IDAI Soroti Masalah di Balik Kematian Balita Sukabumi Pasca Kecacingan

  • Maskobus
  • Aug 23, 2025

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti kasus tragis kematian seorang balita di Sukabumi akibat kecacingan sebagai cerminan masalah sosial yang lebih dalam dan mendesak untuk diatasi. Kasus ini menjadi pengingat yang menyakitkan tentang pentingnya upaya promotif dan preventif kesehatan anak yang komprehensif dan terintegrasi. IDAI menekankan bahwa edukasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS) yang berkelanjutan, akses layanan kesehatan dasar yang merata dan terjangkau, serta intervensi sosial yang tepat sasaran adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.

Ketua Umum IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, dengan tegas menyatakan bahwa persoalan kecacingan tidak dapat dipandang semata-mata dari aspek medis. Menurutnya, kecacingan adalah masalah kompleks yang erat kaitannya dengan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kemiskinan, sanitasi yang buruk, kurangnya akses air bersih, dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian kecacingan, terutama pada anak-anak.

"Kalau masalah kecacingan, kita tidak bisa melihatnya dari satu aspek saja, yaitu penyakit. Ini masalah sosial juga," ujar dr. Piprim. Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya pendekatan multidisiplin dan kolaboratif dalam mengatasi masalah kecacingan. Upaya pencegahan dan penanggulangan kecacingan harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan keluarga.

IDAI sendiri telah memiliki program Pediatrician Social Responsibility, yang merupakan inisiatif mulia di mana seorang dokter anak menjadi relawan untuk mendampingi dua puskesmas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak di tingkat puskesmas, terutama dalam hal pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Dr. Piprim berharap pendekatan ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih banyak tenaga kesehatan dan kader, sehingga edukasi PHBS dapat berjalan lebih efektif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Edukasi PHBS merupakan pilar utama dalam pencegahan kecacingan. Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan setelah buang air besar, menjaga kebersihan lingkungan, mengonsumsi makanan yang bersih dan matang, serta menggunakan alas kaki saat beraktivitas di luar rumah. Selain itu, pemberian obat cacing secara berkala setiap enam bulan juga sangat penting untuk membasmi cacing yang mungkin sudah menginfeksi tubuh anak.

IDAI Soroti Masalah di Balik Kematian Balita Sukabumi Pasca Kecacingan

Dr. Piprim menekankan pentingnya pengawasan langsung oleh kader kesehatan dalam pemberian obat cacing. "Kalau pemberian obatnya diawasi dengan baik, lalu ada balita yang tidak datang kemudian didatangi, maka pencegahannya bisa berjalan optimal," katanya. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak mendapatkan obat cacing secara teratur dan tepat dosis. Kader kesehatan juga dapat memberikan edukasi dan konseling kepada orang tua tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan anak.

Selain edukasi PHBS dan pemberian obat cacing, IDAI juga menyoroti pentingnya menggiatkan kembali program Bina Keluarga Balita (BKB). Program BKB merupakan program pendidikan dan pengasuhan anak usia dini yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak secara optimal. Melalui program BKB, orang tua mendapatkan informasi dan keterampilan tentang cara memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia anak, menjaga kesehatan dan gizi anak, serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.

Dr. Piprim menegaskan bahwa pembangunan kesehatan seharusnya dimulai dari hulu, yaitu melalui edukasi dan pengobatan preventif, bukan sekadar hilirisasi kesehatan gedung-gedung RS belasan lantai dan cathlab miliaran rupiah. Pernyataan ini merupakan kritik terhadap sistem kesehatan yang selama ini lebih fokus pada pengobatan kuratif daripada upaya pencegahan. IDAI berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan upaya promotif dan preventif kesehatan, sehingga masalah kesehatan dapat dicegah sejak dini dan tidak sampai menimbulkan dampak yang fatal.

Kasus kematian balita bernama Raya di Sukabumi menjadi contoh nyata betapa pentingnya upaya promotif dan preventif kesehatan. Raya dibawa ke RSUD Syamsudin, Sukabumi, pada 13 Juli 2025 dalam kondisi kritis. Saat penanganan, cacing sempat keluar dari hidung balita tersebut. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan Raya terkena ascariasis, yaitu infeksi akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides).

Kondisi Raya semakin diperburuk oleh faktor sosial dan ekonomi yang kurang mendukung. Ibunya disebut mengalami masalah mental sehingga kesulitan mengasuh, sementara ayahnya mengidap tuberkulosis (TB). Keluarga juga tidak memiliki kepesertaan BPJS Kesehatan, sehingga sulit mengakses layanan medis. Tragisnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.

Kasus Raya ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari masalah sosial. Kemiskinan, masalah mental, penyakit menular, dan kurangnya akses layanan kesehatan adalah faktor-faktor yang saling terkait dan dapat memperburuk kondisi kesehatan seseorang. Oleh karena itu, penanganan masalah kesehatan harus dilakukan secara holistik dan terintegrasi, dengan memperhatikan faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhinya.

Menanggapi kasus ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjatuhkan sanksi administratif kepada Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Sukabumi. Ia memutuskan menghentikan sementara pencairan dana desa karena menilai perangkat desa lalai dalam menjalankan tanggung jawab terhadap warganya. Sanksi ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi perangkat desa lainnya untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan warganya.

Kasus kematian Raya adalah tragedi yang seharusnya tidak perlu terjadi. Dengan upaya promotif dan preventif kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi, kasus serupa dapat dicegah di masa depan. Pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan keluarga harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung bagi tumbuh kembang anak secara optimal.

IDAI mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya PHBS dan akses layanan kesehatan. Edukasi PHBS harus dilakukan secara berkelanjutan dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah harus memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses layanan kesehatan yang merata dan terjangkau, tanpa terkecuali. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan berkualitas.

Selain itu, IDAI juga menekankan pentingnya peran media massa dalam menyebarkan informasi tentang kesehatan anak. Media massa dapat menjadi mitra strategis dalam mengedukasi masyarakat tentang PHBS, pentingnya imunisasi, gizi seimbang, dan berbagai masalah kesehatan anak lainnya. Dengan informasi yang akurat dan mudah dipahami, masyarakat dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menjaga kesehatan anak-anak mereka.

IDAI juga mengimbau kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak mereka. Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan makanan yang bergizi seimbang, imunisasi lengkap, dan lingkungan yang bersih dan sehat. Jika anak mengalami gejala penyakit, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Kasus kematian Raya adalah pengingat yang menyakitkan tentang pentingnya investasi dalam kesehatan anak. Kesehatan anak adalah investasi masa depan bangsa. Dengan menjaga kesehatan anak-anak kita, kita telah mempersiapkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Mari kita jadikan kesehatan anak sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional.

IDAI berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia. Melalui berbagai program dan kegiatan, IDAI akan terus memberikan edukasi dan pelatihan kepada tenaga kesehatan, melakukan penelitian tentang masalah kesehatan anak, dan mengadvokasi kebijakan yang mendukung kesehatan anak. IDAI berharap dapat menjadi mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia yang sehat dan sejahtera.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :