Dunia mode berduka atas kepergian Giorgio Armani, perancang busana legendaris dan pendiri kerajaan mode Armani, yang wafat pada usia 91 tahun, Kamis (4/9). Kepergiannya meninggalkan warisan tak ternilai, bukan hanya dalam dunia fashion, tetapi juga dalam bisnis global. Kekayaan Armani, yang diperkirakan mencapai Rp 199 triliun, kini menjadi sorotan, memunculkan pertanyaan tentang siapa yang akan meneruskan imperium bisnis yang telah dibangunnya selama beberapa dekade. Armani meninggalkan warisan berupa merek yang telah menjadi ikon kemewahan dan gaya hidup, mencakup berbagai lini produk, mulai dari pakaian dan aksesori hingga perabot rumah tangga dan parfum.
Armani, yang meninggal hanya beberapa minggu sebelum perayaan ulang tahun ke-50 mereknya yang ikonik di Milan Fashion Week, meninggalkan lubang besar di dunia mode. Perusahaannya menghasilkan pendapatan tahunan sebesar US$ 2,7 miliar, atau sekitar Rp 44,4 triliun. Kerajaan bisnis modenya bernilai lebih dari US$ 12,1 miliar atau sekitar Rp 199 triliun, mencakup bisnis pakaian, aksesori, perabot rumah tangga, parfum, kosmetik, buku, bunga, hingga cokelat.
Pertanyaan tentang suksesi telah lama menjadi perbincangan di kalangan industri. Armani, yang tidak menikah dan tidak memiliki anak, telah mempersiapkan transisi kepemimpinan dengan cermat. Pada Agustus 2025, Armani menyatakan keinginannya agar para kolaborator dan anggota keluarganya menjadi penerus bisnisnya. Laporan perusahaan dan berbagai media menunjukkan bahwa penerusnya termasuk saudara perempuannya, Rosanna Armani, dua keponakan perempuannya, satu keponakan laki-laki, tangan kanannya, Leo Dell’Orco, serta sebuah yayasan amal.
Para penerus ini telah lama terlibat dalam operasional perusahaan dan menjabat di dewan direksi. Mereka dikabarkan akan menerima saham sesuai dengan anggaran dasar yang ditetapkan Armani pada tahun 2016. Keponakan laki-laki dan perempuannya memegang posisi senior di rumah mode mewah tersebut, menunjukkan bahwa Armani telah lama mempersiapkan mereka untuk mengambil alih kendali.
Armani sendiri telah memberikan petunjuk tentang rencananya. "Rencana suksesi saya terdiri dari transisi bertahap tanggung jawab yang selalu saya tangani kepada orang-orang terdekat saya," ujarnya. Ia juga menyoroti peran penting Leo Dell’Orco, kepala desain busana pria, yang dianggapnya sebagai rekan kerja dan bagian dari keluarga. "Saya ingin suksesi ini berlangsung secara alami dan bukan momen yang tiba-tiba," tambahnya.
Leo Dell’Orco, sebagai tangan kanan Armani, memegang peranan kunci dalam desain koleksi busana pria untuk semua lini merek Armani, termasuk Giorgio Armani, Emporio Armani, dan Armani Exchange. Kedekatannya dengan Armani, baik secara profesional maupun pribadi, membuatnya menjadi kandidat kuat untuk memimpin perusahaan di masa depan. Meskipun hubungan pribadi antara Armani dan Dell’Orco tidak pernah dikonfirmasi secara terbuka, Armani mengakui bahwa Dell’Orco adalah orang yang paling dekat dengannya dan mereka telah hidup bersama selama bertahun-tahun.
Selain Dell’Orco, saudara perempuan Armani, Rosanna, juga memegang peranan penting dalam kerajaan mode tersebut. Rosanna dan saudaranya, Sergio, tumbuh besar bersama Armani dan terlibat dalam merek keluarga sejak awal. Rosanna bahkan menjadi model untuk kampanye musim semi/panas Armani pada tahun 1979, menunjukkan betapa pentingnya perannya dalam membangun citra merek.
Keponakan Armani, Silvana Armani, yang bekerja bersama Giorgio Armani dalam koleksi busana wanita, juga menjadi kandidat potensial. Roberta Armani, keponakan lainnya, meninggalkan karier film yang sedang berkembang untuk menjadi direktur hubungan masyarakat di perusahaan pamannya. Ia sering mewakili Armani di berbagai acara dan menjadi penghubung antara merek dan publik.
Para anggota keluarga ini berpotensi mewarisi kekayaan dan properti Armani yang mengesankan, termasuk rumah-rumah mewah di Milan, Tuscany, St. Tropez, Antigua, dan New York. Armani juga memiliki tim bola basket Olimpia Milano dan kapal pesiar mewah seharga US$ 60 juta, yang akan menjadi bagian dari warisan yang ditinggalkannya.
Namun, suksesi bisnis sebesar Armani tidak hanya tentang pembagian aset. Tantangan sebenarnya adalah mempertahankan visi dan inovasi yang telah menjadikan merek Armani sebagai ikon global. Para penerus harus mampu beradaptasi dengan perubahan tren dan selera konsumen, sambil tetap setia pada nilai-nilai inti merek Armani: kualitas, keanggunan, dan kesederhanaan.
Selain itu, para penerus juga harus mampu mengelola kompleksitas operasional perusahaan, yang mencakup rantai pasokan global, jaringan ritel yang luas, dan tim desain dan pemasaran yang besar. Mereka juga harus mampu menghadapi persaingan ketat dari merek-merek mewah lainnya, yang terus berinovasi dan mencari cara untuk menarik perhatian konsumen.
Kepergian Giorgio Armani menandai akhir dari sebuah era dalam dunia mode. Namun, warisannya akan terus hidup melalui merek yang telah dibangunnya dan melalui para penerus yang akan memimpin perusahaan di masa depan. Pertanyaan tentang siapa yang akan memegang kendali utama dan bagaimana mereka akan mengelola kerajaan bisnis Armani tetap menjadi sorotan, tetapi satu hal yang pasti: tantangan yang dihadapi para penerus sangat besar. Mereka harus mampu menghormati warisan Armani, sambil juga berinovasi dan membawa merek tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Dunia mode akan terus mengamati bagaimana para penerus Armani akan membentuk masa depan merek ikonik ini. Keberhasilan mereka akan menjadi bukti nyata dari visi Armani dan kemampuan mereka untuk mewarisi dan mengembangkan warisan yang telah ditinggalkannya.