Indonesia tengah menapaki jalur transformasi ekonomi yang bertumpu pada kekuatan digital. Hilirisasi digital, pemerataan akses internet yang merata ke seluruh pelosok negeri, serta antisipasi terhadap tantangan yang dibawa oleh kecerdasan buatan (AI) menjadi isu-isu strategis yang mendominasi agenda nasional. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebagai garda terdepan dalam pengembangan ekosistem internet di Indonesia, menegaskan bahwa saat ini Indonesia berada pada fase krusial. Fase ini menuntut Indonesia untuk tidak hanya berfokus pada pertumbuhan infrastruktur digital, tetapi juga memastikan bahwa teknologi digital memberikan dampak yang nyata dan terukur bagi masyarakat luas serta berbagai sektor industri yang ada.
Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, menyoroti potensi pertumbuhan eksponensial dalam trafik data yang akan dipicu oleh perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, lonjakan trafik data ini mengharuskan Indonesia untuk mempersiapkan jaringan internet yang tidak hanya tangguh dan aman, tetapi juga adaptif terhadap perubahan kebutuhan di masa depan. Investasi dalam infrastruktur jaringan yang mumpuni menjadi sebuah keniscayaan untuk memastikan kelancaran aktivitas digital di seluruh Indonesia.
"Transformasi digital bukan sekadar soal teknologi," tegas Arif, "ini tentang kedaulatan digital, pemerataan akses internet, dan keberlanjutan ekonomi nasional." Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa transformasi digital bukan hanya sekadar adopsi teknologi baru, tetapi juga menyangkut kepentingan nasional yang lebih besar, termasuk kemandirian dalam mengelola data dan infrastruktur digital, serta memastikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan manfaat dari kemajuan teknologi.
APJII, yang menaungi lebih dari 1.300 Penyedia Jasa Internet (ISP) di seluruh Indonesia, menekankan pentingnya hilirisasi digital. Hilirisasi digital dimaknai sebagai proses penerjemahan hasil riset, pengembangan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur menjadi manfaat nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan pelaku industri. Dengan kata lain, hilirisasi digital bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara inovasi teknologi dan implementasi praktis di lapangan.
Indonesia saat ini dipandang oleh komunitas global tidak hanya sebagai pasar yang besar dengan potensi konsumen yang melimpah, melainkan juga sebagai calon pusat inovasi digital di kawasan Asia Tenggara. Kepercayaan ini tercermin dari meningkatnya minat vendor teknologi global, investor, hingga startup internasional untuk menjalin kolaborasi dan berinvestasi di Indonesia. Potensi Indonesia sebagai pusat inovasi digital semakin diperkuat dengan keberadaan talenta-talenta muda yang kreatif dan inovatif, serta dukungan pemerintah yang semakin besar terhadap pengembangan ekosistem digital.
Direktur Indonesia Technology & Innovation (Inti), Hendri Bunardy, menilai bahwa momentum ini sangat penting untuk dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Indonesia perlu terus memperkuat posisinya sebagai pemain strategis di peta ekonomi digital regional.
"Indonesia berpotensi menjadi pintu gerbang investasi teknologi digital Asia Tenggara," jelas Hendri, "tetapi untuk itu, dibutuhkan sinergi yang kuat antara industri, regulator, dan akademisi." Sinergi antara berbagai pemangku kepentingan ini menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang kondusif, inovatif, dan kompetitif. Industri berperan sebagai penggerak utama inovasi, regulator bertugas menciptakan regulasi yang mendukung pertumbuhan dan perlindungan konsumen, sementara akademisi berperan sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas dan pusat pengembangan riset dan teknologi.
Seiring dengan akselerasi digital yang semakin pesat, sejumlah tantangan juga semakin mengemuka. Infrastruktur jaringan harus diperkuat secara berkelanjutan agar mampu menampung lonjakan trafik data yang terus meningkat. Keamanan siber perlu ditingkatkan secara signifikan untuk menghadapi ancaman global yang semakin kompleks dan canggih. Kualitas sumber daya manusia digital juga harus dipacu agar mampu bersaing di pasar kerja global yang semakin kompetitif.
APJII menekankan bahwa keberhasilan transformasi digital nasional hanya dapat dicapai jika seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, industri, akademisi, hingga masyarakat—bergerak bersama dan saling mendukung. Kolaborasi dan sinergi menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
"Ekosistem digital yang kuat, inklusif, dan kompetitif adalah fondasi agar Indonesia tidak hanya jadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen inovasi," kata Arif. Pernyataan ini menegaskan visi Indonesia untuk menjadi negara yang mandiri dan berdaulat dalam bidang teknologi digital, serta mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat global.
Untuk memperkuat isu tersebut dan mendorong kolaborasi lintas sektor, APJII bersama Inti menginisiasi berbagai forum kolaborasi yang mempertemukan regulator, operator telekomunikasi, vendor global, investor, hingga pelaku startup. Forum ini diharapkan menjadi ruang dialog kebijakan yang konstruktif, sekaligus sarana untuk mempertemukan inovasi dengan kebutuhan pasar. Melalui forum-forum ini, diharapkan dapat terjalin kemitraan strategis yang saling menguntungkan antara berbagai pihak, sehingga dapat mempercepat laju transformasi digital di Indonesia.
Inisiatif APJII dan Inti ini merupakan langkah konkret dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang berdaulat dalam bidang digital. Dengan memperkuat infrastruktur jaringan, meningkatkan keamanan siber, mengembangkan sumber daya manusia digital, dan mendorong kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat memanfaatkan potensi digital untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memperkuat daya saing bangsa di kancah global. Hilirisasi digital bukan hanya sekadar agenda teknologi, tetapi juga agenda pembangunan nasional yang strategis dan berkelanjutan.