Kabar perceraian pesepakbola Timnas Indonesia, Pratama Arhan, dengan istrinya yang juga selebriti media sosial, Azizah Salsha, menggemparkan dunia maya. Pengumuman sidang perdana cerai talak yang dijadwalkan di Pengadilan Agama Tigaraksa, Tangerang, pada Senin, 25 Agustus 2025, secara kebetulan bertepatan dengan aksi demonstrasi besar-besaran yang berlangsung di depan Gedung DPR RI, Jakarta.
- 0.1 Netizen Mengendus Aroma Pengalihan Isu yang Terstruktur
- 0.2 Fakta Perceraian dan Aksi Demonstrasi: Dua Peristiwa yang Saling Bersinggungan
- 0.3 Analisis Mendalam: Pengalihan Isu Sebagai Strategi Komunikasi Politik
- 0.4 Dampak Pengalihan Isu Terhadap Opini Publik
- 0.5 Etika Pengalihan Isu dalam Komunikasi Politik
- 0.6 Kesimpulan: Antara Kebetulan dan Konspirasi
Koinsidensi waktu ini sontak memicu gelombang spekulasi dan teori konspirasi di kalangan netizen. Banyak yang menduga bahwa kabar perceraian Arhan dan Azizah sengaja dihembuskan ke publik sebagai upaya pengalihan isu dari aksi demonstrasi yang tengah berlangsung. Kecurigaan ini semakin menguat mengingat eskalasi isu-isu krusial yang tengah dihadapi masyarakat, termasuk potensi kenaikan tunjangan anggota dewan yang memicu kemarahan publik.
Netizen Mengendus Aroma Pengalihan Isu yang Terstruktur
Di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), topik perceraian Arhan dan Azizah langsung merangsek naik, bersaing ketat dengan tagar-tagar terkait demonstrasi seperti #DemoHariIni dan #BubarkanDPR. Sejumlah netizen mengungkapkan kekhawatiran bahwa kehebohan kabar selebriti ini akan mengaburkan fokus publik dari isu-isu politik yang lebih substansial dan mendesak.
Akun @lalamoon55 misalnya, mencuit, "Tiap ada demo, pasti muncul berita Arhan sama Zize. Dan sekarang muncul berita ini, keliatan banget pengalihan isunya😩." Cuitan ini merefleksikan sentimen umum di kalangan netizen yang merasa ada pola terstruktur dalam kemunculan berita-berita selebriti di saat-saat genting politik.
Senada dengan itu, akun @cleyyraa menulis, "nanti dulu ya arhan rakyat fokus demo bubarin dpr dulu, lagian gugatnya dari 1 agustus kenapa baru sekarang di munculin beritanya gw tanya? pengalihan isu?" Pertanyaan ini menyoroti kejanggalan waktu pengumuman gugatan cerai yang diajukan sejak 1 Agustus 2025, namun baru mencuat ke publik bertepatan dengan aksi demonstrasi besar.
Akun @HILARlO bahkan membuat linimasa yang menghubungkan kemunculan berita terkait Arhan dan Azizah dengan momen-momen penting lainnya, "22 Agustus 2024: Demo Peringatan Darurat, video Azizah disebar. 25 Agustus 2025: Demo Bubarkan DPR, Arhan pun menggugat cerai. Absolute cinema 🎬." Cuitan ini menyiratkan adanya narasi yang dibangun secara sistematis untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu krusial.
Kecurigaan serupa juga diungkapkan oleh akun @ejaraos, "tapi aneh dah hari ini demo terus muncul berita hari ini arhan zize cerai, keliatan bat pengalihan isu nya anying." Ungkapan kekesalan ini mencerminkan frustrasi netizen terhadap upaya yang dianggap sebagai manipulasi informasi untuk meredam gejolak sosial.
Fakta Perceraian dan Aksi Demonstrasi: Dua Peristiwa yang Saling Bersinggungan
Dikutip dari detikHot, berdasarkan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), gugatan cerai talak Arhan terhadap Azizah terdaftar sejak 1 Agustus 2025 dengan nomor perkara 4274/Pdt.G/2025/PA.Tgrs. Dalam sidang perdana yang digelar pada 25 Agustus 2025, keduanya tidak hadir dan hanya diwakili oleh kuasa hukum masing-masing.
Di saat yang bersamaan, ribuan mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat lainnya menggelar aksi protes di depan Gedung DPR/MPR RI. Aksi ini bertujuan untuk menolak kenaikan tunjangan perumahan anggota dewan yang disebut-sebut mencapai Rp 50 juta per bulan. Aksi ini sempat memanas ketika aparat keamanan mencoba membubarkan massa, menunjukkan betapa tingginya tensi politik dan kemarahan publik saat itu.
