Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,7 mengguncang wilayah Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali pada hari Kamis, 18 September 2025. Guncangan gempa tersebut dilaporkan terasa hingga ke Kota Denpasar, ibu kota Provinsi Bali. Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui kanal-kanal komunikasi resminya.
Menurut catatan BMKG, gempa terjadi tepat pada pukul 21.59 WIB. Pusat gempa (episentrum) terletak di laut, pada koordinat 10.30 Lintang Selatan dan 113.96 Bujur Timur. Jarak episentrum dari Kuta Selatan adalah sekitar 218 kilometer ke arah barat daya. Kedalaman sumber gempa (hiposentrum) berada pada 10 kilometer di bawah permukaan laut. Dengan kedalaman yang relatif dangkal ini, wajar jika guncangan gempa terasa hingga wilayah yang cukup jauh dari pusat gempa.
Guncangan gempa di Kuta dan Denpasar tercatat pada skala Modified Mercalli Intensity (MMI) II. Skala MMI II mengindikasikan bahwa getaran gempa dirasakan oleh beberapa orang, dan benda-benda ringan yang tergantung akan bergoyang. Artinya, guncangan gempa ini tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk dirasakan oleh sebagian masyarakat.
Untuk memahami dampak gempa bumi, penting untuk mengenal lebih jauh tentang Skala Mercalli. Skala Mercalli adalah skala seismik yang digunakan untuk mengukur intensitas gempa bumi. Intensitas gempa bumi adalah ukuran efek gempa bumi pada permukaan bumi, manusia, benda-benda, dan lingkungan. Skala Mercalli berbeda dengan skala magnitudo (seperti Skala Richter atau Skala Magnitudo Moment) yang mengukur energi yang dilepaskan oleh gempa bumi.
Skala Mercalli pertama kali dikembangkan oleh seorang vulkanologis Italia bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli didasarkan pada pengamatan efek gempa bumi pada manusia, bangunan, dan lingkungan. Skala Mercalli terdiri dari 12 tingkat intensitas, mulai dari I (tidak terasa) hingga XII (kerusakan total).
Skala Mercalli asli memiliki beberapa kekurangan, termasuk subjektivitas dan ketergantungannya pada jenis bangunan dan kondisi geologi setempat. Untuk mengatasi kekurangan ini, ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann memodifikasi Skala Mercalli pada tahun 1931. Skala Mercalli yang dimodifikasi (Modified Mercalli Intensity Scale atau MMI) lebih objektif dan dapat digunakan di berbagai wilayah dengan kondisi geologi dan jenis bangunan yang berbeda.
Berikut adalah deskripsi singkat dari setiap tingkat intensitas pada Skala Mercalli yang Dimodifikasi (MMI):
- I. Tidak Terasa (Not Felt): Gempa tidak dirasakan kecuali oleh beberapa orang dalam kondisi yang sangat menguntungkan.
- II. Lemah (Weak): Dirasakan hanya oleh beberapa orang yang sedang beristirahat, terutama di lantai atas bangunan. Benda-benda ringan yang tergantung mungkin bergoyang.
- III. Sedikit (Slight): Dirasakan oleh banyak orang di dalam ruangan, tetapi tidak selalu dirasakan di luar ruangan. Getaran terasa seperti truk lewat.
- IV. Sedang (Moderate): Dirasakan oleh semua orang di dalam ruangan dan oleh banyak orang di luar ruangan. Beberapa orang mungkin terbangun. Jendela, piring, dan pintu berderit.
- V. Cukup Kuat (Rather Strong): Dirasakan oleh hampir semua orang. Beberapa benda kecil terbalik. Cairan dalam wadah bergoyang.
- VI. Kuat (Strong): Dirasakan oleh semua orang. Banyak orang ketakutan dan berlari keluar rumah. Perabotan berat bergerak. Kerusakan ringan terjadi pada bangunan yang dibangun dengan buruk.
- VII. Sangat Kuat (Very Strong): Sulit untuk berdiri. Bangunan yang dibangun dengan baik mengalami kerusakan ringan. Bangunan yang dibangun dengan buruk mengalami kerusakan sedang hingga berat.
- VIII. Merusak (Destructive): Kerusakan terjadi bahkan pada bangunan yang dirancang khusus. Bangunan biasa mengalami kerusakan berat dengan kemungkinan runtuh sebagian. Bangunan yang dibangun dengan buruk runtuh.
- IX. Parah (Ruinous): Bangunan yang dirancang khusus mengalami kerusakan berat. Bangunan yang dibangun dengan baik runtuh. Tanah retak.
