Bareskrim Polri telah mengumumkan hasil tes DNA yang dilakukan untuk memastikan hubungan antara mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK), dengan anak dari Lisa Mariana yang berinisial CA. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kecocokan DNA antara RK dan CA. Pengumuman ini segera memicu berbagai reaksi dari netizen di media sosial.
"Bahwa Saudara RK dengan anak Saudari LM berinisial CA tidak memiliki kecocokan DNA atau non-identik," ujar Kasubdit I Dittipidsiber Bareskrim Polri, Kombes Rizki Agung Prakoso, dalam konferensi pers yang diadakan di Bareskrim Polri pada Rabu, 20 Agustus 2025. Pernyataan ini secara resmi mengakhiri spekulasi yang beredar mengenai kemungkinan RK sebagai ayah biologis dari CA.
Proses tes DNA sendiri telah dilakukan sebelumnya di gedung Bareskrim Polri, Jakarta, pada Kamis, 7 Agustus 2025. Sampel darah dan air liur dari RK, Lisa Mariana, dan CA telah diambil dan kemudian dibawa ke laboratorium Pusdokkes Polri untuk dianalisis secara mendalam. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memberikan bukti ilmiah yang kuat dan tidak terbantahkan terkait isu yang berkembang.
Reaksi netizen terhadap pengumuman ini sangat beragam. Di platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), nama Lisa Mariana bahkan sempat menjadi trending topic, menunjukkan betapa banyak orang yang tertarik dan mengikuti perkembangan kasus ini. Berbagai komentar dan opini pun bermunculan, mencerminkan pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat.
Seorang netizen menulis, "Breaking news, hasil tes DNA anak LM RK negatif Haha aslinya ga ngikutin berita ini, cuma td lewat di IG aja." Komentar ini menunjukkan bahwa berita ini telah menyebar luas dan menarik perhatian banyak orang, bahkan mereka yang sebelumnya tidak terlalu mengikuti perkembangan kasus ini.
Netizen lain menimpali, "Ridwan Kamil bukan ayah biologis anak Lisa Mariana ..Hasil Tes DNA nya guys ..Ada yang lega ada yang engga." Komentar ini mencerminkan adanya polarisasi pendapat di kalangan netizen. Sebagian mungkin merasa lega dengan hasil tersebut, sementara yang lain mungkin merasa kecewa atau memiliki pandangan yang berbeda.
Ada juga netizen yang merasa penasaran dengan kelanjutan kasus ini. "Hasil tes dna RK, Lisa Mariana dan anaknya udah keluar dan ternyata bukan anak genetik RK. Apakah ini akan berlanjut lagi?" tulis seorang netizen. Pertanyaan ini menunjukkan adanya kekhawatiran atau antisipasi mengenai kemungkinan adanya implikasi hukum atau sosial lebih lanjut dari hasil tes DNA ini.
Untuk memahami lebih dalam mengenai pentingnya tes DNA dalam kasus ini, perlu dipahami apa itu tes DNA dan bagaimana prosesnya dilakukan. Deoxyribonucleic Acid atau DNA adalah materi genetik yang membawa instruksi untuk membentuk dan mengatur fungsi setiap makhluk hidup. DNA adalah ‘kode unik’ yang menentukan berbagai sifat fisik dan biologis seseorang. Setiap orang memiliki susunan DNA yang berbeda, kecuali pada kembar identik. DNA diwariskan dari orang tua kepada anak, sehingga memuat informasi genetik dari kedua pihak.
Dalam konteks hukum dan identifikasi biologis, tes DNA menjadi metode ilmiah yang sangat penting. Pemeriksaan ini mengedepankan bukti genetik yang objektif, bukan hanya keterangan lisan yang rentan terhadap interpretasi subjektif. Tes DNA adalah pemeriksaan ilmiah yang membandingkan susunan DNA dari dua atau lebih orang untuk melihat apakah ada kecocokan tertentu.
Tes DNA digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari memeriksa hubungan keluarga (misalnya tes paternitas), membantu diagnosis penyakit genetik, hingga identifikasi individu dalam kasus hukum atau forensik. Hasil tes DNA bersifat sangat akurat karena mengandalkan penanda genetik yang unik pada setiap orang. Akurasi ini sangat penting dalam menentukan kebenaran suatu fakta dan memberikan kepastian hukum.
Meskipun tidak ada persyaratan khusus bagi seseorang untuk menjalani tes DNA, pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh individu yang memiliki kepentingan tertentu, baik untuk tujuan medis, hukum, maupun pribadi. Dalam kasus yang melibatkan Ridwan Kamil dan Lisa Mariana, tes DNA dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan biologis antara RK dan CA, yang memiliki implikasi hukum dan sosial yang signifikan.
Proses tes DNA melibatkan beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Pertama, sampel DNA harus dikumpulkan dari individu yang terlibat. Sampel ini bisa berupa darah, air liur, rambut, atau jaringan tubuh lainnya. Kemudian, DNA diekstraksi dari sampel dan diperbanyak menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendapatkan jumlah DNA yang cukup untuk dianalisis.
Setelah DNA diperbanyak, langkah selanjutnya adalah menganalisis penanda genetik yang spesifik. Penanda genetik ini adalah bagian dari DNA yang memiliki variasi antar individu. Dengan membandingkan penanda genetik dari dua atau lebih individu, dapat ditentukan apakah ada kecocokan atau tidak. Tingkat kecocokan yang tinggi menunjukkan adanya hubungan keluarga, sedangkan tingkat kecocokan yang rendah atau tidak ada menunjukkan tidak adanya hubungan keluarga.
Dalam kasus tes paternitas, misalnya, tes DNA membandingkan penanda genetik anak dengan penanda genetik ibu dan calon ayah. Jika penanda genetik anak cocok dengan penanda genetik ibu dan calon ayah, maka calon ayah tersebut kemungkinan besar adalah ayah biologis anak tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada kecocokan, maka calon ayah tersebut bukan ayah biologis anak tersebut.
Hasil tes DNA biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan. Misalnya, jika hasil tes paternitas menunjukkan bahwa kemungkinan calon ayah adalah ayah biologis anak adalah 99,9%, maka dapat disimpulkan bahwa calon ayah tersebut hampir pasti adalah ayah biologis anak tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa tes DNA harus dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi dan memiliki standar kualitas yang tinggi. Hal ini untuk memastikan bahwa hasil tes yang diperoleh akurat dan dapat diandalkan. Selain itu, interpretasi hasil tes DNA juga harus dilakukan oleh ahli genetika atau profesional medis yang berpengalaman.
Dalam kasus yang melibatkan Ridwan Kamil dan Lisa Mariana, hasil tes DNA yang menunjukkan tidak adanya kecocokan antara RK dan CA telah memberikan kepastian hukum dan mengakhiri spekulasi yang beredar. Namun, kasus ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga privasi dan menghormati hak-hak individu yang terlibat.
Reaksi netizen terhadap kasus ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik. Komentar dan opini yang bermunculan di media sosial dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu isu dan bahkan dapat mempengaruhi proses hukum. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum tentu benar.
Sebagai penutup, kasus tes DNA antara Ridwan Kamil, Lisa Mariana, dan CA merupakan contoh nyata tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat digunakan untuk mengungkap kebenaran dan memberikan kepastian hukum. Namun, kasus ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga etika dan menghormati hak-hak individu dalam proses hukum.