Godrej Ajak 20.000 Siswa SD Jadi ‘Pahlawan’ Pencegah DBD

  • Maskobus
  • Aug 22, 2025

Godrej Consumer Products Indonesia (GCPI), melalui merek andalannya HIT, menggencarkan gerakan "Merdeka dari DBD" sebagai wujud komitmen dalam memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan Hari Nyamuk Sedunia. Inisiatif ini merupakan kampanye edukasi interaktif yang bertujuan membekali para siswa sekolah dasar dengan pengetahuan mendalam dan kebiasaan hidup bersih yang esensial untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD), penyakit yang masih menjadi momok di berbagai wilayah Indonesia.

Komitmen GCPI dalam menghapus penyakit yang ditularkan melalui vektor sejalan dengan visi keberlanjutan Good & Green, sebuah landasan penting dalam operasional perusahaan. Di India, program EMBED telah berhasil menunjukkan efektivitasnya dalam melawan malaria. Sementara di Indonesia, inisiatif difokuskan pada pemberantasan DBD, mengingat tingginya kasus dan dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini.

Wahyu Radita, Corporate Communication & Sustainability Head GCPI, menegaskan bahwa peringatan Hari Kemerdekaan tidak hanya dimaknai sebagai perjuangan di medan perang, tetapi juga sebagai momentum untuk melawan berbagai ancaman kesehatan, termasuk demam berdarah. "Momentum Hari Kemerdekaan mengingatkan kita bahwa perjuangan tidak hanya di medan perang, tetapi juga melawan ancaman kesehatan. Dengan edukasi yang tepat, kita membekali generasi muda untuk menjadi pahlawan di lingkungannya, melindungi diri, keluarga, dan bangsa dari DBD," ujar Wahyu dalam keterangan tertulis. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa kemerdekaan sejati juga mencakup kemerdekaan dari ancaman penyakit yang dapat menghambat kualitas hidup masyarakat.

Dalam kampanye "Merdeka dari DBD", GCPI memperkenalkan tokoh Super HITO, seorang pahlawan pembasmi nyamuk yang menjadi figur sentral dalam menyampaikan pesan-pesan edukatif kepada para siswa. Melalui Super HITO, para siswa diajak untuk belajar tentang siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, mengenali habitat tempat nyamuk berkembang biak, dan mempraktikkan langkah-langkah pencegahan DBD yang efektif, seperti 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) dan menjaga kebersihan rumah serta lingkungan sekitar. Pendekatan ini dinilai efektif karena menggunakan karakter yang menarik dan mudah diingat oleh anak-anak, sehingga pesan-pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, M.K.M, menyoroti tingginya kasus demam berdarah di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa kelompok usia anak 5-14 tahun menjadi yang paling rentan mengalami kematian akibat penyakit ini. "Kasus demam berdarah di Indonesia masih sangat tinggi. Yang memprihatinkan, angka kematian banyak terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Pencegahan DBD harus dimulai dari kesadaran masyarakat, terutama anak-anak," ujar dr. Ina. Pernyataan ini memperkuat urgensi dari program edukasi yang menyasar anak-anak sebagai agen perubahan dalam pencegahan DBD.

Godrej Ajak 20.000 Siswa SD Jadi 'Pahlawan' Pencegah DBD

Data hingga pertengahan 2025 mencatat lebih dari 67.000 kasus DBD di seluruh Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus terbanyak, yaitu lebih dari 10.000 kasus. Jumlah ini menjadi pengingat bahwa ancaman DBD belum reda, dan upaya pencegahan perlu dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama anak-anak sebagai generasi penerus.

Dokter Spesialis Anak, dr. Miza Afrizal, p.A, Bmedsci.Mkes, menekankan pentingnya memahami fase kritis dalam demam berdarah. Ia menjelaskan bahwa tanda bahaya biasanya muncul sekitar 72 jam setelah demam, sehingga pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terlalu dini bisa memberikan hasil yang tampak normal dan menimbulkan rasa aman palsu bagi orang tua. "Di DBD, tanda bahaya justru muncul saat masuk fase kritis, sekitar 72 jam setelah demam mulai. Kalau lab dilakukan terlalu dini, hasilnya bisa kelihatan aman padahal bahayanya belum muncul. Kalau dicek terlalu cepat, risikonya adalah rasa aman palsu. Kemarin lab ‘bagus’, hari ini anak drop, tapi orang tua tenang karena percaya hasil kemarin. Maka, ingat 72 jam itu bukan 3 hari. Dan dalam DBD, timing bisa menyelamatkan nyawa," jelasnya. Penjelasan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya deteksi dini yang tepat waktu dan penanganan yang sesuai dengan fase penyakit.