Pertemuan dua peristiwa ini – perceraian selebriti dan aksi demonstrasi besar – memicu perdebatan sengit di media sosial. Sebagian netizen percaya bahwa ini hanyalah kebetulan semata, sementara yang lain meyakini adanya upaya terkoordinasi untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu politik yang lebih penting.
Analisis Mendalam: Pengalihan Isu Sebagai Strategi Komunikasi Politik
Pengalihan isu, atau yang sering disebut sebagai "spin," adalah strategi komunikasi yang umum digunakan dalam politik dan hubungan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian publik dari isu yang merugikan atau kontroversial ke isu yang lebih menguntungkan atau kurang sensitif.
Dalam konteks ini, kabar perceraian Arhan dan Azizah, yang notabene merupakan isu selebriti, dinilai oleh sebagian netizen sebagai alat untuk mengalihkan perhatian dari aksi demonstrasi yang menyoroti isu-isu krusial seperti korupsi, ketidakadilan, dan kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat.
Strategi pengalihan isu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
- Menghembuskan isu baru yang lebih sensasional: Dalam kasus ini, kabar perceraian selebriti dianggap lebih menarik perhatian publik dibandingkan isu politik yang kompleks dan abstrak.
- Menyerang kredibilitas lawan: Upaya ini bertujuan untuk merusak reputasi pihak yang mengkritik atau menentang kebijakan yang sedang dipertanyakan.
- Mengklaim keberhasilan atau pencapaian yang tidak relevan: Strategi ini digunakan untuk menciptakan kesan positif di tengah krisis atau kontroversi.
- Menggunakan humor atau satir untuk meredakan ketegangan: Cara ini efektif untuk mengalihkan perhatian dari isu serius dengan menciptakan suasana yang lebih ringan dan menyenangkan.
Dampak Pengalihan Isu Terhadap Opini Publik
Pengalihan isu dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap opini publik. Jika berhasil, strategi ini dapat:
- Mengurangi perhatian terhadap isu yang merugikan: Publik menjadi kurang fokus pada isu yang sebenarnya dan lebih tertarik pada isu yang sengaja dihembuskan.
- Membentuk persepsi yang menguntungkan: Masyarakat memiliki pandangan yang lebih positif terhadap pihak yang melakukan pengalihan isu.
- Meredam kritik dan oposisi: Pihak yang mengkritik atau menentang kebijakan menjadi kurang efektif karena perhatian publik telah dialihkan.
- Mempertahankan kekuasaan atau pengaruh: Strategi ini dapat membantu pihak yang berkuasa untuk mempertahankan posisinya meskipun menghadapi tekanan atau kritik.
Namun, pengalihan isu juga dapat memiliki dampak negatif, terutama jika terdeteksi oleh publik. Jika masyarakat menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi, hal ini dapat menyebabkan:
- Kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah atau tokoh publik: Masyarakat merasa dibohongi dan dikhianati.
- Meningkatnya skeptisisme dan sinisme: Masyarakat menjadi lebih curiga terhadap semua informasi yang mereka terima.
- Berkurangnya partisipasi politik: Masyarakat merasa tidak berdaya dan enggan terlibat dalam proses politik.
- Memicu protes dan demonstrasi: Jika masyarakat merasa sangat marah dan frustrasi, mereka dapat turun ke jalan untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka.
Etika Pengalihan Isu dalam Komunikasi Politik
Pengalihan isu adalah strategi yang kontroversial dalam komunikasi politik. Beberapa ahli berpendapat bahwa strategi ini tidak etis karena dianggap sebagai bentuk manipulasi informasi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pengalihan isu dapat dibenarkan dalam situasi tertentu, misalnya untuk melindungi kepentingan nasional atau mencegah kepanikan publik.
Namun, jika pengalihan isu digunakan untuk menutupi kebenaran, menyesatkan publik, atau merugikan kepentingan orang lain, maka strategi ini dianggap tidak etis dan dapat merusak kredibilitas pihak yang melakukannya.
Kesimpulan: Antara Kebetulan dan Konspirasi
Kabar perceraian Arhan dan Azizah yang bertepatan dengan aksi demonstrasi besar di depan Gedung DPR RI telah memicu perdebatan sengit di kalangan netizen. Sebagian percaya bahwa ini hanyalah kebetulan semata, sementara yang lain meyakini adanya upaya terkoordinasi untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu politik yang lebih penting.
Terlepas dari apakah ini merupakan kebetulan atau konspirasi, penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan waspada terhadap informasi yang mereka terima. Jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu sensasional dan selalu berusaha untuk mencari tahu kebenaran di balik setiap peristiwa. Dengan demikian, kita dapat menjadi warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab, serta tidak mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu mempertanyakan motif di balik setiap berita dan informasi yang kita konsumsi. Di era digital yang penuh dengan disinformasi dan propaganda, kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis menjadi semakin penting. Dengan demikian, kita dapat melindungi diri kita sendiri dari manipulasi dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih adil dan transparan.