Kasus tragis menimpa seorang mahasiswa Indonesia bernama Muhammad Athaya Helmi Nasution, yang meninggal dunia di Wina, Austria, pada tanggal 27 Agustus 2025. Kematiannya, yang terjadi saat mendampingi kunjungan kerja pejabat publik Indonesia, sontak mengundang perhatian luas dari masyarakat. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda, tempat almarhum bernaung, mengumumkan bahwa penyebab kematiannya adalah "serangan panas yang berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan" akibat aktivitas padat sebagai pemandu wisata.
PPI Belanda menduga bahwa Athaya mengalami heatstroke (sengatan panas) yang dipicu oleh dehidrasi, kekurangan nutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dan hypoglycemia (kadar gula darah rendah). Kondisi-kondisi ini, secara kumulatif, diduga kuat memicu terjadinya seizure (kejang) dan berujung pada stroke.
Lantas, mengapa serangan panas atau heatstroke bisa berakibat fatal hingga menyebabkan stroke?
Heatstroke merupakan kondisi darurat medis yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan segera. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak mampu lagi mengatur suhu internalnya, biasanya akibat paparan suhu ekstrem atau aktivitas fisik berat dalam lingkungan panas dalam jangka waktu yang lama. Suhu tubuh penderita heatstroke dapat melonjak hingga 40 derajat Celcius atau lebih, yang dapat merusak organ-organ vital dan menyebabkan komplikasi serius, termasuk stroke.
Sebuah studi yang dilakukan di China meneliti dampak paparan suhu tinggi terhadap risiko stroke. Hasilnya menunjukkan bahwa paparan suhu sekitar 33 derajat Celcius selama satu jam saja dapat meningkatkan risiko stroke hingga 10 jam kemudian, bahkan setelah individu tersebut berpindah ke lingkungan dengan suhu yang lebih rendah.
Dr. Jing Zhao, MD, PhD, wakil direktur neurologi di Universitas Fudan dan kepala neurologi di Rumah Sakit Minhang Universitas Fudan di Shanghai, China, yang juga merupakan rekan penulis studi tersebut, menjelaskan mekanisme di balik hubungan antara panas dan stroke. "Ketika suhu meningkat, tubuh mengirimkan lebih banyak darah ke kulit untuk proses pendinginan dan memicu keringat. Proses ini dapat menyebabkan dehidrasi, yang mengakibatkan pengentalan darah. Darah yang mengental lebih rentan membentuk gumpalan yang berpotensi menghalangi aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke," jelasnya, seperti dikutip dari WebMD.
Selain dehidrasi, panas juga dapat meningkatkan permeabilitas lapisan usus, memungkinkan bakteri untuk masuk ke aliran darah. Bakteri-bakteri ini melepaskan racun yang memicu peradangan sistemik, yang dapat berkontribusi terhadap stroke dengan membuat plak arteri menjadi tidak stabil. Plak yang tidak stabil lebih berisiko pecah dan membentuk gumpalan yang dapat menyumbat pembuluh darah di otak.
Dehidrasi yang disebabkan oleh paparan panas menyebabkan volume darah menurun. Kondisi ini meningkatkan viskositas atau kekentalan darah. Darah yang kental bergerak lebih lambat dan lebih sulit dipompa oleh jantung, meningkatkan risiko pembentukan gumpalan. Gumpalan darah ini dapat menyumbat arteri yang memasok darah ke otak, menyebabkan stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum.
Selain itu, panas juga dapat menyebabkan perubahan pada tekanan darah. Pada beberapa orang, panas dapat menyebabkan tekanan darah turun (hipotensi), yang dapat mengurangi aliran darah ke otak dan meningkatkan risiko stroke. Pada orang lain, panas dapat memicu peningkatan tekanan darah (hipertensi), yang dapat merusak pembuluh darah di otak dan meningkatkan risiko stroke hemoragik, yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.
Kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko stroke akibat serangan panas. Orang dengan penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi lebih rentan terhadap efek buruk panas pada sistem kardiovaskular dan pembuluh darah. Orang lanjut usia dan anak-anak juga lebih berisiko karena tubuh mereka kurang efisien dalam mengatur suhu.
Aktivitas fisik yang berat dalam kondisi panas meningkatkan risiko heatstroke dan stroke. Olahraga atau bekerja di luar ruangan saat cuaca panas dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan, dan peningkatan suhu tubuh yang cepat. Penting untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari heatstroke saat beraktivitas di lingkungan panas.
Pencegahan heatstroke dan stroke akibat panas meliputi beberapa langkah penting. Pertama, pastikan untuk minum banyak cairan, terutama air, sepanjang hari, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Hindari minuman manis atau berkafein, karena dapat menyebabkan dehidrasi.
Kedua, kenakan pakaian yang longgar, berwarna terang, dan berbahan katun atau linen yang memungkinkan kulit bernapas. Hindari pakaian yang ketat atau berbahan sintetis yang dapat memerangkap panas.
Ketiga, hindari aktivitas fisik yang berat selama jam-jam terpanas hari itu. Jika Anda harus berolahraga atau bekerja di luar ruangan, lakukanlah pada pagi atau sore hari saat suhu lebih sejuk.
Keempat, istirahatlah secara teratur di tempat yang teduh atau ber-AC. Jika Anda merasa pusing, mual, atau lelah, segera hentikan aktivitas dan cari pertolongan medis.
Kelima, perhatikan tanda-tanda heatstroke, seperti suhu tubuh tinggi, kulit kering dan panas, sakit kepala, pusing, mual, muntah, kebingungan, kejang, dan kehilangan kesadaran. Jika Anda melihat seseorang menunjukkan tanda-tanda heatstroke, segera panggil bantuan medis dan lakukan tindakan pertolongan pertama, seperti memindahkan orang tersebut ke tempat yang sejuk, menyiramnya dengan air dingin, dan memberikan minuman elektrolit.
Keenam, penting untuk mengetahui faktor risiko pribadi Anda untuk stroke dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya. Jika Anda memiliki penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi, ikuti saran dokter Anda tentang pengobatan dan perubahan gaya hidup.
Kasus kematian Muhammad Athaya Helmi Nasution menjadi pengingat yang menyakitkan tentang bahaya heatstroke dan pentingnya mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari efek buruk panas. Dengan meningkatkan kesadaran tentang risiko heatstroke dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat membantu mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Penting untuk diingat bahwa heatstroke adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan penanganan segera. Jangan ragu untuk mencari pertolongan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda heatstroke.
Kematian Athaya juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan para pelajar dan pekerja Indonesia yang berada di luar negeri. Perwakilan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan perlu memberikan dukungan dan informasi yang memadai kepada mereka tentang risiko kesehatan dan cara mencegahnya. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa para pelajar dan pekerja memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di negara tempat mereka tinggal.
(kna/kna)