Geger Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia Mundur meski Baru Menjabat 6 Bulan, Alasannya Terkuak!

  • Maskobus
  • Aug 27, 2025

Kuala Lumpur diguncang berita mengejutkan. Datuk Joehari Ayub, Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan tertinggi organisasi sepak bola Negeri Jiran tersebut. Keputusan ini sontak menimbulkan tanda tanya besar di kalangan penggemar sepak bola Malaysia, mengingat Joehari Ayub baru memegang tampuk kepemimpinan FAM selama enam bulan. Ia terpilih pada Februari 2025, menggantikan Tan Sri Hamidin Mohd Amin, dan seharusnya memimpin FAM hingga 2029.

Pengumuman resmi mengenai pengunduran diri Joehari Ayub disampaikan oleh FAM melalui akun Instagram resmi mereka, @famalaysia, pada Rabu, 27 Agustus 2025. "Dengan rasa berat hati mengonfirmasi bahwa Datuk Mohd Joehari Mohd Ayub telah menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Presiden FAM, baru-baru ini," tulis pernyataan tersebut. Kabar ini dengan cepat menyebar luas, memicu berbagai spekulasi mengenai alasan di balik keputusan mendadak tersebut.

Joehari Ayub, pria kelahiran Beaufort, Sabah, pada 15 Mei 1966, memiliki pengalaman yang cukup panjang di dunia sepak bola Malaysia. Sebelum terpilih sebagai Presiden FAM, ia menjabat sebagai Wakil Presiden sejak 2017. Kiprahnya di dunia sepak bola diharapkan dapat membawa angin segar bagi perkembangan sepak bola Malaysia. Namun, harapan tersebut harus pupus setelah enam bulan masa jabatannya.

Menanggapi pengunduran diri Joehari Ayub, Komite Eksekutif (Exco) FAM segera menggelar rapat khusus. Rapat yang dipimpin oleh Datuk Wira Mohd Yusoff Haji Mahadi, selaku Wakil Ketua FAM, membahas surat pengunduran diri Joehari Ayub. "Komite Eksekutif FAM dalam rapat yang berlangsung di Wisma FAM, Kelana Jaya, telah meneliti keinginan Datuk Joehari dan akhirnya sepakat menerima pengunduran diri Presiden FAM tersebut sebagai bentuk penghormatan atas keputusan yang telah dibuat oleh beliau," demikian pernyataan resmi dari FAM.

Geger Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia Mundur meski Baru Menjabat 6 Bulan, Alasannya Terkuak!

FAM juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi Joehari Ayub selama menjabat sebagai Presiden. "Komite Eksekutif FAM merasa terharu serta menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada Datuk Joehari atas segala kontribusi, jasa, dedikasi, dan komitmen beliau selama bersama FAM sejak terpilih sebagai Wakil Presiden pada 2017 dan kemudian sebagai Presiden pada 15 Februari 2025," lanjut pernyataan tersebut.

Spekulasi mengenai alasan pengunduran diri Joehari Ayub semakin santer terdengar. Media Malaysia, New Straits Times, melaporkan bahwa Joehari Ayub telah mengajukan pengunduran diri sejak 22 Agustus 2025 dengan alasan kesehatan. Alasan ini kemudian dikonfirmasi oleh FAM dalam pernyataan resminya. "Komite Eksekutif FAM juga mendoakan agar Datuk Joehari senantiasa diberi kesehatan yang baik, keberkahan dalam segala urusan, dan terus dapat memberikan kontribusi bagi sepak bola nasional," tulis FAM.

Dengan pengunduran diri Joehari Ayub, FAM harus segera mengambil langkah untuk mengisi kekosongan jabatan Presiden. Berdasarkan Pasal 42 Ayat 7 dalam Statuta FAM, apabila posisi Presiden kosong, Wakil Presiden dengan masa pengabdian terlama akan menggantikan hingga Kongres berikutnya, yakni tahun depan. Dalam kongres tersebut akan dipilih Presiden baru untuk sisa masa jabatan periode berjalan. "Dengan demikian, Komite Eksekutif FAM telah sepakat menunjuk Datuk Wira Mohd Yusoff sebagai Pejabat Presiden FAM yang berlaku efektif mulai hari ini, sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Statuta FAM," jelas FAM.

Penunjukan Datuk Wira Mohd Yusoff sebagai Pejabat Presiden FAM diharapkan dapat menjaga stabilitas organisasi dan memastikan kelancaran program-program yang telah direncanakan. Yusoff Mahadi bukan sosok asing di kancah sepak bola Malaysia. Ia memiliki pengalaman yang luas dalam manajemen sepak bola dan diharapkan mampu membawa FAM melewati masa transisi ini dengan baik.