- X. Sangat Parah (Disastrous): Sebagian besar bangunan runtuh. Tanah retak lebar. Tanah longsor terjadi.
- XI. Mengerikan (Very Disastrous): Hampir semua bangunan runtuh. Kerusakan sangat parah. Objek terlempar ke udara.
- XII. Bencana (Catastrophic): Kerusakan total. Gelombang terlihat di permukaan tanah. Objek terlempar ke udara.
Skala Mercalli yang Dimodifikasi (MMI) masih digunakan hingga saat ini, terutama di daerah-daerah yang tidak memiliki peralatan seismometer yang memadai untuk mengukur magnitudo gempa bumi secara akurat. Skala MMI memberikan informasi penting tentang dampak gempa bumi pada masyarakat dan lingkungan, yang dapat digunakan untuk perencanaan tanggap darurat dan mitigasi bencana.
Kembali ke gempa yang mengguncang Kuta Selatan, meskipun intensitasnya hanya II MMI, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada. Gempa bumi, bahkan yang berkekuatan kecil, dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi yang lebih besar. Selain itu, gempa bumi di laut berpotensi menyebabkan tsunami. Oleh karena itu, masyarakat di wilayah pesisir Bali perlu mengetahui tanda-tanda peringatan tsunami dan memiliki rencana evakuasi yang jelas.
BMKG secara rutin memberikan informasi tentang gempa bumi dan potensi tsunami. Masyarakat dapat mengakses informasi ini melalui website BMKG, aplikasi mobile BMKG, atau media sosial BMKG. Penting untuk hanya mempercayai informasi yang berasal dari sumber-sumber resmi seperti BMKG, dan tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita hoax atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selain itu, penting juga untuk mempersiapkan diri menghadapi gempa bumi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Membuat rencana evakuasi keluarga: Diskusikan dengan anggota keluarga tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi. Tentukan tempat berkumpul yang aman di luar rumah.
- Menyiapkan tas siaga bencana: Tas siaga bencana berisi perlengkapan penting seperti air minum, makanan ringan, obat-obatan, senter, radio, dan baterai cadangan.
- Memastikan bangunan tempat tinggal aman: Periksa bangunan tempat tinggal secara berkala untuk memastikan tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan keselamatan. Jika ada kerusakan, segera perbaiki.
- Mengikuti pelatihan mitigasi bencana: Ikuti pelatihan mitigasi bencana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi masyarakat sipil. Pelatihan ini akan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi gempa bumi dan bencana lainnya.
Gempa bumi adalah fenomena alam yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Namun, dengan meningkatkan kesadaran, mempersiapkan diri, dan mengikuti informasi dari sumber-sumber resmi, kita dapat mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi.
Dalam konteks gempa bumi yang mengguncang Kuta Selatan, penting untuk diingat bahwa Bali merupakan wilayah yang rawan gempa bumi. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Bali yang berada di zona subduksi, yaitu zona pertemuan antara dua lempeng tektonik. Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Lempeng Eurasia di sepanjang pantai selatan Jawa dan Bali. Proses subduksi ini menyebabkan terjadinya gempa bumi dan aktivitas vulkanik di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, masyarakat Bali perlu hidup berdampingan dengan risiko gempa bumi. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana gempa bumi. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti:
- Peningkatan kualitas bangunan: Pemerintah daerah perlu menerapkan standar bangunan tahan gempa yang ketat. Masyarakat juga perlu membangun atau merenovasi rumah mereka dengan konstruksi yang tahan gempa.
- Peningkatan kesadaran masyarakat: Pemerintah daerah perlu menyelenggarakan kampanye kesadaran tentang gempa bumi dan mitigasi bencana secara rutin. Masyarakat perlu diberikan informasi tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.
- Peningkatan kapasitas petugas tanggap darurat: Pemerintah daerah perlu melatih petugas tanggap darurat agar siap menghadapi gempa bumi dan bencana lainnya. Petugas tanggap darurat perlu dilengkapi dengan peralatan yang memadai.
- Peningkatan sistem peringatan dini: Pemerintah daerah perlu mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang efektif. Sistem ini harus dapat memberikan peringatan dini tsunami kepada masyarakat dalam waktu yang singkat.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan masyarakat Bali dapat lebih siap dan tangguh dalam menghadapi gempa bumi dan bencana lainnya. Gempa Magnitudo 4,7 yang mengguncang Kuta Selatan menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.