Harga emas global diperkirakan akan terus mencatatkan kenaikan signifikan dalam beberapa tahun mendatang, dengan proyeksi yang menunjukkan potensi mencapai USD 4.000 per troy ons pada Juni 2026. Proyeksi ambisius ini didasarkan pada berbagai faktor fundamental yang mendorong permintaan terhadap aset safe-haven ini, termasuk ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran ekonomi global, dan ekspektasi kebijakan moneter yang akomodatif dari bank sentral utama dunia.
Analis dari ANZ, sebuah lembaga keuangan terkemuka, memperkirakan bahwa harga emas akan mencapai USD 3.800 per troy ons pada akhir tahun ini, sebelum melampaui angka USD 4.000 pada pertengahan 2026. Proyeksi ini mencerminkan keyakinan yang kuat terhadap daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi, devaluasi mata uang, dan risiko sistemik dalam sistem keuangan global.
Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas adalah permintaan investasi yang kuat. Investor mencari aset yang aman dan likuid di tengah volatilitas pasar dan ketidakpastian ekonomi. Emas, dengan sejarah panjang sebagai penyimpan nilai, menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang ingin melindungi kekayaan mereka dari erosi inflasi dan gejolak pasar.
Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat di berbagai belahan dunia juga berkontribusi pada permintaan emas yang lebih tinggi. Konflik perdagangan, sanksi ekonomi, dan ketidakstabilan politik regional mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam aset safe-haven seperti emas. Sejarah telah menunjukkan bahwa emas cenderung berkinerja baik selama periode ketidakpastian geopolitik, karena investor mencari aset yang tidak terpengaruh oleh peristiwa politik atau ekonomi tertentu.
Kekhawatiran tentang independensi bank sentral, terutama Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat, juga menjadi faktor yang mendukung kenaikan harga emas. Beberapa investor khawatir bahwa tekanan politik dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter The Fed, yang berpotensi mengurangi kredibilitas dan efektivitasnya. Kekhawatiran ini mendorong investor untuk mencari alternatif terhadap mata uang fiat, seperti emas, yang tidak tunduk pada manipulasi politik.
Saat ini, harga emas telah mencapai rekor tertinggi, mencapai USD 3.673,95 per troy ons. Kenaikan harga emas sepanjang tahun 2025 mencapai 38 persen. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi faktor, termasuk pelemahan dolar AS, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, kebijakan moneter longgar, dan ketidakpastian global.
Pelemahan dolar AS membuat emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, meningkatkan permintaan dan mendorong harga lebih tinggi. Selain itu, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama di negara-negara berkembang, juga berkontribusi pada kenaikan harga emas. Bank sentral membeli emas untuk diversifikasi cadangan devisa mereka dan melindungi diri dari fluktuasi nilai tukar.
Kebijakan moneter longgar, seperti suku bunga rendah dan program pembelian aset, juga mendukung kenaikan harga emas. Suku bunga rendah mengurangi biaya peluang memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau deposito. Program pembelian aset, atau quantitative easing (QE), meningkatkan likuiditas di pasar dan mendorong inflasi, yang membuat emas lebih menarik sebagai lindung nilai.
Ketidakpastian global, termasuk pandemi COVID-19, perang di Ukraina, dan krisis energi, juga mendorong permintaan emas yang lebih tinggi. Investor mencari aset yang aman dan likuid di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Emas, dengan sejarah panjang sebagai penyimpan nilai, menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang ingin melindungi kekayaan mereka dari gejolak pasar.
Terkait pembelian emas oleh bank sentral, ANZ memperkirakan pembelian akan tetap tinggi di kisaran 900 hingga 950 metrik ton pada tahun 2025, dengan pembelian 485 hingga 500 metrik ton pada paruh kedua tahun ini. Bank sentral China terus menambah cadangan emasnya selama 10 bulan berturut-turut hingga Agustus lalu.
Pembelian emas oleh bank sentral menunjukkan bahwa mereka melihat emas sebagai aset strategis untuk diversifikasi cadangan devisa dan melindungi diri dari risiko sistemik. Bank sentral di negara-negara berkembang, khususnya, telah meningkatkan pembelian emas mereka dalam beberapa tahun terakhir, karena mereka berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS dan mata uang cadangan lainnya.
"Risiko yang meningkat terhadap pasar tenaga kerja kemungkinan akan mendorong The Fed AS untuk mempertahankan sikap pelonggaran hingga Maret 2026. Hal ini akan memberikan tekanan ke bawah pada imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang biasanya meningkatkan daya tarik emas," tulis ANZ dalam laporannya.
Jika The Fed mempertahankan kebijakan moneter longgar, ini akan memberikan dukungan tambahan untuk harga emas. Suku bunga rendah dan program pembelian aset akan mengurangi biaya peluang memegang emas dan mendorong inflasi, yang membuat emas lebih menarik sebagai lindung nilai.
Selain emas, ANZ juga memproyeksikan harga perak akan meningkat pada akhir tahun. ANZ memperkirakan harga perak akan mencapai USD 44,7 per troy ons pada akhir tahun, didukung oleh kenaikan harga emas dan arus masuk Exchange Traded Fund (ETF) yang dinilai solid.
Perak, seperti emas, adalah logam mulia yang memiliki sejarah panjang sebagai penyimpan nilai. Perak juga digunakan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk elektronik, panel surya, dan peralatan medis. Permintaan industri untuk perak diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang, karena ekonomi global terus berkembang dan teknologi baru muncul.
Arus masuk ETF perak menunjukkan bahwa investor semakin tertarik pada logam mulia ini. ETF perak memberikan cara yang mudah dan likuid bagi investor untuk mendapatkan eksposur ke harga perak tanpa harus membeli dan menyimpan logam fisik.
Secara keseluruhan, prospek harga emas dan perak tetap positif dalam jangka menengah hingga panjang. Ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran ekonomi global, dan ekspektasi kebijakan moneter yang akomodatif dari bank sentral utama dunia diperkirakan akan terus mendorong permintaan terhadap logam mulia ini. Investor yang mencari aset yang aman dan likuid untuk melindungi kekayaan mereka dari erosi inflasi dan gejolak pasar dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian dari portofolio mereka ke emas dan perak.
Namun, penting untuk diingat bahwa investasi dalam logam mulia memiliki risiko. Harga emas dan perak dapat berfluktuasi secara signifikan dalam jangka pendek, dan investor harus siap menghadapi volatilitas ini. Selain itu, biaya penyimpanan dan asuransi untuk logam fisik dapat mengurangi pengembalian investasi.
Sebelum berinvestasi dalam emas atau perak, investor harus melakukan riset mereka sendiri dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan untuk menentukan apakah investasi ini sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko mereka. Diversifikasi portofolio juga penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi pengembalian.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, investor dapat membuat keputusan yang tepat tentang apakah akan berinvestasi dalam emas atau perak dan berapa banyak modal yang akan dialokasikan untuk logam mulia ini.