Masa jabatan singkat Joehari Ayub sebagai Presiden FAM diwarnai dengan beberapa kebijakan penting. Salah satu yang paling kontroversial adalah program naturalisasi pemain. Selama enam bulan kepemimpinannya, FAM menaturalisasi tujuh pemain yang terdiri dari Facundo Garces, Jon Irazabal, Hector Hevel, Joao Figueiredo, Rodrigo Holgado, Gabriel Palmero, dan Imanol Machuca. Kebijakan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk netizen Malaysia dan Indonesia, yang meragukan asal-usul keturunan para pemain naturalisasi tersebut. Minimnya informasi mengenai garis keturunan para pemain ini menimbulkan kecurigaan dan spekulasi mengenai motif di balik program naturalisasi tersebut.

Program naturalisasi pemain memang menjadi isu yang sensitif di banyak negara, termasuk Malaysia. Di satu sisi, naturalisasi pemain dapat meningkatkan kualitas tim nasional dalam waktu singkat. Namun, di sisi lain, program ini dapat mengancam perkembangan pemain lokal dan menimbulkan sentimen negatif dari para penggemar yang merasa bahwa pemain naturalisasi tidak memiliki ikatan emosional dengan negara.

Selain program naturalisasi, Joehari Ayub juga memberikan perhatian pada pengembangan sepak bola usia muda. Ia menekankan pentingnya pembinaan pemain sejak dini untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas. FAM di bawah kepemimpinannya juga berupaya meningkatkan kualitas kompetisi lokal, termasuk Liga Super Malaysia dan Liga Primer Malaysia. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekosistem sepak bola yang kompetitif dan profesional, sehingga dapat menghasilkan pemain-pemain yang mampu bersaing di level internasional.

Namun, berbagai upaya yang telah dilakukan Joehari Ayub harus terhenti dengan pengunduran dirinya. Keputusan ini tentu menjadi pukulan bagi FAM dan sepak bola Malaysia secara keseluruhan. Proses transisi kepemimpinan akan menjadi tantangan tersendiri bagi FAM. Datuk Wira Mohd Yusoff Haji Mahadi sebagai Pejabat Presiden FAM memiliki tugas berat untuk menjaga stabilitas organisasi dan memastikan bahwa program-program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik.

Pengunduran diri Joehari Ayub juga menjadi momentum bagi FAM untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap organisasi dan program-programnya. Evaluasi ini penting untuk mengidentifikasi kelemahan dan mencari solusi untuk meningkatkan kualitas sepak bola Malaysia. FAM juga perlu menjalin komunikasi yang lebih baik dengan para pemangku kepentingan, termasuk klub, pemain, pelatih, dan penggemar, untuk membangun dukungan dan kepercayaan terhadap organisasi.

Masa depan sepak bola Malaysia kini berada di persimpangan jalan. Keputusan yang diambil FAM dalam beberapa bulan mendatang akan sangat menentukan arah perkembangan sepak bola Negeri Jiran tersebut. Pemilihan Presiden FAM yang baru pada Kongres tahun depan akan menjadi momen krusial. Sosok yang terpilih harus memiliki visi yang jelas, kemampuan kepemimpinan yang kuat, dan komitmen yang tinggi untuk memajukan sepak bola Malaysia.

Para penggemar sepak bola Malaysia berharap bahwa FAM dapat belajar dari pengalaman ini dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki tata kelola organisasi, meningkatkan kualitas kompetisi lokal, dan mengembangkan pemain-pemain muda yang berkualitas. Dengan kerja keras dan dukungan dari semua pihak, sepak bola Malaysia dapat kembali bangkit dan meraih prestasi yang lebih baik di masa depan.

Pengunduran diri Joehari Ayub menjadi pengingat bahwa tantangan dalam mengelola organisasi sepak bola sangatlah kompleks. Tekanan dari berbagai pihak, kepentingan yang berbeda-beda, dan harapan yang tinggi dari para penggemar dapat menjadi beban yang berat bagi seorang pemimpin. Namun, dengan integritas, transparansi, dan komitmen yang kuat, seorang pemimpin dapat mengatasi tantangan tersebut dan membawa organisasi menuju kesuksesan.

Sepak bola Malaysia memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Dengan talenta-talenta muda yang berbakat, dukungan yang kuat dari para penggemar, dan investasi yang memadai, sepak bola Malaysia dapat bersaing dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan bahkan di level internasional. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kepemimpinan yang visioner, tata kelola organisasi yang baik, dan komitmen yang tinggi dari semua pihak.

Pengunduran diri Joehari Ayub mungkin menjadi awal dari babak baru dalam sejarah sepak bola Malaysia. Babak yang penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan harapan. Dengan kerja keras, kerjasama, dan semangat pantang menyerah, sepak bola Malaysia dapat meraih kejayaan yang selama ini diimpikan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :