Harga Minyak Mentah Menguat Tipis ke Level USD 67,73, CPO Melesat 1,55 Persen

  • Maskobus
  • Aug 25, 2025

Harga minyak mentah dunia menunjukkan sinyal positif pada penutupan perdagangan Jumat (22/8), mengakhiri tren penurunan selama tiga pekan terakhir. Meskipun belum ada kepastian terkait potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, pasar energi global merespons dengan optimisme yang tercermin dari kenaikan harga minyak mentah.

Menurut laporan Reuters yang dikutip pada Senin (25/8), harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 6 sen atau 0,09 persen, mencapai level USD 67,73 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mencatatkan kenaikan sebesar 14 sen atau 0,22 persen, berada di posisi USD 63,66 per barel. Secara mingguan, Brent mengalami kenaikan sebesar 2,9 persen, sedangkan WTI naik 1,4 persen.

Kenaikan harga minyak mentah ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia akan mengamati kemungkinan kerja sama antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam mengakhiri perang. Trump juga berencana untuk mengatur pertemuan antara kedua pemimpin sebagai bagian dari upaya mediasi untuk mencapai kesepakatan damai.

Selain faktor geopolitik, data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) juga memberikan dampak pada pergerakan harga minyak mentah. Data hingga 15 Agustus menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan sebesar 6 juta barel. Penurunan stok ini mengindikasikan peningkatan permintaan atau penurunan produksi, yang dapat mendorong harga minyak mentah lebih tinggi.

Harga Minyak Mentah Menguat Tipis ke Level USD 67,73, CPO Melesat 1,55 Persen

Di sisi lain, perusahaan energi AS seperti Baker Hughes melaporkan penurunan jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi. Dalam lima minggu terakhir, jumlah rig telah dipangkas sebanyak empat kali, menunjukkan adanya penyesuaian dalam aktivitas pengeboran. Pada pekan yang berakhir 22 Agustus, jumlah rig minyak dan gas turun satu menjadi 538, level terendah sejak pertengahan Juli. Penurunan jumlah rig ini dapat mengindikasikan ekspektasi penurunan produksi di masa depan, yang juga dapat mendukung kenaikan harga minyak mentah.

Sementara itu, harga komoditas lain juga menunjukkan pergerakan yang menarik. Harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data dari situs Barchart, harga CPO untuk kontrak November 2025 naik 1,55 persen menjadi MYR 4.529 per ton pada Jumat (22/8). Kenaikan harga CPO ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan permintaan global, penurunan produksi akibat faktor cuaca, atau kebijakan pemerintah terkait ekspor CPO.

Selain CPO, harga batu bara juga terpantau mengalami kenaikan. Data dari Barchart menunjukkan bahwa harga batu bara untuk kontrak November 2025 naik 0,04 persen ke level USD 112,30 per ton. Kenaikan tipis ini menunjukkan bahwa permintaan batu bara masih stabil, meskipun ada upaya global untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Di sektor logam, harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) juga mengalami kenaikan. Harga nikel naik 1,15 persen ke posisi USD 15.100 per ton. Nikel merupakan bahan baku penting dalam produksi baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik, sehingga permintaannya terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri-industri tersebut.

Harga timah juga menunjukkan tren positif. Berdasarkan data dari LME, harga timah naik 1,16 persen ke posisi USD 33.809 per ton. Timah digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk solder, pelapis, dan kemasan makanan, sehingga permintaannya relatif stabil.

Secara keseluruhan, pergerakan harga komoditas pada akhir pekan lalu menunjukkan adanya sentimen positif di pasar energi dan logam. Kenaikan harga minyak mentah, CPO, batu bara, nikel, dan timah mengindikasikan bahwa permintaan global masih cukup kuat, meskipun ada tantangan geopolitik dan ekonomi yang sedang berlangsung.

Analisis Lebih Mendalam tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Mentah

Kenaikan tipis harga minyak mentah pada akhir pekan lalu merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor. Pertama, ekspektasi pasar terhadap potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina memberikan dorongan psikologis bagi harga minyak. Meskipun belum ada kepastian, harapan bahwa konflik akan segera berakhir mengurangi kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak dari Rusia, salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

Kedua, penurunan stok minyak mentah AS juga berkontribusi pada kenaikan harga. Penurunan stok menunjukkan bahwa permintaan minyak di AS lebih tinggi daripada produksi, yang dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi atau penurunan impor. Dalam jangka pendek, penurunan stok dapat memicu kenaikan harga karena pasokan menjadi lebih terbatas.

Ketiga, penurunan jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi di AS mengindikasikan bahwa perusahaan energi mengurangi investasi dalam produksi baru. Hal ini dapat disebabkan oleh ekspektasi penurunan harga minyak di masa depan, atau karena perusahaan lebih fokus pada efisiensi dan profitabilitas daripada meningkatkan produksi. Penurunan jumlah rig dapat mengurangi pasokan minyak di masa depan, yang dapat mendukung kenaikan harga.

Namun, ada juga faktor-faktor yang dapat membatasi kenaikan harga minyak mentah. Pertama, ketidakpastian tentang prospek ekonomi global dapat mengurangi permintaan minyak. Jika ekonomi global melambat, permintaan minyak juga akan menurun, yang dapat menekan harga.

Kedua, peningkatan produksi minyak dari negara-negara lain dapat mengimbangi penurunan produksi dari AS. Misalnya, jika OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak) meningkatkan produksi, pasokan minyak global akan meningkat, yang dapat menekan harga.

Ketiga, perkembangan teknologi energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada minyak. Jika energi terbarukan menjadi lebih murah dan lebih efisien, permintaan minyak akan menurun dalam jangka panjang, yang dapat menekan harga.

Implikasi bagi Indonesia

Pergerakan harga komoditas global, termasuk minyak mentah dan CPO, memiliki implikasi yang signifikan bagi Indonesia. Sebagai negara produsen minyak dan CPO, Indonesia diuntungkan dari kenaikan harga komoditas tersebut. Kenaikan harga minyak mentah dapat meningkatkan pendapatan negara dari ekspor minyak, serta meningkatkan laba perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia.

Kenaikan harga CPO juga dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit, serta meningkatkan pendapatan negara dari ekspor CPO. Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia, sehingga kenaikan harga CPO memiliki dampak positif yang besar bagi perekonomian Indonesia.

Namun, kenaikan harga minyak mentah juga dapat berdampak negatif bagi konsumen di Indonesia. Kenaikan harga minyak mentah dapat menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang dapat meningkatkan biaya transportasi dan inflasi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif ini, misalnya dengan memberikan subsidi BBM atau meningkatkan efisiensi energi.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi ekonomi agar tidak terlalu bergantung pada komoditas. Dengan mengembangkan sektor-sektor lain seperti manufaktur dan jasa, Indonesia dapat mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga komoditas global.

Prospek ke Depan

Prospek harga komoditas global, termasuk minyak mentah dan CPO, sangat tergantung pada perkembangan ekonomi global, geopolitik, dan teknologi. Jika ekonomi global terus tumbuh, permintaan komoditas akan meningkat, yang dapat mendukung kenaikan harga.

Namun, ketidakpastian geopolitik seperti konflik antara Rusia dan Ukraina dapat mengganggu pasokan komoditas, yang dapat menyebabkan lonjakan harga. Perkembangan teknologi energi terbarukan juga dapat mengurangi permintaan komoditas dalam jangka panjang, yang dapat menekan harga.

Pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia perlu memantau perkembangan-perkembangan ini dengan cermat, serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola risiko dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat terus memperoleh manfaat dari kekayaan sumber daya alamnya, sambil membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :