IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Panjang, Investor Nantikan Arah Kebijakan Suku Bunga Global

  • Maskobus
  • Aug 19, 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami tekanan pelemahan pada perdagangan hari Selasa, 19 Agustus 2025, setelah libur panjang akhir pekan. Pada penutupan perdagangan terakhir sebelum libur, Jumat, 15 Agustus 2025, IHSG tercatat melemah sebesar 32,876 poin atau 0,41 persen, berakhir di level 7.898,37. Sentimen negatif ini diperkirakan akan berlanjut seiring dengan adanya aksi profit taking yang dilakukan oleh investor setelah melihat penguatan signifikan yang terjadi pada IHSG sepanjang pekan sebelumnya.

Analis dari Phintraco Sekuritas mengungkapkan bahwa pelemahan IHSG juga dipicu oleh sentimen regional dan global. Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi sektor yang mengalami pelemahan terbesar, sementara sektor teknologi masih mampu mencatatkan penguatan. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran minat investor dari sektor yang sensitif terhadap suku bunga ke sektor yang memiliki prospek pertumbuhan yang lebih menjanjikan.

Selain itu, pasar juga tengah mencermati target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Presiden menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2026 sebesar 5,4 persen, dengan anggaran tahunan mencapai USD 234 miliar, meningkat 7,3 persen secara year on year (yoy). Pemerintah juga menargetkan defisit anggaran pada tahun 2026 sebesar 2,48 persen dari PDB, dengan target menutup defisit tersebut pada tahun 2028. Target-target ini memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pemerintah akan mencapai target tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Dari sisi teknikal, analis Phintraco Sekuritas melihat bahwa indikator Stochastic RSI pada grafik IHSG telah mendekati area overbought, yang mengindikasikan bahwa IHSG sudah terlalu tinggi dan rentan terhadap koreksi. Selain itu, volume penjualan juga meningkat secara signifikan, yang semakin memperkuat potensi terjadinya koreksi pada IHSG.

IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Panjang, Investor Nantikan Arah Kebijakan Suku Bunga Global

"Sehingga diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan koreksi dan berpeluang menutup gap down di level 7.800," tulis analis Phintraco Sekuritas dalam risetnya. Level 7.800 menjadi level support penting yang perlu diperhatikan oleh investor. Jika IHSG mampu bertahan di atas level tersebut, maka potensi untuk kembali menguat masih terbuka. Namun, jika level tersebut jebol, maka IHSG berpotensi untuk melanjutkan penurunannya.

Selain faktor-faktor teknikal, pasar juga akan dipengaruhi oleh sentimen global, terutama dari pertemuan para bank sentral dunia di Simposium Jackson Hole yang akan berlangsung pada tanggal 21-23 Agustus 2025. Pertemuan ini akan menjadi fokus utama para investor, karena mereka berharap untuk mendapatkan indikasi mengenai arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) selanjutnya.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan akan memberikan pidato mengenai arah kebijakan suku bunga pada hari Jumat, 22 Agustus 2025. Pidato ini akan sangat dinantikan oleh para investor, karena akan memberikan petunjuk mengenai apakah The Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi, atau akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Selain pidato Jerome Powell, investor juga akan mencermati rilis Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes pada tanggal 21 Agustus 2025, serta data sektor perumahan di Amerika Serikat. Indeks PMI juga akan dirilis di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Euro Area, Inggris, Jepang, Australia, dan India. Data-data ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi global dan dapat mempengaruhi sentimen pasar.

Dari dalam negeri, investor akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus 2025. Konsensus pasar memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan BI Rate pada level 5,25 persen. Namun, investor juga akan mencermati pernyataan BI mengenai prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta arah kebijakan moneter BI selanjutnya.

Menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini, analis Phintraco Sekuritas merekomendasikan beberapa saham yang layak untuk diperhatikan, yaitu MYOR (Mayora Indah), MAPA (Mitra Adiperkasa), ASSA (Adi Sarana Armada), PGAS (Perusahaan Gas Negara), dan ELSA (Elnusa). Saham-saham ini dinilai memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang menarik.

Sementara itu, analis MNC Sekuritas memperkirakan bahwa posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave [v] dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam. Hal ini berarti bahwa masih terdapat ruang bagi IHSG untuk menguat menguji level 8.025-8.102. Namun demikian, investor juga perlu waspada terhadap potensi terjadinya koreksi jangka pendek ke rentang 7.815-7.892.

Analis MNC Sekuritas merekomendasikan saham BBNI (Bank Negara Indonesia), CMRY (Cimory Dairy), INKP (Indah Kiat Pulp & Paper), dan MAPI (Mitra Adiperkasa) untuk diperhatikan sepanjang perdagangan hari Selasa, 19 Agustus 2025. Saham-saham ini dinilai memiliki potensi untuk memberikan keuntungan bagi investor dalam jangka pendek.

Secara keseluruhan, prospek IHSG pada perdagangan hari Selasa, 19 Agustus 2025, diperkirakan akan cenderung melemah. Investor perlu berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi. Sentimen global, terutama dari pertemuan Simposium Jackson Hole dan RDG Bank Indonesia, akan menjadi faktor penentu arah pergerakan IHSG dalam beberapa hari mendatang.

Analisis Lebih Mendalam Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG

Untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif, berikut adalah analisis lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG:

  1. Profit Taking: Aksi profit taking merupakan hal yang wajar terjadi setelah IHSG mengalami penguatan yang signifikan. Investor yang telah mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham cenderung untuk menjual sebagian atau seluruh sahamnya untuk merealisasikan keuntungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan tekanan jual pada IHSG dan memicu terjadinya koreksi.

  2. Sentimen Global: Sentimen global, terutama dari Amerika Serikat, memiliki pengaruh yang besar terhadap pergerakan IHSG. Kebijakan moneter The Fed, data ekonomi AS, dan perkembangan geopolitik global dapat mempengaruhi sentimen investor dan memicu volatilitas pada pasar saham Indonesia.

  3. Simposium Jackson Hole: Pertemuan para bank sentral dunia di Simposium Jackson Hole merupakan agenda penting yang dinantikan oleh para investor. Pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga AS selanjutnya. Jika The Fed memberikan sinyal bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga, maka hal ini dapat memicu capital outflow dari negara-negara berkembang seperti Indonesia dan menekan IHSG.

  4. RDG Bank Indonesia: Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia merupakan agenda penting dari dalam negeri yang juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Keputusan BI mengenai suku bunga acuan akan mempengaruhi likuiditas di pasar keuangan dan dapat mempengaruhi minat investor terhadap saham. Jika BI mempertahankan suku bunga acuan, maka hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi pasar saham. Namun, jika BI menaikkan suku bunga acuan, maka hal ini dapat menekan IHSG.

  5. Faktor Teknikal: Analisis teknikal juga merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan investasi. Indikator-indikator teknikal seperti Stochastic RSI dan volume perdagangan dapat memberikan petunjuk mengenai potensi arah pergerakan IHSG.

Strategi Investasi yang Disarankan

Menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini, investor disarankan untuk menerapkan strategi investasi yang hati-hati dan selektif. Berikut adalah beberapa strategi investasi yang dapat dipertimbangkan:

  1. Diversifikasi Portofolio: Diversifikasi portofolio merupakan strategi penting untuk mengurangi risiko investasi. Investor disarankan untuk tidak hanya berinvestasi pada satu jenis saham atau sektor saja, tetapi juga pada berbagai jenis saham dan sektor yang berbeda.

  2. Selektif dalam Memilih Saham: Investor perlu selektif dalam memilih saham yang akan dibeli. Pilihlah saham-saham yang memiliki fundamental yang kuat, prospek pertumbuhan yang menarik, dan valuasi yang wajar.

  3. Manfaatkan Momentum Koreksi: Koreksi pasar dapat menjadi momentum yang baik untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga yang lebih murah. Namun, investor perlu berhati-hati dan melakukan analisis yang cermat sebelum membeli saham saat koreksi.

  4. Pertimbangkan Investasi Jangka Panjang: Investasi jangka panjang merupakan strategi yang lebih aman dan menguntungkan dalam jangka panjang. Investor disarankan untuk tidak terlalu terpaku pada fluktuasi harga saham dalam jangka pendek, tetapi fokus pada potensi pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.

  5. Kelola Risiko dengan Bijak: Pengelolaan risiko merupakan hal yang sangat penting dalam investasi. Investor perlu menentukan risk appetite dan risk tolerance mereka, serta menerapkan strategi stop loss untuk membatasi potensi kerugian.

Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :