untuk meminimalkan risiko penolakan organ dan efek samping obat imunosupresan.

Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

Inovasi pemanfaatan teknologi robotik dalam transplantasi ginjal juga menjadi sorotan dalam pertemuan tersebut. Teknologi robotik menawarkan presisi yang lebih tinggi dalam melakukan operasi transplantasi, mengurangi risiko komplikasi, dan mempercepat proses pemulihan pasien. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, teknologi robotik diyakini akan menjadi masa depan transplantasi ginjal, membuka jalan bagi prosedur yang lebih aman, efektif, dan nyaman bagi pasien.

Diskusi mendalam mengenai berbagai topik tersebut diharapkan dapat memperkuat penanganan kasus gagal ginjal di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menunjukkan bahwa lebih dari 200.000 pasien menjalani terapi hemodialisis setiap tahunnya. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang membantu membersihkan darah dari limbah dan kelebihan cairan. Namun, hemodialisis bukanlah solusi permanen dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang.

Transplantasi ginjal menjadi salah satu terobosan medis penting bagi pasien gagal ginjal stadium akhir. Dengan mendapatkan ginjal baru yang berfungsi dengan baik, pasien dapat terbebas dari ketergantungan pada hemodialisis, meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang harapan hidup. Namun, minimnya ketersediaan donor dengan berbagai masalah lain masih memerlukan penyelesaian.

Spesialis anestesiologi, dr. Aries Perdana, SpAn-KKV, menekankan bahwa transplantasi dari donor meninggal dunia (cadaveric donor) dapat menjadi solusi nyata untuk mengatasi keterbatasan donor hidup di Indonesia. Dalam keterangannya, dr. Aries menjelaskan bahwa keberhasilan program donor kadaver sangat bergantung pada diagnosis mati batang otak (MBO) yang akurat, manajemen donor di ICU yang optimal, serta koordinasi lintas rumah sakit secara nasional. Diagnosis MBO harus dilakukan oleh tim dokter yang kompeten dan independen, dengan mengikuti protokol yang ketat. Manajemen donor di ICU meliputi pemeliharaan fungsi organ donor agar tetap layak untuk transplantasi. Koordinasi lintas rumah sakit diperlukan untuk memastikan bahwa organ donor dapat didistribusikan secara adil dan efisien kepada pasien yang membutuhkan.

Senada dengan dr. Aries, spesialis urologi Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD, juga menekankan pentingnya memperhatikan kualitas donor dan penerima. Prof. Agus menjelaskan bahwa kualitas donor, kondisi klinis penerima, serta pemantauan jangka panjang adalah faktor-faktor yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan transplantasi. Kualitas donor meliputi usia, riwayat kesehatan, dan fungsi organ donor. Kondisi klinis penerima meliputi usia, penyakit penyerta, dan status imunologi. Pemantauan jangka panjang meliputi pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini adanya komplikasi atau penolakan organ.

Pada kesempatan yang sama, spesialis penyakit dalam Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM, menyoroti tantangan terbesar dalam transplantasi ginjal, yaitu risiko tubuh pasien menolak organ baru yang dianggap sebagai benda asing. Untuk mencegah penolakan ini, pasien harus mengonsumsi obat khusus yang disebut obat penekan sistem imun, atau imunosupresan, pada waktu tertentu. Obat ini bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga tidak menyerang ginjal baru dan organ dapat berfungsi dengan baik.

Prof. Endang menambahkan bahwa salah satu obat utama yang digunakan adalah tacrolimus, yang terbukti efektif tetapi harus diberikan dengan pemantauan ketat. Bentuk dosis sekali sehari kini menjadi pilihan karena lebih mudah diikuti pasien, sehingga meningkatkan kepatuhan pengobatan. Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat imunosupresan sangat penting untuk mencegah penolakan organ dan memastikan keberhasilan transplantasi.

Prof. Endang menegaskan bahwa kepatuhan pasien sangat penting. Obat bisa efektif, tapi tanpa disiplin minum obat, risiko kegagalan transplantasi tetap tinggi. Pasien harus memahami pentingnya minum obat secara teratur dan sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Pasien juga harus melaporkan kepada dokter jika mengalami efek samping obat atau memiliki pertanyaan mengenai pengobatan.

Di lain pihak, perkembangan teknologi menjadi sebuah kebutuhan. Prof. Shin Sung, pembicara internasional dari Korea Selatan, memaparkan bahwa teknologi robot transplantasi ginjal (robotic kidney transplantation) menawarkan prosedur yang lebih presisi, minim invasif, serta pemulihan yang lebih cepat. Dengan bantuan teknologi robotik, risiko komplikasi dapat ditekan, waktu pemulihan lebih singkat, dan kualitas hidup pasien pasca-transplantasi bisa lebih baik.

Teknologi robotik diharapkan dapat membuka jalan bagi layanan transplantasi yang lebih modern di Indonesia, sekaligus meningkatkan angka keberhasilan dan kualitas hidup pasien. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, teknologi robotik menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan efektivitas dan keamanan prosedur transplantasi ginjal.

Saat ini, Siloam ASRI yang didukung tenaga medis, fasilitas, dan sistem pelayanan kesehatan yang kompeten mampu melakukan prosedur transplantasi ginjal dengan standar dan hasil bertaraf internasional. Siloam ASRI telah melayani 464 pasien transplantasi ginjal dengan rerata tingkat kelangsungan hidup dalam 1 tahun (one year survival rate) mencapai 98,9 persen. Angka ini menunjukkan bahwa Siloam ASRI memiliki rekam jejak yang baik dalam memberikan pelayanan transplantasi ginjal yang berkualitas.

Dengan adanya pertemuan medis tahunan ini, Siloam International Hospitals kian menunjukkan dukungannya atas peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus di bidang urologi dan nefrologi. Siloam berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia, teknologi, dan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Forum ini menghadirkan sejumlah pakar urologi dan nefrologi dari dalam dan luar negeri, yaitu Prof. Shin Sung (pakar transplantasi ginjal dari Korea Selatan), Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM (pakar penyakit dalam konsultan ginjal-hipertensi Siloam ASRI), Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD (dokter spesialis urologi Siloam ASRI), dan dr. Aries Perdana, SpAn-KKV (dokter spesialis anestesi Siloam ASRI). Kehadiran para pakar ini menunjukkan komitmen Siloam dalam menghadirkan pengetahuan dan pengalaman terbaik bagi para dokter dan tenaga medis di Indonesia.

Dengan upaya berkelanjutan dan kolaborasi dengan para ahli, Siloam International Hospitals berharap dapat memberikan harapan baru bagi para pasien gagal ginjal di Indonesia, membantu mereka meraih kualitas hidup yang lebih baik, dan membuktikan bahwa gagal ginjal bukanlah akhir dari segalanya. Transplantasi ginjal adalah pilihan yang memberikan kesempatan kedua untuk hidup lebih sehat dan produktif. Siloam ASRI siap menjadi mitra dalam perjalanan panjang ini, memberikan dukungan komprehensif dan pelayanan berkualitas tinggi bagi pasien dan keluarga.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :