Solo – Bagi sebagian masyarakat Indonesia, khususnya yang masih memegang teguh tradisi Jawa, malam Jumat memiliki nilai dan makna tersendiri. Lebih dari sekadar penanda menjelang akhir pekan, malam Jumat sering dikaitkan dengan berbagai praktik spiritual, adat istiadat, hingga kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Tak heran, menjelang malam ini, pertanyaan "Hari ini malam Jumat apa?" kerap muncul, seiring dengan rasa ingin tahu mengenai keistimewaan atau potensi pantangan yang menyertainya.
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, seorang akademisi yang mendalami kajian keislaman dan budaya, menjelaskan bahwa di sebagian kalangan masyarakat, malam Jumat seringkali dipandang dari sudut pandang yang bernuansa mistis. Pandangan ini, menurutnya, diperkuat oleh representasi malam Jumat dalam budaya populer, khususnya melalui tayangan film horor di televisi yang rutin hadir pada malam tersebut. Akibatnya, citra malam yang seharusnya sakral dan penuh keberkahan, bergeser menjadi menakutkan dan identik dengan dunia gaib.
Lantas, bagaimana sebenarnya penentuan malam Jumat dalam kalender Jawa, dan apa saja yang perlu diketahui terkait dengan tanggal 5 September 2025? Mari kita simak penjelasan lengkap berikut ini, yang akan mengupas tuntas mengenai kalender Jawa, weton, serta mitos-mitos yang melekat pada malam Jumat Kliwon.
Pertanyaan mengenai malam Jumat seringkali muncul karena adanya perbedaan sistem penanggalan antara kalender Masehi yang kita gunakan sehari-hari, dengan kalender Jawa yang memiliki perhitungan tersendiri. Dalam tradisi Jawa, pergantian hari tidak terjadi pada tengah malam seperti dalam kalender Masehi, melainkan dimulai saat matahari terbenam. Dengan kata lain, Kamis malam dalam kalender Masehi, sudah dianggap sebagai hari Jumat dalam hitungan Jawa maupun Hijriah.
Berdasarkan penanggalan yang tertera pada Kalender Hijriah Indonesia terbitan Kementerian Agama RI, Kamis 4 September 2025 malam, sudah memasuki hari Jumat 5 September 2025. Lebih spesifik lagi, malam itu bertepatan dengan Jumat Kliwon, sebuah kombinasi hari dan pasaran dalam kalender Jawa yang dianggap memiliki makna khusus. Dalam penanggalan Hijriah, tanggal tersebut adalah 12 Rabiul Awal 1447 H, sementara dalam penanggalan Jawa, adalah 12 Mulud 1959 Dal. Bulan Mulud sendiri merupakan bulan yang penting dalam tradisi Jawa, karena diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Vivit Fitriyanti, dalam bukunya yang berjudul "Kalender Hijriyah Dalam Kajian Syari’ah dan Astronomi," menjelaskan bahwa kalender Jawa merupakan hasil dari penyatuan dua sistem penanggalan yang berbeda. Pada tahun 1633 Masehi, Sultan Agung dari Mataram, seorang tokoh yang memiliki visi untuk menyatukan berbagai elemen budaya dan agama, menggabungkan tahun Saka yang berbasis pada pergerakan matahari, dengan sistem Hijriah yang berbasis pada pergerakan bulan. Dari sinilah kemudian lahir penanggalan Jawa Islam, yang hingga kini masih menjadi rujukan bagi sebagian besar masyarakat Jawa dalam menentukan hari-hari penting, termasuk malam Jumat.
Dengan patokan tersebut, pergantian tanggal Jawa selalu terjadi setelah matahari terbenam. Oleh karena itu, meskipun secara kalender Masehi masih menunjukkan hari Kamis, namun selepas waktu maghrib, sudah dianggap masuk hari Jumat Kliwon. Inilah sebabnya mengapa pada Kamis malam, kita menyebutnya sebagai malam Jumat Kliwon.
Kalender Jawa 5 September 2025
Setelah memahami bahwa malam ini bertepatan dengan malam Jumat Kliwon, tentu menarik untuk melihat bagaimana penanggalan Jawa mencatat hari berikutnya, yaitu tanggal 5 September 2025. Kalender Jawa seringkali dijadikan acuan untuk mengetahui weton seseorang, serta makna yang terkandung dalam hari-hari tertentu. Karena itu, mari kita lihat bagaimana catatan dalam Kalender Jawa untuk tanggal 5 September 2025, yang dikutip dari Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 terbitan Kemenag RI:
- Tanggal Masehi: 5 September 2025
- Tanggal Jawa: 12 Mulud 1959 Dal
- Hari: Jumat
- Pasaran: Kliwon
- Weton: Jumat Kliwon
- Windu: Sancaya
- Lambang: Kala Tinantang
Watak Kelahiran Jumat Kliwon
Dalam tradisi Jawa, weton tidak hanya sekadar penanda hari kelahiran, tetapi juga diyakini dapat memberikan gambaran mengenai watak atau karakter seseorang. Mama Flo, dalam bukunya yang berjudul "Primbon Praktis," menjelaskan bahwa orang yang lahir pada Jumat Kliwon memiliki jumlah neptu 14 (Jumat 6 + Kliwon 8). Neptu sendiri merupakan angka yang diperoleh dari penjumlahan nilai hari dan pasaran dalam kalender Jawa.
Berdasarkan hitungan neptu ini, orang yang lahir pada Jumat Kliwon digambarkan sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk menguasai berbagai jenis pekerjaan. Mereka cenderung cepat dalam memahami penjelasan, memiliki daya serap yang baik, dan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai orang yang cerdas dan memiliki intuisi yang kuat.
Namun demikian, weton Jumat Kliwon juga memiliki sisi negatif yang perlu diperhatikan. Orang dengan weton ini cenderung memiliki sifat malas dan kurang disiplin, sehingga terkadang sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, kondisi rezeki mereka juga tidak selalu berlimpah, dan cenderung mengalami fluktuasi.
Meskipun demikian, sifat baik hati dan ramah yang dimiliki oleh orang Jumat Kliwon, membuat mereka tetap disukai oleh banyak orang. Mereka mudah bergaul, memiliki banyak teman, dan selalu siap membantu orang lain yang membutuhkan. Mereka juga dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya.
Jika dihitung dengan metode sisa pembagian delapan, jumlah neptu 14 akan menghasilkan sisa 6. Artinya, orang dengan weton ini mungkin memiliki sisi "buruk" atau kelemahan tertentu yang perlu dikendalikan. Kelemahan ini bisa muncul dalam bentuk kebiasaan kurang konsisten, sifat yang mudah goyah, atau perilaku yang sesekali merugikan dirinya sendiri. Oleh karena itu, penting bagi orang yang lahir pada Jumat Kliwon untuk selalu berusaha mengembangkan diri dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.
Selain itu, watak menurut weton juga menyebutkan bahwa pria kelahiran Jumat Kliwon cenderung pendiam dan tidak banyak bicara. Mereka lebih suka mengamati dan berpikir sebelum bertindak. Sebaliknya, wanita kelahiran Jumat Kliwon justru lebih cerewet atau banyak berbicara, tanpa memandang lawan jenisnya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa karakter laki-laki dan perempuan dalam weton yang sama, bisa menonjol pada sisi yang berbeda.
Mitos Malam Jumat Kliwon
Malam Jumat Kliwon dikenal kaya akan mitos dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat Jawa. Berikut ini adalah beberapa mitos yang paling populer, yang dihimpun dari berbagai sumber seperti buku "Etnologi Jawa" oleh Suwardi Endraswara, "Asal-usul & Sejarah Orang Jawa" oleh Sri Wintala Achmad, "Tafsir Kauniyah" tulisan Samsul Nizar, "Ziarah dan Wali di Dunia Islam" oleh Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot, serta "Misteri Hari Jumat Mengungkapkan Spirit Peradaban Islam pada Hari Jumat" tulisan Mokhamad Samson Fajar:
-
Stigma Horor Akibat Budaya Populer: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, malam Jumat Kliwon kini telah menjadi simbol horor dalam budaya populer. Hal ini disebabkan oleh tayangan film horor di televisi yang rutin hadir pada malam tersebut, sehingga citra menyeramkan ini semakin menguat dan diwariskan secara turun-temurun kepada generasi muda. Stigma ini dianggap menyedihkan karena telah menggeser makna spiritual yang lebih dalam, menjadi sekadar tontonan hiburan yang menakutkan.
-
Malam Penuh Berkah untuk Memulai Kebaikan: Bertolak belakang dengan kesan angkernya, banyak masyarakat Jawa justru memandang Jumat Kliwon sebagai malam yang penuh berkah. Hari ini seringkali dipilih sebagai waktu yang tepat untuk mengadakan selamatan, wirid, atau sembahyang hajat sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan. Kepercayaan ini lahir dari petung Jawa, yaitu sistem perhitungan hari warisan leluhur yang kompleks. Berdasarkan perhitungan tersebut, Jumat Kliwon dianggap sebagai hari yang baik untuk memulai sesuatu yang baru, baik itu menuntut ilmu dunia maupun akhirat. Tradisi ini menunjukkan adanya keyakinan kuat akan pentingnya harmoni antara waktu, niat, dan perbuatan.
-
Arena Pembuktian Ilmu Gaib: Kekuatan spiritual yang pekat pada malam Jumat Kliwon diyakini membuka gerbang antara dunia nyata dan alam gaib menjadi sangat tipis. Karena itulah, waktu ini dianggap paling sakral bagi para pengamal ilmu kebatinan untuk menjalankan ritual seperti bertapa, meramal, atau menjalani tirakat puasa mutih. Malam ini dipercaya menjadi momen puncak untuk menguji dan membuktikan kekuatan spiritual mereka. Bahkan, bagi mereka yang menempuh ilmu sesat, malam Jumat Kliwon dianggap sebagai "kelas praktikum" perdana. Mereka percaya akan diuji dengan berbagai gangguan makhluk halus, mulai dari hantu topeng hingga godaan perempuan cantik.
-
Ancaman Ilmu Hitam dan Penjagaan Makam: Di sisi lain, kekuatan spiritual Jumat Kliwon juga diyakini rawan disalahgunakan untuk praktik ilmu hitam. Salah satu mitos paling kelam yang berkembang adalah jika seseorang meninggal pada hari ini, makamnya harus dijaga ketat selama 40 hari penuh. Penjagaan ini dilakukan karena adanya kekhawatiran besar akan pencurian jenazah atau bagian tubuhnya. Menurut kepercayaan, bagian tubuh jenazah seperti kain kafan dan lidah dapat digunakan sebagai media untuk praktik ilmu hitam, seperti sihir atau santet.
-
Larangan Mencabut Alis untuk Menghindari Tuyul: Salah satu larangan unik yang berkembang di masyarakat Jawa saat malam Jumat Kliwon adalah tidak boleh mencabut alis mata. Kepercayaan ini muncul karena malam tersebut dianggap sebagai waktu di mana batas antara dunia manusia dan alam gaib menjadi sangat tipis. Tindakan mencabut alis diyakini dapat mengundang kehadiran makhluk halus bertubuh kecil yang dikenal sebagai tuyul, yang konon tertarik pada aktivitas semacam itu.
-
Mitos Hujan Malam Jumat Kliwon: Selain mitos yang menyeramkan, ada pula keyakinan yang menghubungkan Jumat Kliwon dengan kekuatan alam. Dalam tradisi masyarakat Jawa, hujan yang turun pada malam ini tidak dianggap sebagai hujan biasa. Airnya dipercaya memiliki khasiat khusus sebagai "air penerang hati" yang mampu membersihkan jiwa dan pikiran dari energi negatif. Oleh karena itu, banyak orang yang sengaja menadahkan mangkok atau wadah di halaman rumah untuk menampung air hujan tersebut. Air ini kemudian digunakan untuk kebutuhan spiritual, misalnya untuk membasuh wajah agar hati lebih tenang atau sebagai media dalam berdoa.
Daftar Malam Jumat Bulan September 2025
Selain malam Jumat Kliwon yang jatuh pada 5 September 2025, sepanjang bulan ini masih ada beberapa malam Jumat lain yang akan dilewati. Setiap pekan, pasaran yang menyertainya pun berbeda-beda sesuai perhitungan kalender Jawa.
Bagi masyarakat Jawa, malam Jumat kerap memiliki makna khusus. Ada yang menjadikannya momen berziarah, mengaji, atau sekadar berdoa bersama keluarga. Berikut daftar malam Jumat di bulan September 2025:
- Malam Jumat, 5 September 2025 (Jumat Kliwon)
- Malam Jumat, 12 September 2025 (Jumat Legi)
- Malam Jumat, 19 September 2025 (Jumat Pahing)
- Malam Jumat, 26 September 2025 (Jumat Pon)
Demikianlah penjelasan lengkap mengenai hari ini yang memasuki malam Jumat Kliwon. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita mengenai kekayaan tradisi dan budaya Jawa.