Edukasi yang diberikan dalam program "Merdeka dari DBD" tidak hanya berfokus pada pencegahan, tetapi juga menekankan pentingnya deteksi dini yang tepat waktu. Banyak orang tua ingin cepat memeriksa laboratorium saat anak demam, namun dalam kasus DBD, waktu pengecekan menjadi sangat krusial. Informasi ini sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan orang tua dan tenaga medis dalam menangani kasus DBD.

Kepala Seksi SD Sudin Pendidikan Wilayah 1 Kota Adm. Jakarta Timur, Riswan Desri, Plt., memberikan apresiasi terhadap inisiatif GCPI yang mengajarkan pencegahan DBD dengan metode interaktif. Ia menilai keterlibatan siswa SD dalam program tersebut penting karena dapat membentuk generasi yang peduli terhadap kesehatan lingkungan. "Kami sangat mengapresiasi inisiatif GCPI yang mengajarkan pencegahan DBD secara interaktif. Dengan melibatkan siswa SD, kita mencetak generasi yang peduli kesehatan lingkungan dan mampu menularkan kebiasaan hidup bersih ke keluarga serta masyarakat," katanya. Dukungan dari pihak pendidikan menunjukkan bahwa program ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan DBD.

Kegiatan edukasi ini diikuti oleh 500 siswa dan 25 relawan, dengan target ambisius untuk menjangkau 50.000 siswa SD di seluruh Indonesia pada tahun 2027. Hingga kini, lebih dari 20.000 siswa telah mendapatkan edukasi ini. Angka ini menunjukkan progres yang signifikan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan dari Kementerian Kesehatan RI (P2P), Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dan Puskesmas setempat. Sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan DBD. Beberapa siswa yang telah mengikuti program ini ditunjuk sebagai Sahabat Super HITO, agen perubahan di lingkungannya, menyebarkan ilmu pencegahan DBD kepada teman-teman dan keluarga di rumah. Inisiatif ini menciptakan efek domino positif, di mana pengetahuan dan kesadaran mengenai pencegahan DBD menyebar luas di masyarakat.

Program "Merdeka dari DBD" yang diinisiasi oleh Godrej Consumer Products Indonesia (GCPI) melalui merek HIT merupakan contoh nyata bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan pendekatan edukasi interaktif yang menyasar anak-anak sekolah dasar, program ini tidak hanya memberikan pengetahuan mengenai pencegahan DBD, tetapi juga menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat sejak dini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan tenaga kesehatan, menunjukkan bahwa upaya pencegahan DBD membutuhkan kolaborasi yang solid dan berkelanjutan.

Keberhasilan program ini juga tidak lepas dari peran Super HITO, tokoh pahlawan pembasmi nyamuk yang menjadi daya tarik bagi anak-anak. Melalui Super HITO, pesan-pesan edukatif mengenai siklus hidup nyamuk, habitat perkembangbiakannya, dan langkah-langkah pencegahan DBD disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyebarkan pengetahuan dan kebiasaan baik di lingkungan sekitarnya.

Selain edukasi mengenai pencegahan, program ini juga menekankan pentingnya deteksi dini yang tepat waktu. Informasi mengenai fase kritis demam berdarah dan waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan orang tua dan tenaga medis dalam menangani kasus DBD. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius dan kematian akibat penyakit ini.

Dengan target menjangkau 50.000 siswa SD di seluruh Indonesia pada tahun 2027, program "Merdeka dari DBD" memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif yang signifikan dalam upaya pencegahan DBD. Melalui program ini, diharapkan dapat tercipta generasi muda yang peduli terhadap kesehatan lingkungan dan mampu melindungi diri, keluarga, dan masyarakat dari ancaman demam berdarah.

Inisiatif yang dilakukan oleh GCPI ini juga dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan lain untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan memanfaatkan sumber daya dan keahlian yang dimiliki, sektor swasta dapat berperan aktif dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan berkualitas bagi seluruh warga negara.

Program "Merdeka dari DBD" bukan hanya sekadar kampanye edukasi, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang dalam menciptakan generasi yang sehat dan produktif. Dengan membekali anak-anak dengan pengetahuan dan kebiasaan hidup bersih sejak dini, diharapkan dapat mengurangi beban penyakit demam berdarah di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, dukungan dan partisipasi dari seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan program ini. Dengan bersama-sama, kita dapat mewujudkan Indonesia yang merdeka dari ancaman demam berdarah dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi penerus bangsa.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :