Ilmuwan Menemukan Piramida yang Lebih Besar dari Giza di Mars

  • Maskobus
  • Sep 17, 2025

Penemuan formasi aneh di Mars, mulai dari piramida raksasa hingga geoglif misterius, kembali menghidupkan teori tentang peradaban kuno yang pernah menghuni planet merah ini. Citra yang diperoleh dari misi NASA, khususnya Mars Reconnaissance Orbiter, mengungkapkan bentuk-bentuk geometris yang terlalu presisi dan terstruktur untuk sekadar dianggap sebagai fenomena alam acak, memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan dan penggemar antariksa.

Gurun Mars yang tampak tandus dan tidak berpenghuni menyimpan misteri yang lebih dalam dari yang kita bayangkan. Semakin banyak peneliti yang menyoroti formasi geometris aneh yang tertangkap kamera NASA sebagai bukti kuat keberadaan peradaban kuno di masa lalu. Bahkan, beberapa temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terkemuka seperti Journal of Space Exploration, dengan argumen yang sederhana namun menggugah pikiran: bentuk-bentuk ini terlalu rapi, terlalu geometris, untuk dianggap sebagai produk alami yang terbentuk secara kebetulan. Apakah ini hanya sekadar ilusi optik ataukah petunjuk nyata tentang sejarah Mars yang terlupakan?

Salah satu fitur paling menarik perhatian adalah formasi yang menyerupai lubang kunci, terletak di dataran tinggi Libya Montes. Mars Reconnaissance Orbiter NASA berhasil memotret struktur ini pada tahun 2011, dan sejak saat itu, formasi aneh ini menjadi pusat perhatian karena bentuk dasarnya yang menyerupai baji yang diatapi oleh kubah bundar yang sempurna.

George J. Haas, pendiri The Cydonia Institute, seorang peneliti yang telah mengabdikan diri untuk mempelajari Mars selama lebih dari 30 tahun, menyatakan bahwa desain formasi "lubang kunci" ini terlalu kompleks dan simetris untuk diabaikan. Di matanya, struktur ini sangat mirip dengan situs pemakaman kuno di Jepang yang dikenal sebagai Makam Kofun, sebuah kompleks pemakaman monumental yang dibangun untuk para bangsawan dan anggota keluarga kerajaan.

Pada tahun 2016, Haas dan timnya menulis sebuah makalah penelitian yang menyatakan bahwa fitur ini terlalu presisi untuk dianggap sebagai kebetulan belaka. Mereka berpendapat bahwa simetri yang sempurna, sudut yang tepat, dan bentuk yang terdefinisi dengan jelas menunjukkan adanya desain yang disengaja, bukan hanya hasil erosi atau proses geologis alami. Meskipun banyak ilmuwan arus utama tidak setuju dengan interpretasi ini, dan menyebutnya sebagai contoh pareidolia (kecenderungan otak untuk melihat pola yang bermakna dalam gambar atau suara acak), Haas tetap bersikeras bahwa "Anda tidak perlu menjadi ahli geologi untuk mengetahui perbedaan antara batu dan patung."

Ilmuwan Menemukan Piramida yang Lebih Besar dari Giza di Mars

Selain formasi "lubang kunci," ada juga penemuan menarik lainnya yang muncul dalam gambar yang diambil di Cekungan Argyre pada tahun 2002. Peneliti Wilmer Faust melihat bentuk yang menyerupai burung dan meneruskannya kepada Haas, yang langsung mengenali apa yang kemudian dikenal sebagai geoglif burung beo. Dengan detail yang mencengangkan, termasuk mata, paruh, sayap, dan bahkan bulu-bulu yang terdefinisi dengan jelas, garis luar burung beo ini begitu detail sehingga Haas menghitung ada 22 poin ketepatan anatomi.

Untuk menguji validitas penemuan ini, Haas meminta bantuan lima dokter hewan, termasuk seorang spesialis burung, untuk meninjau gambar tersebut. Hasilnya, mereka semua sepakat bahwa bentuk tersebut sesuai dengan anatomi burung asli. Di Bumi, geoglif seperti garis Nazca yang terkenal di Peru sering menggambarkan hewan, tetapi Haas berpendapat bahwa tidak ada yang mendekati detail halus dan ketepatan anatomi dari geoglif burung beo di Mars ini.

Namun, sekali lagi, para ilmuwan arus utama berpendapat bahwa penampakan burung beo hanyalah kasus pareidolia, atau kecenderungan alami manusia untuk melihat wajah dan hewan di tempat-tempat yang sebenarnya tidak ada. Mereka berpendapat bahwa bentuk tersebut mungkin hanya hasil dari erosi atau pola alami yang menyerupai burung karena kebetulan semata.

Daftar anomali di Mars tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 1972, pesawat ruang angkasa Mariner 9 milik NASA memotret struktur yang menyerupai piramida di wilayah Elysium. Struktur segitiga ini, yang kemudian dikenal sebagai piramida Sagan, menjulang setinggi lebih dari 975 meter dan membentang hampir 3.048 meter. Ukurannya yang sangat besar membuat piramida ini lebih besar dari Piramida Giza yang terkenal di Mesir.

Struktur ini bahkan menarik perhatian Carl Sagan, seorang astronom dan ilmuwan planet terkemuka, yang menduga bahwa angin kencang dan badai pasir mungkin telah membentuknya. Namun, Sagan juga mengakui bahwa para ilmuwan perlu melihatnya dari dekat untuk memastikannya. Ia tidak sepenuhnya menolak kemungkinan bahwa piramida tersebut mungkin merupakan hasil dari proses alami yang unik, tetapi ia juga tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa itu mungkin merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar formasi geologis.

Haas mencatat bahwa piramida alami cenderung berbentuk kerucut, alih-alih bertepi tajam dan memiliki sisi yang datar seperti piramida Sagan. Ia bahkan membandingkannya dengan piramida tiga sisi langka di Area 51 di Nevada, yang dibangun untuk uji coba senjata. Kesamaan itu, katanya, merupakan petunjuk lain bahwa Mars mungkin pernah menjadi rumah bagi para pembangun, sebuah peradaban kuno yang mampu membangun struktur monumental yang menantang pemahaman kita tentang sejarah planet.

Di wilayah Nepenthes Mensae, sebuah dataran tinggi yang terjal, tersembunyi keanehan lain: struktur yang menyerupai starburst atau bintang laut. Dengan lima lengan yang terbentang seperti bintang laut dan gundukan di tengahnya, struktur ini langsung menarik perhatian Haas. Bentuknya yang unik dan simetris membuatnya berbeda dari formasi geologis lainnya yang ditemukan di Mars.

Haas membandingkannya dengan benteng-benteng bintang di Eropa, yang dibangun pada abad ke-16 dan ke-17. Salah satunya, Fort Henry di Tennessee, terlihat sangat mirip, bahkan hingga ke ujung-ujungnya yang terpotong. Benteng-benteng bintang ini dirancang dengan bentuk geometris yang kompleks untuk memberikan pertahanan yang optimal terhadap serangan musuh. Kesamaan antara struktur starburst di Mars dan benteng-benteng bintang di Bumi memicu spekulasi tentang kemungkinan adanya hubungan antara kedua peradaban tersebut, atau setidaknya adanya pengetahuan arsitektur yang serupa.

Meskipun banyak ilmuwan arus utama terus mengingatkan orang-orang bahwa erosi, tanah longsor, dan aktivitas vulkanik dapat menjelaskan banyak bentuk aneh yang ditemukan di Mars, Haas yakin bahwa planet merah ini menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar formasi geologis alami. Ia percaya bahwa Mars mungkin pernah menjadi rumah bagi peradaban yang maju secara teknologi dan budaya, dan bahwa tanda-tanda keberadaan mereka masih dapat ditemukan di permukaan planet ini.

"Mars akan menjadi gudang teknologi dan segala jenis informasi," ujarnya seperti dikutip dari Daily Mail. Ia berpendapat bahwa jika kita dapat menemukan bukti peradaban kuno di Mars, itu akan merevolusi pemahaman kita tentang sejarah manusia dan alam semesta.

Dengan SpaceX yang mengincar misi tanpa awak ke Planet Merah paling cepat pada tahun 2026, dan misi berawak pada tahun 2029, umat manusia mungkin akan segera mendapat kesempatan untuk mengetahui apakah tanda-tanda aneh ini merupakan keanehan geologis atau jejak terakhir kehidupan Mars. Apakah kita akan menemukan bukti peradaban kuno yang pernah menghuni planet ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti: misteri Mars terus memikat imajinasi kita dan mendorong kita untuk menjelajahi lebih jauh ke dalam alam semesta.

Penemuan piramida raksasa yang lebih besar dari Giza di Mars, bersama dengan formasi aneh lainnya, telah memicu perdebatan yang sengit di kalangan ilmuwan dan penggemar antariksa. Apakah ini hanya sekadar ilusi optik ataukah petunjuk nyata tentang sejarah Mars yang terlupakan? Hanya dengan eksplorasi lebih lanjut dan penelitian yang cermat kita dapat mengungkap kebenaran di balik misteri planet merah ini. Misi masa depan ke Mars, baik yang berawak maupun tidak berawak, akan memainkan peran penting dalam mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi di bawah permukaan planet ini. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita akan menemukan bukti yang tak terbantahkan tentang peradaban kuno yang pernah menghuni Mars, mengubah pemahaman kita tentang sejarah manusia dan alam semesta selamanya.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :