Gubernur BI Optimistis Rupiah Akan Kembali Menguat terhadap Dolar AS

  • Maskobus
  • Sep 22, 2025

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan keyakinannya bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS akan kembali menguat dalam waktu dekat. Pernyataan ini disampaikan di tengah fluktuasi nilai tukar yang terjadi belakangan ini, di mana Rupiah sempat mengalami tekanan terhadap mata uang Paman Sam. Optimisme ini didasarkan pada sejumlah faktor fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai solid, serta langkah-langkah stabilisasi yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia.

Pada Senin (22/9) pukul 12.30 WIB, berdasarkan laporan Bloomberg, Rupiah tercatat melemah 13,50 poin atau 0,08 persen ke Rp 16.614 terhadap Dolar AS. Namun, Perry Warjiyo menegaskan bahwa secara keseluruhan, nilai tukar Rupiah justru menunjukkan penguatan sebesar 0,30 persen pada September 2025 dibandingkan dengan Agustus 2025. Pelemahan yang terjadi sesaat, menurutnya, lebih disebabkan oleh tekanan eksternal dan internal yang bersifat sementara.

"Komitmen kami adalah bahwa tren nilai tukar ke depan akan bergerak stabil dan bahkan ada kecenderungan menguat," ujar Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (22/9). Pernyataan ini menjadi sinyal kuat dari Bank Indonesia bahwa pihaknya akan terus berupaya menjaga stabilitas Rupiah dan memastikan mata uang Garuda tersebut kembali pada tren penguatan.

Perry Warjiyo juga menekankan bahwa Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, dengan tetap memperhatikan imbal hasil yang menarik bagi investor, menjaga inflasi tetap rendah, dan mendorong prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kombinasi dari faktor-faktor ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi Rupiah dan menarik minat investor untuk kembali berinvestasi di Indonesia.

Gubernur BI Optimistis Rupiah Akan Kembali Menguat terhadap Dolar AS

"Sejalan dengan komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah sementara, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang cukup baik," jelas Perry Warjiyo. Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen Bank Indonesia untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar, daya tarik investasi, pengendalian inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kinerja Dolar AS sendiri terpantau stabil, karena para pelaku pasar sedang menantikan serangkaian pidato dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) pada pekan ini. Pidato-pidato tersebut diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga AS, setelah bank sentral tersebut melanjutkan siklus pelonggarannya pada minggu lalu. Kebijakan suku bunga The Fed memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai tukar mata uang global, termasuk Rupiah.

Optimisme Gubernur BI ini didukung oleh beberapa faktor kunci. Pertama, fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menunjukkan tren positif, meskipun terdapat tantangan global. Inflasi juga berhasil dijaga pada tingkat yang terkendali, memberikan kepercayaan bagi investor dan masyarakat. Cadangan devisa Indonesia juga berada pada level yang cukup tinggi, memberikan bantalan yang kuat untuk menghadapi tekanan eksternal.

Kedua, kebijakan Bank Indonesia yang proaktif dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga volatilitas Rupiah tetap terkendali. Selain itu, Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi secara keseluruhan.

Ketiga, sentimen positif dari pasar keuangan global. Meskipun terdapat ketidakpastian global, namun pasar keuangan global secara umum masih menunjukkan sentimen yang positif terhadap emerging markets, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin dari aliran modal asing yang masuk ke Indonesia, yang dapat memberikan dukungan bagi Rupiah.

Namun demikian, Perry Warjiyo juga mengakui bahwa terdapat sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama terkait dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta potensi resesi global. Selain itu, faktor domestik seperti defisit transaksi berjalan dan kebutuhan pembiayaan pemerintah juga dapat memberikan tekanan terhadap Rupiah.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Bank Indonesia akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi yang terukur dan berhati-hati. Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Beberapa langkah yang akan terus dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain:

  1. Intervensi di pasar valuta asing: Bank Indonesia akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga volatilitas Rupiah tetap terkendali. Intervensi ini dilakukan dengan membeli atau menjual Rupiah di pasar spot, serta melalui instrumen derivatif lainnya.
  2. Pengelolaan likuiditas Rupiah: Bank Indonesia akan terus mengelola likuiditas Rupiah di pasar uang untuk memastikan ketersediaan Rupiah yang cukup bagi pelaku ekonomi. Hal ini dilakukan melalui operasi pasar terbuka, serta melalui fasilitas pinjaman dan simpanan Bank Indonesia.
  3. Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait: Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Koordinasi ini dilakukan dalam berbagai forum, seperti Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan Tim Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi (TKNPI).
  4. Komunikasi yang efektif: Bank Indonesia akan terus melakukan komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar dan masyarakat untuk memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai kebijakan Bank Indonesia dan kondisi ekonomi terkini. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai saluran, seperti konferensi pers, siaran pers, dan media sosial.

Selain langkah-langkah stabilisasi, Bank Indonesia juga terus berupaya untuk mendorong pengembangan pasar keuangan yang lebih dalam dan efisien. Hal ini dilakukan dengan mendorong penggunaan Rupiah dalam transaksi internasional, serta dengan mengembangkan instrumen keuangan yang lebih beragam dan likuid.

Pengembangan pasar keuangan yang lebih dalam dan efisien diharapkan dapat meningkatkan daya tahan Rupiah terhadap tekanan eksternal, serta dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, optimisme Gubernur BI mengenai penguatan Rupiah didasarkan pada fundamental ekonomi Indonesia yang solid, kebijakan Bank Indonesia yang proaktif, dan sentimen positif dari pasar keuangan global. Namun demikian, Bank Indonesia juga tetap mewaspadai berbagai tantangan yang ada dan akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi yang terukur dan berhati-hati.

Penguatan Rupiah akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Di antaranya adalah:

  1. Menurunkan biaya impor: Penguatan Rupiah akan menurunkan biaya impor barang dan jasa, sehingga dapat menekan inflasi dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.
  2. Meningkatkan daya beli masyarakat: Penguatan Rupiah akan meningkatkan daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan dalam Rupiah dan membeli barang-barang impor.
  3. Menarik investasi asing: Penguatan Rupiah akan membuat investasi di Indonesia menjadi lebih menarik bagi investor asing, karena nilai aset mereka akan meningkat dalam Dolar AS.
  4. Mengurangi beban utang luar negeri: Penguatan Rupiah akan mengurangi beban utang luar negeri pemerintah dan swasta, karena nilai utang dalam Dolar AS akan menjadi lebih kecil dalam Rupiah.

Dengan demikian, upaya untuk menjaga stabilitas dan mendorong penguatan Rupiah merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia akan terus berupaya untuk mencapai tujuan tersebut, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara stabilitas nilai tukar, daya tarik investasi, pengendalian inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pernyataan Gubernur BI ini diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada pelaku pasar dan masyarakat bahwa Rupiah akan kembali pada tren penguatan. Dengan dukungan dari semua pihak, diharapkan Rupiah dapat terus stabil dan berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

Selain itu, penting juga bagi masyarakat untuk bijak dalam mengelola keuangan mereka, terutama dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar. Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan mengambil keputusan investasi yang rasional, serta untuk terus mendukung produk-produk dalam negeri.

Dengan kerjasama dan dukungan dari semua pihak, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

đź’¬ Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :